Lebih Efektif dengan PPDB Online E-Belajar dalam menunjang PPDB Sekolah

Lebih Efektif dengan PPDB Online E-Belajar dalam menunjang PPDB Sekolah

Dengan diberlakukannya PPKM (Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat) darurat juga didukung dengan arahan Dinas Pendidikan yang mengharuskan pembatasan kontak antar warga dan setiap sekolah diwajibkan melakukan PPDB secara online, tim e-belajar telah menyiapkan solusi cerdas dan tepat dengan adanya fitur PPDB Online.

Kegiatan penerimaan peserta didik baru yang sering dilaksanakan sekolah secara manual kini dapat lebih dipermudah dengan fitur PPDB Online di e-belajar karena selain menghemat biaya juga dapat mengefektifkan kegiatan PPDB. Dalam fitur ini calon peserta didik dapat mendaftarkan diri secara online di domain e-belajar sekolah dengan mengupload beberapa persyaratan dokumen yang ditetapkan sekolah. Calon peserta didik yang mendaftar tersebut nantinya akan muncul pada menu Panitia PPDB sekolah yang kemudian akan memverifikasi kelengkapan berkas yang di upload.

Dengan menggunakan fitur PPDB Online admin e-belajar sekolah tidak perlu lagi input peserta didik baru karena data dari PPDB Online akan masuk setelah proses verifikasi ke database e-belajar sekolah. Panitia PPDB Online dapat memasukan beberapa persyaratan untuk calon peserta didik seperti dokumen ijazah, kartu keluarga, akta kelahiran, dan dokumen lainnya yang dibutuhkan sekolah. Selain itu juga dapat menambahkan biaya pendaftaran dan tes masuk jika ada.

E-Learning E-Belajar lebih komplit dan efektif

Inti proses pembelajaran dalam e-belajar terdapat pada menu Materi Pembelajaran, Evaluasi dan Penugasan yang diinput oleh akun guru kemudian nantinya akan muncul di akun peserta didik sesuai dengan pengaturan yang telah dibuat oleh akun guru. Sebelum membuat materi pembelajaran, evaluasi dan penugasan pastikan akun guru tersebut telah dijadwalkan oleh akun admin pada jadwal pelajaran sesuai dengan mata pelajaran dan kelas yang diampu karena jika belum terjadwalkan maka akun guru tersebut tidak akan bisa menginput materi pembelajaran atau yang lainnya.

Materi Pembelajaran

Materi pembelajaran dibuat guru sebagai referensi pertama untuk peserta didik dalam mempersiapkan diri bahwa yang akan dibahas oleh guru dalam video conference juga sebagai ulasan yang nantinya dapat dibaca/dibuka berulang-ulang sesuai kebutuhan peserta didik. Dalam penginputan materi pembelajaran e-belajar ini juga mendukung beberapa fitur seperti tambah gambar, tambah file (jika ada), embed video dan dapat dilakukan secara multiple kelas.

Tugas/Penugasan

Setelah materi  pembelajaran telah diinput, maka biasanya dilakukan penugasan sebagai bentuk penilaian bahwa peserta didik mampu memahami materi yang diberikan oleh guru. Di menu penugasan ini guru dapat memberikan instruksi penugasan yang kemudian peserta didik harus mengupload dokumen penugasan dalam benetuk .doc, .ppt, .xls untuk mendapat penilaian. Berbeda dengan materi pembelajaran yang dapat dibuka berulang-ulang kapan saja, menu penugasan memiliki batas waktu sesuai yang ditetapkan oleh guru. Jadi ketika peserta didik mengerjakan melewati batas waktu yang ditetapkan maka penugasan tersebut tidak akan bisa dibuka.

