Minat Belajar Siswa, Sangat Penting untuk Mengetahuinya!

E-Belajar.id – Tak bisa dimungkiri, rasanya susah-susah gampang ya, menumbuhkan minat belajar siswa. Apalagi, setiap siswa pasti punya minat berbeda-beda dalam proses pembelajaran. Baik untuk pengembangan dirinya sendiri, maupun belajar di sekolah.

Ngomong-ngomong soal minat, saya jadi teringat cerita teman saya yang selalu mendapat hadiah ketika ia berhasil mendapatkan nilai bagus. Nah, pemberian hadiah yang merupakan bentuk penerapan teori Belajar Behavioristik ini menjadi salah satu cara yang banyak orang tua lakukan untuk meningkatkan ketertarikan anaknya dalam belajar.

Sebetulnya, minat belajar memberikan motivasi yang kuat pada proses belajar siswa, mengarahkan mereka pada tujuan pembelajaran, dan membantu mencapai kesuksesan akademik.

Tidak hanya orang tua, kita sebagai guru juga berperan untuk menerapkan berbagai strategi yang bisa membangun minat belajar siswa, lho. Namun, memang menerapkannya tidaklah mudah. Tak jarang, kita menghabiskan banyak waktu untuk memikirkan bagaimana cara agar siswa terdorong dan mempunyai ketertarikan dalam pembelajaran. Apakah Bapak dan Ibu Guru merasakan hal serupa?

Nah, sebab itu, agar proses pembelajaran di kelas semakin seru, mari kita berkenalan terlebih dahulu dengan minat belajar. Berikut penjelasannya.

Pengertian Minat Belajar Siswa

Menurut Slameto dalam Pengembangan Minat & Bakat Belajar Siswa (2022), minat adalah rasa kesukaan dan keterikatan terhadap sesuatu atau kegiatan tertentu, tanpa adanya permintaan dari siapapun.

Minat menjadi bagian yang penting dalam perkembangan belajar siswa. Mereka yang berminat terhadap materi tertentu pasti akan mempunyai kemampuan untuk lebih cepat dan mudah mempelajarinya. Dengan kata lain, minat belajar adalah dorongan dari dalam diri siswa untuk belajar, yang pada akhirnya menyebabkan perasaan senang, menguntungkan, dan mendatangkan keputusan dalam dirinya.

Misalnya, saat muncul dorongan dan perasaan menyenangkan selama mempelajari jenis-jenis bangun ruang, artinya seseorang punya minat belajar yang besar terhadap bidang Matematika. Ketertarikan inilah yang kemudian membuatnya mengambil keputusan untuk mendalami ilmu tersebut. Misalnya, dengan mengambil penjurusan kuliah atau bekerja di bidang yang berkaitan dengan Matematika.

Selain perasaan senang, ada indikator minat belajar siswa lainnya yang bisa Bapak dan Ibu Guru perhatikan, yaitu:

  1. Adanya perasaan senang terhadap proses pembelajaran.
  2. Adanya keterlibatan siswa dalam kegiatan pembelajaran.
  3. Munculnya kemauan untuk terus belajar.
  4. Adanya pemusatan perhatian dan pikiran terhadap proses pembelajaran.

Faktor yang Memengaruhi Minat Belajar Siswa

Ada banyak faktor yang terlibat dalam proses belajar siswa. Mungkin saja saat salah satu faktor itu hilang, minat belajar siswa pun akan berkurang.

Salah satu contohnya bisa kita ambil dari pengalaman teman saya sebelumnya. Ketika berhasil mendapat nilai yang baik, dia akan menerima hadiah dari orang tuanya. Otomatis, minat belajarnya semakin meningkat karena ingin mendapatkan hadiah lagi.

Sebaliknya, jika suatu hari teman saya mendapatkan nilai yang kurang maksimal, tidak ada hadiah yang ia dapat dan keinginannya untuk belajar pun bisa jadi menurun.

Dari contoh tersebut, kita bisa melihat bahwa ada dua faktor yang mempengaruhi minat belajar siswa, di antaranya:

  1. Faktor internal, berasal dari dalam diri siswa yang sebabnya dari faktor fisiologis dan psikologis. Contohnya, konsentrasi, rasa takut, atau ketidakmampuan untuk memahami materi.
  2. Faktor eksternal, berasal dari luar diri siswa yang sebabnya dari faktor sosial dan non sosial. Contohnya, dukungan guru, masalah keluarga, atau keterbatasan sarana prasarana.

