E.Belajar.id – Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim mengungkapkan, kita bisa menerapkan pembelajaran jarak jauh secara permanen setelah pandemi Covid-19 selesai. Berdasarkan penilaian Kemendikbud, kegiatan belajar-mengakar dengan memanfaatkan teknologi akan menjadi hal yang mendasar. Ia menyebutkan, pemanfaatan teknologi memberi kesempatan kepada sekolah melakukan berbagai modeling kegiatan belajar. “Pembelajaran jarak jauh, ini akan menjadi permanen. Bukan pembelajaran jarak jauh pure saja, tapi hybrid model. Adaptasi teknologi itu pasti tidak akan kembali lagi,” kata Nadiem dalam rapat kerja bersama Komisi X DPR, Kamis (3/7/2020).

Mungkinkah penerapannya akan secara permanen?

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Nadiem Makarim(Dok. Kemendikbud)

Sebagai Bagian dari Proses Pembelajaran

Pengamat pendidikan Doni Koesoema menilai, maksud pernyataan Nadiem adalah pembelajaran jarak jauh sebagai bagian dari proses pembelajaran. “Baik yang sifatnya penuh, maupun hybrid, model daring dan luring. Kalau untuk yang pembelajaran jarak jauh penuh, saya rasa belum siap,” kata Doni, Jumat (3/7/2020).

Jika penerapan model pembelajaran jarak jauh tersebut permanen , lanjut Doni, hanya ada sebagian satuan pendidikan yang khusus untuk hal itu. Menurut Doni, untuk model pembelajaran jarak jauh dan tatap muka atau blended learning, masih memungkinkan untuk menerapkannya. “Kalau untuk pembelajaran jarak jauh permanen, saya rasa harus ada penelitiannya dulu. Karena saat ini pembelajaran jarak jauh masih mempersyaratkan pertemuan tatap muka dengan tutor, terutama di sekolah terbuka.

Namun ini bukan kondisi ideal,” ujar Doni. Ia mengatakan, perlu kajian akademis yang berbasis riset untuk melihat tujuan dan sasarannya sebelum penerapan pembelajaran jarak jauh. Sekolah dan guru, lanjut Doni, harus ada pemberdayaan dalam mengembangkan manajemen halaman pembelajaran di sekolah mereka masing-masing. “Bukan dengan langganan platform daring berbayar,” kata Doni. Alasannya, orientasi pembelajaran yang dikembangkan UNESCO mengarah pada kemandirian guru dan sekolah dalam memanfaatkan teknologi. Oleh sebab itu, guru harus mendesain sendiri pembelajarannya. “Kalau masing-masing sekolah memiliki platform yang mereka kembangkan, platform ini bisa dishare ke sekolah lain sehingga alternatif pembelajaran semakin banyak,” kata Doni.

Guru Siap Melanjutkan Pembelajaran Jarak Jauh Setelah Pandemi Berakhir

Para guru pun menyatakan kesiapannya jika ada peremintaan melanjutkan pembelajaran daring. Guru mata pelajaran biologi SMA 1 Tambun Selatan, Bekasi Dian Rosalina, misalnya. “Kami percaya kami mampu, kami mungkin tidak bagus 100 persen, enggak sempurna, tapi kami mau belajar, mau berusaha,” ungkap Dian saat ditemui di sekolahnya, Minggu, 15 November 2020.

Dia mengatakan, apa pun metode pembelajarannya, fokusnya hanya satu, yakni bagaimana pembelajaran tetap berorientasi pada murid. “Yang penting hak anak terpenuhi. Apapun kami lakukan dan kami siap,” terangnya. Dengan PJJ yang telah mereka jalankan selama pandemi ini dapat membuktikan kesiapan mereka. Seiring perjalanan waktu PJJ di sekolahnya berjalan lancar dan efektif. Kendala mulai dari gawai hingga kuota dapat terpecahkan.

Hal senada juga diungkapkan guru mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (Pkn) SMA 77 Jakarta Pusat, Fajar Selawati. “Guru mesti terus juga belajar. Saya percaya SMA 77 bisa melakukan digitalisasi pembelajaran,” ungkap Sela, sapaannya.

Fajar Selawati, guru PPKn SMAN 77 Jakarta saat mengajar secara daring

Menurutnya, saat ini para guru dan murid mulai terbiasa dengan metode belajar daring. Dengan begitu, tak ada masalah jika PJJ akan menjadi model baru pendidikan di Indonesia. “Tapi perlu diingat tidak ada yang bisa menggantikan tatap muka. Namun kalau harus daring dan luring ya harus siap. Memang itu tantangan berat, tapi kalau itu diterapkan kita semua harus mau belajar,” tutur Sela.