Evaluasi

Dalam menu evaluasi guru dapat memilih jenis evaluasi yang akan dibuat seperti ulangan harian, penilaian tengah semester, penilaian akhir semester, ujian sekolah dan ujian sekolah berstandar daerah sesuai kebutuhan. Evaluasi yang dibuat ini berbentuk soal yakni soal pilihan ganda dan esai atau dapat dipilih salah satunya. Update terbaru menu evaluasi e-belajar saat ini sudah mendukung rekam dan upload audio, ini memudahkan guru ketika ingin membuat soal listening pada mata pelajaran Bahasa inggris. Sama halnya dengan menu tugas, menu evaluasipun memiliki batas waktu yang ditentukan untuk dikerjakan oleh peserta didik.

E-Belajar Video Conference

Salah satu unggulan platform e-belajar ini adalah fitur video conference yang memungkinkan interaksi antara pengguna e-belajar secara daring melalui video. Fitur ini juga dapat mendukung berbagi layar (share screen) yang memudahkan pengguna dalam mempresentasikan yang sedang dibahas. E-belajar memiliki dua tipe video conference yaitu meeting online dan kelas online yang diatur di pengguna admin. Kedua tipe tersebut memiliki sistem penggunaan dan pengaturan yang berbeda dimana meeting online digunakan untuk semua pengguna sedangkan kelas online hanya dapat digunakan oleh user guru dan peserta didik setelah dijadwalkan oleh admin.

Meeting Online

Meeting Online digunakan ketika sekolah akan mengadakan rapat awal tahun pelajaran, rapat kelulusan, seminar, rapat akreditasi, rapat dengan orangtua atau lain sebagainya. Meeting Online dapat dilakukan dengan semua user e-belajar sekolah baik itu guru, peserta didik, orangtua atau kepala sekolah. Hanya admin yang bisa membuat, mengatur jadwal dan user yang diundang untuk meeting online sedangkan user lain hanya menerima notifikasi jadwalnya. Meeting online bisa dilakukan kapan saja sesuai dengan kebutuhan sekolah tidak terbatas waktu.

Kelas Online

Berbeda dengan meeting online, kelas online hanya bisa diikuti oleh guru dan peserta didik yang telah dijadwalkan oleh admin. Hanya user guru yang bisa membuat kelas online dan admin hanya menampilkan statistik kelas online. Kelas online tidak bisa dilakukan diluar jadwal termasuk waktu yang telah ditetapkan oleh admin dengan artian harus dilaksanakan sesuai ketetapan.

E-Belajar sebagai Platform Digital Sekolah yang lengkap

Aktivitas pendidikan di kala pandemi saat ini memang kurang efektif dengan hanya mengandalkan platform chatting umum yang kurang memfasilitasi pendidikan. E-belajar sebagai salah satu platform pendidikan yang menyediakan fitur-fitur yang dibutuhkan oleh sekolah diantaranya e-monitoring, e-learning, e-payment dan banyak lagi.

Dengan hadirnya e-belajar pihak sekolah tidak perlu pindah-pindah aplikasi untuk mendukung aktivitas pendidikan karena dalam e-belajar sudah bisa menghandle seperti fitur video conference yang dapat dilakukan secara masal. Tidak hanya itu fitur video conference di e-belajar juga bisa dilakukan oleh staff guru dengan kepala sekolah atau dengan orangtua.

Fitur penugasan, evaluasi dan materi pembelajaranpun bisa diupload multiple di beberapa kelas, dengan fitur ini guru tidak perlu ribet dengan mengupload setiap materi, evaluasi dan penugasan ke tiap-tiap kelas.

Fitur Capture Photo-pun sebagai salah satu pengembangan kami dalam menerapkan sistem AI di e-belajar ini, dengan fitur ini siswa tidak bisa sembarangan membuka file tugas, materi pembelajaran dan mengerjakan evaluasi karena akan terdeteksi ketika menu tersebut dibuka oleh oranglain.

Di masa pandemi seperti ini platform e-belajar sangat layak digunakan oleh sekolah, mengingat fitur-fitur yang tersedia sangat memudahkan dan mengefektifkan aktivitas pendidikan.