Setelah memahami pengertian minat dan hal yang mempengaruhinya, sekarang muncul pertanyaan lainnya seperti “seberapa penting guru meningkatkan minat belajar siswanya?”, “apa saja manfaat dari minat dalam proses belajar?”

Tenang, jawabannya akan kita bahas bersama di bawah ini, ya, Bapak dan Ibu Guru.

Hubungan Antara Minat dan Belajar

Adanya minat belajar secara positif mempengaruhi proses pembelajaran serta hasil belajar.

Kegiatan belajar bisa berhasil dan berjalan maksimal ketika siswa memusatkan perhatiannya untuk pelajaran, dan salah satu faktor yang memunculkan perhatian itu adalah minat.

Dukungan untuk mengembangkan minat memungkinkan siswa untuk menciptakan koneksi pribadi dengan pembelajaran mereka dan meningkatkan kinerjanya. Selain itu, siswa bisa mengembangkan pemahaman konseptual yang mengarahkannya untuk mengambil tujuan pembelajaran selanjutnya. Saat siswa mempunyai minat pada suatu materi yang harus dipelajari atau tugas yang harus diselesaikan, perhatian mereka akan terfokus, memiliki tujuan dan strategi pembelajaran, kepercayaan untuk menyelesaikannya, serta kemampuan untuk mengatur diri sendiri.

Melihat hubungan minat dan belajar yang berdampak positif pada proses pembelajaran siswa, guru harus mampu memelihara motivasi siswa, mengetahui kebutuhan mereka, serta berupaya untuk mengembangkan minat belajarnya.

Lalu, apa saja hal yang bisa kita lakukan untuk meningkatkannya?

Cara Meningkatkan Minat Belajar Siswa

Sebelum mengembangkannya, penting bagi kita untuk mengetahui dulu apa saja minat yang sebenarnya dimiliki siswa.

Kita bisa melakukan survei sederhana dengan memberikan angket minat belajar siswa. Angket ini berisi pertanyaan untuk mengetahui minat belajar mereka, cara yang bisa dilakukan untuk mengembangkannya, dan menemukan solusi untuk mengatasi permasalahan dari minat belajar tersebut. Selain dengan angket, cara lainnya untuk membangkitkan minat siswa adalah dengan menggunakan minat-minat yang sudah ada.

Hal ini bisa dilakukan dengan memberikan informasi terkait hubungan antara materi yang akan dipelajari dengan pelajaran sebelumnya, menjelaskan kegunaannya dalam kehidupan sehari-hari, sehingga muncul ketertarikan dalam diri siswa.

Manajemen Kelas, Bagaimana Cara Mengelolanya?

E-Belajar.id – Siapa bilang peran manajer itu hanya berlaku bagi orang-orang kantoran? Sepertinya nggak juga, ya. Buktinya, selama ini, Bapak dan Ibu Guru juga menjadi manajer di kelas. Ya, kan tugas kita bukan hanya mengajar, kita juga melakukan manajemen kelas. Yap, manajemen kelas menjadi salah satu cara untuk mengatur bagaimana kelas berjalan sesuai harapan. Tanpa adanya hal ini, kelancaran pembelajaran di kelas bisa terganggu.

Bayangkan saja nih, Bapak dan Ibu Guru. Sebuah kelas terdiri dari 40 siswa dengan karakteristik yang berbeda-beda. Sebagian dari mereka tentu ada yang tidak bisa tenang, sering usil, dan sulit kita atur. Setuju? Kalau kondisi itu kita biarkan, siswa yang benar-benar ingin belajar pastinya akan terganggu. Materi pelajaran pun tidak bisa tersampaikan dengan baik karena suasana kelas yang tidak kondusif.

Di sinilah tugas kita sebagai seorang manajer dalam kelas, yaitu merencanakan, mengelola, melaksanakan, dan menilai proses pembelajaran.

Pengertian Manajemen Kelas

Bapak dan Ibu Guru, kondisi kelas yang nyaman dan aman bisa mendukung keberhasilan pembelajaran siswa, lho. Apalagi kalau kita juga menantang pemikiran kritis siswa untuk terus belajar. Ini bisa memberikan kepuasan tersendiri untuk siswa.

Untuk mencapai kondisi tersebut, kita harus mempelajari dan melakukan berbagai pendekatan dalam manajemen kelas.

Buku Manajemen Kelas, Teori dan Aplikasi untuk Menciptakan Kelas yang Kondusif (2014) menyebutkan bahwa manajemen kelas adalah keterampilan yang dimiliki seorang guru sebagai seorang pemimpin. Kita juga berperan sebagai manajer dalam menciptakan kelas yang kondusif agar tujuan pembelajaran tercapai.

