E-Belajar.id – Halo Bapak dan Ibu Guru, pernahkah menemukan sendiri strategi pembelajaran yang sesuai kondisi kelas? Pastinya, strategi itu akan selalu kita ingat karena melalui proses pencarian yang aktif selama mengajar. Ngomong-ngomong soal penemuan, ternyata ada satu model pembelajaran yang fokusnya untuk menemukan fakta dan menghubungkannya dengan materi pelajaran yaitu discovery learning (pembelajaran penemuan).

Saat siswa memanfaatkan pengetahuan yang ada dan pengetahuan baru untuk menemukan ide-ide tentang suatu topik, artinya mereka menjalankan prinsip pembelajaran penemuan. Kalau siswa menemukan sendiri pengetahuannya, bagaimana peran guru dalam pembelajaran? Yuk, berkenalan dengan model ini.

Apa Itu Discovery Learning?

Bruner dalam Sariani et al. (2021) menyatakan kalau discovery learning adalah proses pencarian pengetahuan yang siswa lakukan untuk menemukan suatu pemecahan masalah atau fakta. Dengan kata lain, siswa berusaha sendiri untuk mencari pengetahuannya demi menghasilkan pembelajaran yang bermakna.

Dalam model pembelajaran ini, guru tidak mengajarkan materi dengan cara hafalan tetapi memfasilitasi proses pembelajaran. Artinya, kita merancang pembelajaran yang membantu siswa untuk menemukan hubungan antara potongan-potongan informasi.

Mengenal Bruner, Sosok di Balik Discovery Learning

Kalau Bapak dan Ibu Guru perhatikan, pembelajaran penemuan erat kaitannya dengan tokoh yang bernama Jerome S. Bruner.

Sebagai ahli psikologi perkembangan dan psikologi belajar kognitif, Bruner berpendapat bahwa model pembelajaran adalah tempat bagi siswa membangun ide atau konsep baru berdasarkan pengetahuan yang ada. Bruner mengatakan kalau belajar adalah cara untuk mempertahankan dan mentransformasikan informasi secara aktif. Di bandingkan di beritahu oleh guru, siswa akan lebih mengingat pengetahuannya saat menemukan dan mengidentifikasinya sendiri.

Nah, untuk menerapkan pembelajaran penemuan, ada karakteristik yang harus kita perhatikan, nih. Apa saja ya?

Karakteristik

Ada beberapa ciri khusus yang membedakan model pembelajaran ini dengan model pembelajaran lainnya, yaitu:

  • Pembelajaran kita lakukan melalui proses eksplorasi dan pemecahan masalah untuk menciptakan, menggabungkan, dan menggeneralisasi pengetahuan.
  • Kegiatan pembelajaran berfokus pada siswa.
  • Proses belajar menghubungkan pengetahuan baru dan pengetahuan yang sudah ada sebelumnya.

Terlihat jelas ya, bahwa pembelajaran penemuan fokusnya pada proses penemuan dan pengidentifikasian yang siswa lakukan sendiri.

Langkah-langkah Discovery Learning

Setelah paham karakteristiknya, ada enam langkah yang bisa kita lakukan untuk menerapkan model pembelajaran ini menurut Veerman dalam Susana (2019), dengan penjelasan sebagai berikut:

  1. Orientasi
    Pertama, Minta siswa untuk mengidentifikasi permasalahan yang relevan dengan materi pelajaran. Langkah ini melatih kemampuan interpretasi, analisis, dan evaluasi siswa pada aspek kemampuan berpikir kritis.
  1. Hipotesis Umum
    Siswa merumuskan hipotesis terkait permasalahan yang mereka temukan pada tahap orientasi. Mereka menyusun masalah dan mencari tujuan dari proses pembelajaran yang kemudian mereka ujikan pada tahap percobaan.
  1. Pengujian Hipotesis
    Selanjutnya, siswa harus merancang dan melaksanakan eksperimen untuk membuktikan hipotesis yang telah mereka rumuskan, mengumpulkan data dan mengkomunikasikan hasil dari eksperimen. Langkah ini melatih kemampuan siswa dalam regulasi diri, evaluasi, analisis, interpretasi, dan menjelaskan suatu permasalahan.
  1. Penarikan Kesimpulan
    Dari pengujian hipotesis, siswa merumuskan fakta-fakta dan mengidentifikasi kesesuaiannya dengan hipotesis umum yang sebelumnya sudah mereka susun. Di tahap ini, siswa membenarkan atau mengganti hipotesis awal dengan hipotesis yang baru.
  1. Regulasi
    Langkah terakhir dalam pembelajaran penemuan berkaitan dengan proses perencanaan, pengawasan, dan evaluasi. Guru mengkonfirmasi kesimpulan dan mengklarifikasi hasil penemuan yang tidak sesuai dengan proses pembelajaran.

Hal terpenting yang perlu Bapak dan Ibu Guru perhatikan dalam penerapan model pembelajaran ini adalah memberikan kesempatan yang besar bagi siswa untuk menemukan dan menggali pengetahuannya sendiri.

Contoh Discovery Learning

Ada banyak cara untuk menerapkan model pembelajaran penemuan, salah satunya dalam pembelajaran Matematika untuk konsep bilangan prima.

Minta siswa untuk meletakkan kacang di baris dan kolom. Dalam prosesnya, siswa akan menemukan angka-angka tertentu di mana kacang tidak bisa di tata dalam baris dan kolom lengkap karena ada satu yang terlalu banyak atau sedikit. Dengan begitu, mereka akan menemukan sendiri konsep bilangan prima.

Contoh dari model pembelajaran ini lainnya adalah saat siswa kita minta untuk menemukan sendiri bagaimana lilin bekerja. Mereka akan melakukan pengamatan sederhana, kemudian membuat ide dan hipotesis yang akan mereka uji. Di sini, guru berperan untuk mendukung pembelajaran, lalu menjelaskan pembakaran dalam Kimia berdasarkan hasil penemuan siswa.

Kegiatan-kegiatan di atas mendorong keterlibatan siswa secara aktif, memotivasi mereka dalam belajar, mengembangkan kreativitas dalam pemecahan masalah, dan memberikan pengalaman belajar yang baru.

Meskipun di nilai sebagai model pembelajaran aktif yang efektif, discovery learning tentunya mempunyai beberapa kekurangan. Simak kelebihan dan kekurangannya di bawah ini.

Kelebihan dan Kekurangan

Discovery learning bisa kita terapkan dalam proses pembelajaran karena memiliki beberapa kelebihan, di antaranya:

  • Mendorong keaktifan siswa dalam pembelajaran untuk menemukan hasil akhir.
  • Pengetahuan yang mereka temukan sendiri melalui proses kognitif akan masuk ke memori jangka panjang sehingga akan bertahan lama dalam ingatan mereka.
  • Pengetahuan yang siswa pelajari akan lebih mudah mereka gunakan kembali.
  • Meningkatkan kemampuan siswa dalam penalaran dan berpikir sistematis.

Di balik kelebihannya, discovery learning punya beberapa kekurangan yang harus kita hindari, yaitu:

  • Tidak semua mata pelajaran dan materi dapat kita ajarkan menggunakan pembelajaran penemuan.
  • Model pembelajaran kurang mengembangkan aspek konsep, keterampilan, dan emosi secara keseluruhan karena lebih berfokus pada menciptakan pemahaman siswa.
  • Tidak semua siswa bisa kita ajak kerjasama untuk melakukan proses berpikir dalam pembelajaran yang kita harapkan.

Demikian penjelasan tentang di scovery learning yang memungkinkan siswa untuk menemukan sendiri pengetahuan barunya. Apakah Bapak dan Ibu Guru tertarik untuk menerapkan model pembelajaran ini di kelas?