Pendidikan di Masa Pandemi

Pandemi Covid-19 yang melanda dunia sudah lebih dari enam bulan terakhir ini berdampak terhadap perubahan aktifitas belajar-mengajar. Tak terkecuali di negeri ini, sejak medio Maret aktifitas pembelajaran daring (online learning) menjadi sebuah pilihan kementerian pendidikan dan kebudayaan untuk mencegah penyebaran virus Covid-19 semakin meluas.

Praktik pendidikan daring (online learning) ini dilakukan oleh berbagai tingkatan jenjang pendidikan sejak tingkat SD, SMP, SMA, hingga perguruan tinggi. Tidak ada lagi aktifitas pembelajaran di ruang-ruang kelas sebagaimana lazim dilakukan oleh tenaga pendidik: guru maupun dosen. Langkah yang tepat namun tanpa persiapan yang memadai.

Akibatnya banyak tenaga pendidik gagap menghadapi perubahan drastis ini. Sementara itu praktis tidak ada cara lain untuk meminimalisir penyebaran Covid-19 selain dengan membatasi perjumpaan manusia dalam jumlah yang banyak. Pemerintah pun membatasi pertemuan, maksimal 30-40 orang. Itupun dengan protokol kesehatan yang sangat ketat: penggunaan masker, menjaga jarak minimal 1,5 meter, mencuci tangan memakai sabun. Hal ini didasarkan pada pendapat para ahli kesehatan di seluruh dunia setelah mereka melakukan riset bagaimana memutus mata rantai Covid-19.

Kegagapan Pendidikan Daring

Arena sekolah, sebagai ruang belajar mengajar antara murid dengan guru, mahasiswa dengan dosen pun pada akhirnya dilarang dilakukan. Sebagai gantinya yakni pembelajaran secara daring.

Perubahan sangat cepat ini tanpa diiringi persiapan yang memadai sebelumnya, akibatnya banyak kegagapan menghadapinya. Hal ini pun diakui oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim.

Nadiem berpendapat, “kita harus jujur proses adaptasi ke online learning juga sangat sulit. Paling tidak masih ada pembelajaran terjadi daripada sama sekali tidak ada pembelajaran”.

Statemen pelipur lara, ketimbang langkah cepat menyiapkan infrastruktur. Sayangnya hingga memasuki tahun ajaran baru ini pun belum nampak gerak revolusioner dari Menteri Pendidikan dan Kebudayaan maupun jajaran kementeriannya dalam menyiapkan sarana-prasarana pembelajaran daring.

Pemberian kuota internet, ini yang penulis dengar dari sekolah-sekolah, itupun yang di kota-kota besar. Sementara jika melongok ke daerah, masih jauh panggang dari api.

Pembelajaran yang dipaksakan, demikian sepintas terlihat. Pilihan sulit di tengah situasi yang tidak menentu pula.

Covid-19 sebagai makhluk hidup yang berupa mikroorganisme ini harus diputus mata rantainya, akibat penularannya yang dilakukan melalui perjumpaan antarmanusia. Maka perlu dilakukan langkah-langkah strategis taktis dalam menghadapinya.

Pembelajaran daring yang belum dipersiapkan secara matang ini tentu berdampak terhadap metode pembelajaran yang dilakukan oleh para tenaga pendidik. Demikian pula penerimaan atas pembelajaran dari para peserta didik pun sangat beragam, seringkali tidak memahami materi maupun penyampaian dari guru.

Terlebih orang tua atau wali muridnya. Lagi-lagi mengalami gegar pembelajaran yang luar biasa. Orang tua yang sibuk bekerja dengan terpaksa harus mendampingi anak-anak mereka pada saat jam pembelajaran daring. Anak-anak yang biasanya di sekolah, berubah seketika untuk melakukan aktifitas pembelajaran di rumah.