Sebagai pemimpin, kita adalah pemegang kendali dan pengambil keputusan selama melaksanakan pembelajaran di kelas. Sementara sebagai seorang manajer, kita bertugas untuk mengelola sarana kelas dan potensi siswa, serta memanfaatkan teknologi agar tercipta pembelajaran yang bermakna.

Dalam manajemen kelas, ada dua hal yang harus diperhatikan, yaitu:

1. Pengelolaan kelas

Pengelolaan kelas adalah kegiatan yang berhubungan dengan pengaturan kelas di mana pembelajaran berlangsung. Misalnya, pengadaan ventilasi, penataan tempat duduk siswa, penyediaan alat peraga pembelajaran, dan sebagainya.

2. Pengelolaan siswa

Pengelolaan siswa berkaitan dengan kegiatan pemberian stimulus yang bisa membangkitkan atau mempertahankan motivasi belajar mereka. Misalnya, dengan menggunakan permainan agar siswa berperan aktif dalam pembelajaran.

Dari pengertian di atas, kita bisa tahu ya, kalau manajemen kelas bertujuan untuk menciptakan kondisi kelas yang nyaman agar keberhasilan pembelajaran bisa tercapai.

Namun, ada tujuan lainnya, nih, Bapak dan Ibu Guru. Simak penjelasannya berikut ini.

Tujuan Manajemen Kelas

Pengelolaan kelas yang efektif menghasilkan kegiatan pembelajaran berjalan terarah, sehingga tujuan belajar yang telah kita tentukan bisa tercapai.

Secara lebih khusus, manajemen kelas bertujuan untuk:

  • memudahkan proses belajar bagi siswa sehingga mereka bisa meningkatkan pengetahuan dan mengembangkan kemampuan semaksimal mungkin.
  • memahami kebutuhan siswa sehingga mereka bisa belajar dan bekerja sesuai dengan potensi dan kemampuannya.
  • membimbing siswa sesuai dengan latar belakang sosial, ekonomi, budaya, dan sifat-sifat setiap individu.
  • membantu siswa agar terbiasa belajar secara tertib.
  • mengatasi masalah-masalah yang menjadi hambatan dalam kegiatan belajar mengajar.
  • menciptakan interaksi sosial yang baik dalam kelas.
  • mengelola berbagai fasilitas belajar di kelas.

Tujuan-tujuan di atas dapat kita capai jika kegiatan manajemen kelas kita laksanakan secara baik. Jadi, manajemen kelas bisa kita bilang berhasil ketika setiap siswa mampu untuk terus belajar dan melakukan pekerjaannya dengan waktu yang tepat.

Sebab itu, untuk mencapai keberhasilan manajemen kelas diperlukan pendekatan-pendekatan yang tepat. Apa saja pendekatan dalam manajemen kelas?

Baca JugaProblem Based Learning, Belajar Melalui Masalah

9 Pendekatan dalam Manajemen Kelas

Kemampuan kita untuk mengelola kelas termasuk dalam salah satu perwujudan kompetensi guru pedagogik. Di sini, keterampilan yang diperlukan adalah keterampilan memahami, memilih, dan menggunakan berbagai pendekatan dalam manajemen kelas.

Jadi, sebelum memulai mengelola kelas, Bapak dan Ibu Guru harus mengetahui dulu, pendekatan apa saja yang ada, manakah yang sesuai dengan kondisi kelas, serta bagaimana cara penerapannya.

1. Pendekatan kekuasaan

Kekuasaan di sini terwujud dari cara kita untuk mengatur siswa agar taat dan patuh terhadap norma atau peraturan yang berlaku di kelas. Dengan kata lain, kondisi kelas yang kondusif bisa terbentuk melalui upaya penegakan aturan, di mana siswa nantinya memiliki kedisiplinan diri.

2. Pendekatan kebebasan

Jika dalam pendekatan kekuasaan kita memiliki otoritas dalam mengatur siswa, sebaliknya di pendekatan ini kita hanya bertugas untuk membantu dan mengawasi mereka dalam kegiatan belajar.

Jadi, siswa diberi kebebasan untuk bergerak di dalam kelas berdasarkan batasan-batasan tertentu. Misalnya, siswa diperbolehkan melakukan apa saja di kelas selama tidak menyimpang atau melanggar peraturan yang sudah disepakati.

