E-Belajar.id – Bapak dan Ibu Guru, seberapa sering memberi hadiah atau reward ke siswa? Saat ada tugas atau menjelang ujian, biasanya hadiah akan kita tawarkan sebagai bentuk motivasi/pujian agar siswa berhasil dalam belajar. Sebaliknya, kalau siswa ada yang tidak belajar sungguh-sungguh, sebagian dari kita cenderung untuk menghukum mereka. Nah, hadiah dan hukuman yang kita berikan itu merupakan salah satu bentuk penerapan teori Belajar Behavioristik.
Sadar atau tidak, kita sebagai guru sering menggunakan paham Behaviorisme untuk membantu siswa mengembangkan diri, yang menjadi dasar untuk mengajarkan kedisiplinan belajar.
Kenapa ya, hadiah dan hukuman ini mendukung konsep teori Belajar Behavioristik? Yuk, kenali teori belajar ini lebih dekat!
Apa Itu Teori Belajar Behavioristik?
Menurut teori Belajar Behavioristik, proses belajar terjadi karena adanya hubungan dari rangsangan dan tanggapan.
Dalam buku Teori Belajar dan Konsep Mengajar (2022), menjelaskan bahwa teori Belajar Behavioristik adalah teori belajar yang fokus pada perubahan perilaku siswa akibat adanya pengaruh dari luar dan stimulus. Jadi, siswa kita anggap sudah belajar tentang suatu hal ketika terlihat perbedaan pada perilakunya.
Untuk mengenal lebih dalam tentang teori Belajar Behavioristik, Bapak dan Ibu Guru bisa pahami dulu apa saja ciri yang membedakan teori ini dengan teori belajar lainnya.
Nah, di teori Belajar Behavioristik, hadiah dan hukuman bisa menjadi bentuk penguatan untuk menciptakan suatu perilaku. Ide-ide penguatan positif dan negatif ini kita nilai sebagai alat yang efektif untuk pembelajaran dan mengubah perilaku siswa. Meskipun begitu, yang namanya hukuman itu tidak baik ya Bapak dan Ibu Guru. Lebih baik sebisa mungkin kita menghindari bentuk hukuman dan memilih bentuk penguatan positif sebagai cara untuk membentuk perilaku siswa yang baik.
Penerapannya dalam Pembelajaran
Cara yang paling sederhana untuk membentuk perilaku siswa adalah dengan memberikan umpan balik pada hasil kerja siswa, yang bisa berupa pujian, persetujuan, pemahaman, atau motivasi. Dengan adanya penguatan-penguatan ini, prestasi siswa dalam belajar semakin meningkat.
Teori Belajar Behaviorisme ini kita gunakan untuk menunjukkan kepada siswa bagaimana mereka harus bereaksi dan menanggapi rangsangan tertentu. Penguatan yang kita berikan juga harus kita lakukan secara berulang-ulang dan teratur untuk mengingatkan siswa tentang perilaku apa yang menjadi tujuan pembelajaran.
Tanpa adanya hal ini, siswa akan lebih cepat mengabaikan respon yang sebelumnya mereka berikan karena hasilnya tidak menjadi kebiasaan.
Memberikan motivasi siswa secara terus menerus ke siswa juga merupakan bentuk penerapan teori ini. Seperti sosok Ibu Muslimah dalam film Laskar Pelangi (2008) yang selalu mendukung kesepuluh siswanya agar tidak patah semangat meskipun sekolahnya cukup tertinggal daripada sekolah yang lain.
Saat Lintang, salah satu siswanya, harus bekerja demi menghidupi keluarga, Ibu Muslimah pun terus memberikan penguatan positif berupa motivasi agar Lintang kembali ke sekolah. Dari dukungan yang Ibu Muslimah berikan, muncul respon yang baik dari Lintang di mana akhirnya ia melanjutkan sekolah. Jadi, perlu kita perhatikan ya Bapak dan Ibu Guru kalau pengulangan dan penguatan positif harus berjalan beriringan dalam penerapan teori Belajar Behavioristik, seperti yang telah Ibu Muslimah lakukan ke siswa-siswanya.
Selain contoh di atas, ada beberapa lagi bentuk penerapan teori Belajar Behavioristik yang bisa kita lakukan. Adakah Bapak dan Ibu Guru yang tahu?
Contoh Teori Belajar Behavioristik
Berdasarkan Skinner, seorang tokoh Behaviorisme, dalam Supporting Children’s Learning A Guide for Teaching Assistants (2007), penguatan yang diberikan pada suatu perilaku menyebabkan perilaku itu muncul lagi dan menjadi suatu kebiasaan dalam diri seseorang.
Contoh sederhananya, saat kita memberikan pertanyaan ‘berapa hasil 3+4?’, siswa akan menghitung hasilnya dan berusaha menjawab dengan benar. Jika jawabannya memang tepat, kita akan memberikan pujian ke mereka. Dari kejadian ini, siswa tahu bahwa cara untuk mendapatkan pujian adalah menjawab pertanyaan dengan benar. Kedepannya, saat ia ingin mendapatkan pujian dari kita, ia akan melakukan hal yang sama.
Berdasarkan contoh ini, pertanyaan yang kita berikan adalah bentuk rangsangan yang memprovokasi perilaku siswa untuk memberikan respon berupa jawaban yang benar. Sementara, pujian dalam hal ini merupakan bentuk penguatan terhadap perilaku siswa agar menjawab pertanyaan dengan tepat.
Ternyata, betul ya Bapak dan Ibu Guru. Sebuah pujian kecil bisa menciptakan perilaku yang baik terhadap siswa bahkan memotivasinya untuk terus belajar.
Demikian sedikit pembahasan tentang teori Belajar Behavioristik. Menurut Bapak dan Ibu Guru, apakah teori ini bisa diterapkan dan sesuai dengan kondisi kelas?