Untuk level SMP, SMA, hingga perguruan tinggi barangkali tidak terlalu mengkhawatirkan. Namun untuk level SD bahkan SMP, tidak sedikit orang tua siswa yang mengeluh akibat pembelajaran daring ini. Sekurang-kurangnya keluhan ini yang dialami oleh teman-teman penulis.

Tidak sedikit guru yang sekadar memberikan tugas kepada para muridnya, melalui aplikasi pesan grup daring yakniaplikasi whatsapp. Guru membuat grup dengan para orang tua/wali murid untuk update apa saja yang perlu dilakukan tiap harinya selama proses pembelajaran.

Lalu pada sore hari guru akan mengoreksi dan mengabsen siapa murid yang tidak atau belum mengumpulkan tugas yang diberikan oleh guru.

Gegar teknologi digital untuk pembelajaran daring

Hemat penulis metode ini memiliki banyak kelemahan karena aplikasi pesan daring dari aplikasi whatsapp ini sesungguhnya bukan medium untuk mendukung aktifitas pembelajaran. Repotnya, tidak sedikit para guru yang memahami cukup menggunakan aplikasi whatsapp untuk mendukung aktifitas pembelajaran.

Apakah salah menggunakan aplikasi pesan daring tersebut? Memang bukan benar salah, namun tepatkah penggunaan aplikasi pesan daring ini sebagai medium pembelajaran di saat krisis Covid-19. Untuk sesekali digunakan barangkali tidak masalah, namun jika digunakan setiap hari dari Senin-Jumat selama berbulan-bulan maka akan berdampak tidak sehat bagi pembelajaran itu sendiri.

Cerita dari ponakan penulis sendiri yang sekolah di SMP dan SMA negeri terfavorit di kota gudeg, ternyata hanya hitungan jari saja yang gurunya memiliki kemampuan beradaptasi dengan pendidikan daring ini. Adapun para guru yang dapat diandalkan yaitu mereka yang berada di usia milenial, kelahiran di atas tahun 1981-an.

Kelompok guru ini sangat adaptif dan cepat mengikuti perubahan dan semangat pembelajaran daring di masa adaptasi kebiasaan baru ini. Aplikasi pesan daring sesungguhnya adalah medium yang sangat privat, untuk saling bertukar informasi satu dengan yang lainnya. Apapun bidangnya. Bukan didesain sebagai tools untuk aktifitas pembelajaran yang masif antara guru dengan para muridnya.

Belakangan ramai digunakan aplikasi untuk mendukung pembelajaran dengan menggunakan zoom yang paling populer, selain juga google classroom. Dapat dilakukan secara interaktif hingga ratusan bahkan ribuan orang dalam sekali aktifitas. Problemnya adalah tidak semua orang tua siswa kita memiliki kemampuan untuk memiliki perangkat laptop atau smartphone yang mendukung untuk menginstall aplikasi zoom ke piranti mereka.

Hambatan-hambatan Pendidikan Daring

Ada sekian kendala: baik kendala ekonomi, kendala koneksi internet yang tidak stabil, ditambah dengan metode pembelajaran daring seefektif apa. Inilah beberapa permasalahan yang dihadapi oleh dunia pendidikan kita di tengah Covid-19.

Aktifitas pendidikan bukan semata-mata guru memberikan soal-soal lalu para murid diminta menjawab, lantas diberi nilai matematis. Bukan itu poinnya. Ini yang terjadi berdasarkan amatan penulis di masa Covid-19.

Pemahaman para guru masih banyak yang berhenti pada pembelajaran sekadar dimaknai memberikan soal-soal dari guru kepada murid. Hal ini tentu saja menunjukkan pekerjaan rumah luar biasa berat bagi kita semua memperbaiki sistem pendidikan kita jelang peringatan hari Kemerdekaan RI ke-75.

Membangkitkan ruh pendidikan kita

Slogan “Merdeka Belajar” yang digaungkan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan nampaknya belum menggugah para guru, apalagi para murid dalam implementasi pembelajaran daring.

Pendidikan sebagai cara untuk melakukan transformasi gagasan, membangun karakter diri seseorang tentang nilai-nilai disiplin, integritas, respek kepada orang lain, menghormati hak-hak dan kewajiban warga negara, menghargai ruang privat dan publik secara seimbang nampaknya belum terlalu menjadi kelaziman di dunia pendidikan kita.

Membangun ruh pendidikan daring

Di masa adaptasi kebiasaan baru masa Covid-19 ini, hemat saya dapat dijadikan momentum untuk kebangkitan pendidikan kita sekiranya seluruh pemangku kepentingan pendidikan di negeri ini saling bergotong-royong. Menanggalkan egoisme sektoral antarkementerian.

Presiden Jokowi selalu menekankan kolaborasi, gotong-royong di lapangan, namun sayangnya instruksi ini masih samar-samar dalam praksisnya.

Seyogyanya ajaran Ki Hadjar Dewantara tentang Ing Ngarsa Sung Tuladha, Ing Madya Mangun Karsa, Tut Wuri Handayani ini kita praktikkan dalam pembelajaran kita di manapun. Di depan memberikan teladan, di tengah memberikan semangat, di belakang memberikan dorongan. Tugas mencerdaskan dan membuat bangsa ini berkarakter itu bukan hanya Kementerian Pendidikan dan Kebuyaaan, apalagi di masa Covid-19.

Masalah koneksi internet semestinya menjadi domain Kementerian Komunikasi dan Informasi, lalu masalah kesehatan jelas berada di koordinasi Kementerian Kesehatan. Sekiranya tiga kementerian saling bahu-membahu mempersiapkan infrastrukturnya maka tidak ada yang mustahil membangun kualitas intelektualitas peserta didik yang tetap sehat di masa adaptasi kebiasaan baru era Covid-19 serta didukung jaringan internet yang selalu stabil.

Praktik pendidikan di era digital memerlukan inovasi dan kreasi yang terus-menerus sehingga guru maupun anak didik tidak mudah mengalami kejenuhan dan kebosanan. Pun jangan dimaknai pembelajaran daring sekadar memberikan sekian soal kepada murid untuk menjawabnya.

Kalau ini yang terjadi maka pembelajaran yang membebaskan dan berkarakter akan berhenti di slogan tanpa pernah diketahui spirit di dalamnya. Oleh karena itu belajar sesungguhnya tidak pernah berhenti sejak dari dalam kandungan hingga ke liang lahat.

Source : kompas.com (“Pendidikan Daring di Masa Covid-19”)

Perkembangan Era Digitalisasi di Indonesia

Era digital adalah sebuah masa atau zaman dimana hampir seluruh bidang dalam tatanan kehidupan sudah dibantu dengan teknologi digital. Istilah ini juga bisa di artikan sebagai munculnya teknologi digital yang menggantikan teknologi-teknologi yang sebelumnya sudah digunakan (mekanik dan elektronik analog) oleh manusia. Era digital adalah era yang serba menggunakan teknologi.

Salah satu contoh paling dekat dan pastinya semua orang tahu adalah bagaimana internet telah mengubah banyak hal. Tidak hanya bagaimana cara kita dalam berkomunikasi dan berinteraksi, namun juga berhasil memperngaruhi landcape bisnis yang ada di Indonesia, bahkan juga dunia.

Peralihan masa teknologi mekanik dan elektro analog ke digital yang disambut dengan sangat baik oleh masyarakat, serta perkembangan teknologi yang sangat pesat membuat berbagai kemudahan bisa kita rasakan, bahkan tanpa ada batasan lagi. Yang dulunya bersifat lokal, gini sudah beralih ke cakupan yang lebih luas, bahkan global.

Kita bisa dengan sangat mudah untuk berkomunikasi, membeli, dan mengetahui kabar dari tempat yang secara geografis sangat jauh dengan tempat tinggal kita. Dan masih banyak kemudahan lainnya.

Harus kita akui bahwa teknologi digital bisa memberikan beberapa kemajuan untuk masyarakat Indonesia, meskipun dari segi infrastruktur kita masih jalan dengan terseok-seok. Hal ini juga didukung dengan atusiasme masyarakat untuk hidup bersandingan dengan teknologi digital, dimana telpone pintar dan penetrasi internet menjadi salah satu faktor kenapa masyarakat bisa dengan sangat cepat beradaptasi dengan hal ini.

Perkembangan lain bisa kita lihat dari adanya payung hukum tekait Undang-Undang ITE. Meskipun di internet tidak ada batasan ruang dan waktu, namun ada sebuah sistem baru yang dibentuk agar kebebasan tersebut tidak keluar jalur, dan justru menjadi mala petaka bagi masyarakat sendiri.

Beberapa orang mengatakan bahwa Indonesia memang terlambat dalam mengadopsi teknologi, khususnya internet. Namun yang sama-sama kita lihat sampai sejauh ini, masyarakat bisa dengan sangat cepat menerima perkembangan yang ada dan masuk didalamnya.

Contohnya seperti pada awal masa peralihan ke era digital dimana media masa mentransformasikan aktivitasnya kedalam bentuk digital. Mereka yang dulunya rutin mengeluarkan editorial dalam cetakan, kini mulai menghentikan proses tersebut dan beralih menggunakan platform online seperti halnya website dan platform berbagi video.

Perkembangan Sistem Pendidikan di Indonesia

Perkembangan pendidikan di Indonesia

Seiring berjalannya waktu, sistem pendidikan di Indonesia secara dinamis mengikuti perkembangan zaman. perkembangan tersebut dapat dilihat dari pergantian kurikulum belajar yang berlaku. Hingga saat ini, setidaknya sistem pendidikan di Indonesia telah berganti kurikulum sebanyak 10 kali, sejak dimulai dari tahun 1947.

Berikut ini akan dijelaskan secara detail terkait perkembangan pendidikan di Indonesia melalui kurikulum yang sempat berlaku, hingga kurikulum pendidikan yang saat ini diterapkan

  • Kurikulum Rentjana Pelajaran 1947

Ini merupakan kurikulum pertama pendidikan di Indonesia yang diberlakukan sejak kemerdekaan. Kurikulum ini berorientasi politik dengan mengganti sistem pendidikan Belanda, menjadi pendidikan asli buatan Indonesia. Melalui kurikulum inilah pertama kali Pancasila menjadi landasan dasar pendidikan di Indonesia. Kurikulum ini dirancang pada tahun 1947 dan diaplikasikan pada tahun 1950.

Karakteristik yang terlihat jelas pada kurikulum pendidikan di Indonesia saat ini adalah pembentukan karakteristik bangsa. Karakteristik tersebut seperti menguatkan bangsa Indonesia sejajar dengan bangsa-bangsa lain yang merdeka dan berdaulat. Nilai-nilai yang diterapkan melalui kurikulum ini adalah kesadaran berwarga negara, bermasyarakat dan pembentukkan watak sejalan dengan ideologi bangsa.

  • Kurikulum Rentjana Pelajaran Terurai 1952

Mengingat kurikulum pada periode sebelumnya belum terfokus terhadap mata pelajaran lain selain pembentukan watak, di periode ini beberapa aspek disempurnakan. Pada periode ini dibentuk silabus atau rencana pembelajaran dengan tenaga pendidik mengajarkan spesifik mata pelajaran kepada peserta didik.

  • Kurikulum Rentjana Pendidikan 1964

Menyempurnakan pada kurikulum sebelumnya, kurikulum pendidikan di Indonesia pada tahun ini, pemerintah memiliki tujuan untuk memberikan pembekalan akademik dan non akademik pada jenjang sekolah dasar. Dengan tujuan tersebut, lahirlah program Pancawardhana yaitu kelompok lima bidang studi yang meliputi pengembangan moral, keprigelan atau keterampilan, jasmani, dan emosional.

  • Kurikulum 1968

Kurikulum pada tahun ini difokuskan pada pembentukan bangsa Indonesia yang berjiwa Pancasila sejati. Yang mana jiwa Pancasila yang dimaksud ada masyarakat yang sehat, kuat, cerdas, bermoral, dan keyakinan akan beragama yang dianut.

Selain menjalankan sistem pendidikan berjiwa Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945 adalah dasar lain yang digunakan untuk kurikulum ini. Beberapa karakteristiknya meliputi arah kegiatan yang meningkatkan kecerdasan dan keterampilan, dan pengembangan jasmani yang kuat dan sehat.

  • Kurikulum Pendidikan 1975

Efektifitas dan efisiensi merupakan ciri dari kurikulum pendidikan yang diterapkan pada tahun 1975 ini. Kurikulum ini dibentuk dipengaruhi oleh manajemen objektivitas yang mana muncul Prosedur Pengembangan Sistem Instruksional (PSSI) atau pendidikan satuan pelajaran.

  • Kurikulum Pendidikan 1984

Ciri dari kurikulum pada masa ini adalah fokus utama dititik beratkan kepada keahlian. Di periode ini, peserta didik merupakan subjek pembelajaran. Beberapa hal yang dilakukan adalah dengan mengaplikasikan metode pembelajaran dengan pengamatan, pengelompokkan, diskusi, hingga pelaporan. Metode ini biasanya disebut sebagai Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA).

  • Kurikulum 1994 dengan Suplemen Kurikulum 1999

Kurikulum pada tahun ini merupakan pembaharuan dari kurikulum sebelum-sebelumnya, khususnya pada kurikulum tahun 1975 dan 1984. Pada periode ini, kurikulum pendidikan di Indonesia mendapatkan kritik karena dianggap beban belajar peserta didik yang terlampau berat. Pada periode kurikulum ini munculnya mata pelajaran baru seperti muatan nasional dan muatan lokal yang meliputi bahasa daerah, ketrampilan dan kesenian.

  • Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) tahun 2004

Pembaharuan kurikulum berikutnya terjadi pada tahun 2004. Kurikulum ini berciri pencapaian kompetensi bagi peserta didik sebagai individu maupun kelompok dan berorientasi pada hasil pembelajaran. Tiga unsur-unsur yang membedakan sistem pendidikan ini dengan sebelumnya adalah pemilihan kompetensi yang sesuai minat peserta didik, pengembangan pembelajaran, dan proses evaluasi dalam penentuan keberhasilan.

  • Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) tahun 2006

Diluncurkan pada tahun 2006, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan atau KTSP merupakan pembaharuan dari kurikulum sebelumnya. Perbedaan yang terlihat adalah adanya standar kompetensi dasar yang ditetapkan oleh pemerintah. Selain itu, pada kurikulum ini tenaga pendidik dituntut dapat mengembangkan rencana pembelajaran secara mandiri dengan penyesuaian pada kondisi daerah sekolah berada.

  • Kurikulum 2013

Untuk menggantikan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), yang terbaru dan saat ini sedang diaplikasikan dalam pendidikan di Indonesia adalah kurikulum 2013. Kurikulum 2013 memiliki aspek-aspek yang menjadi pokok penilaian meliputi aspek sikap dan perilaku, aspek pengetahuan, dan aspek keterampilan.

Di periode kurikulum ini terdapat beberapa mata pelajaran yang dirampingkan dan dikembangkan. Materi pelajaran tersebut meliputi Ilmu Pendidikan Sosial (IPS), Bahasa Indonesia, dan Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan. Sedangkan mata pelajaran yang mendapat pengembangan adalah Matematika.

Jadi, itulah beberapa perkembangan dan sistem pendidikan yang telah diaplikasikan pada pendidikan di Indonesia.