3. Pendekatan resep

Sesuai namanya, pendekatan resep memandang bahwa kelas bisa dikelola secara baik melalui pembuatan dan penerapan aturan kelas, seperti saat memasak yang membutuhkan bahan dan cara tertentu.

4. Pendekatan pengajaran

Pendekatan pengajaran berfokus pada pembentukan kelas yang kondusif melalui kegiatan mengajar itu sendiri. Karena itu, hal penting yang harus dilakukan adalah membuat perencanaan pengajaran dan melaksanakannya secara tepat di kelas.

5. Pendekatan perubahan perilaku

Dalam kelas, ada siswa dengan perilaku positif dan negatif. Karena itu, pendekatan ini berusaha untuk mengubah perilaku siswa yang negatif menjadi positif agar tercipta kondisi kelas yang kondusif.

6. Pendekatan sosio-emosional

Pendekatan sosio-emosional dapat dilakukan dengan cara menciptakan hubungan yang baik antara guru dan siswa. Sehingga, komunikasi dan interaksi yang positif menjadi hal penting dalam manajemen kelas.

7. Pendekatan kerja kelompok

Melalui pendekatan ini, pengelolaan kelas dilakukan dengan cara membagi siswa dalam beberapa kelompok. Selain tercipta komunikasi yang efektif, ikatan persahabatan antar siswa juga akan terbentuk.

8. Pendekatan ancaman

Ketika kondisi kelas benar-benar tidak bisa dikendalikan, pendekatan ancaman bisa kita gunakan secara wajar. Namun, jika Bapak dan Ibu Guru masih bisa mengelola kelas dengan pendekatan yang lain, sebaiknya penggunaan ancaman ini dihindari.

9. Pendekatan pluralistik

Pendekatan ini memungkinkan kita untuk memilih dan memadukan berbagai pendekatan manajemen kelas. Kita bisa menggabungkan kelebihan atau kekuatan dari setiap pendekatan untuk menciptakan kelas yang kondusif.

Setelah mengetahui pendekatan yang bisa digunakan, lantas bagaimana cara Bapak dan Ibu Guru untuk mulai mengelola kelas?

Baca JugaCharacter Building, Membentuk Karakter Siswa

Kegiatan Manajemen Kelas

Kegiatan manajemen berkaitan dengan perencanaan kondisi belajar mengajar yang tepat, pengaturan ruang belajar, dan pengelolaan interaksi pembelajaran. Sebab itu, beberapa program pembelajaran harus dilaksanakan untuk mencapai keberhasilan manajemen kelas tersebut.

Berikut adalah beberapa contoh kegiatan manajemen kelas yang bisa Bapak dan Ibu Guru lakukan.

  • Tidak ragu untuk menyapa siswa terlebih dahulu, sehingga memberikan rasa nyaman dan aman bagi siswa di kelas.
  • Membiasakan diri untuk berjabat tangan dengan siswa.
  • Melakukan komunikasi yang terbuka untuk menciptakan hubungan yang harmonis dengan siswa.
  • Melakukan evaluasi sederhana secara berkala untuk melihat sejauh mana penguasaan materi siswa dari pembelajaran sebelumnya.
  • Menghubungkan materi pelajaran dengan fakta yang ada di kehidupan nyata untuk menciptakan pembelajaran yang menarik dan menantang.
  • Mengajarkan keterampilan hidup dalam kegiatan belajar mengajar. Contohnya dalam tingkat Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), kemandirian bisa dilatih dengan praktik mengikat tali sepatu, menyiapkan bekal makan, atau membersihkan diri sendiri.

[gambar]

  • Menerapkan gaya mengajar yang bervariasi agar siswa tidak mudah bosan dan terus tertarik pada pelajaran.
  • Mengubah metode mengajar sesuai kebutuhan siswa dan kondisi kelas untuk mencegah munculnya gangguan belajar.
  • Menekankan siswa pada perilaku-perilaku yang positif.
  • Mengembangkan kedisiplinan dalam diri siswa.

Itulah beberapa contoh kegiatan untuk memulai manajemen kelas yang efektif. Apakah Bapak dan Ibu Guru sudah menerapkannya? Atau punya cara lainnya untuk mengelola kelas?

Tidak hanya untuk siswa, manajemen kelas juga membantu kita dalam mencapai tujuan pembelajaran. Karena, kondisi pembelajaran sangat dipengaruhi oleh kondisi kelas yang kondusif, lingkungan belajar, dan perencanaan pengajarannya.

Teori Belajar Behavioristik, Belajar Dari Perubahan Perilaku

E-Belajar.id – Bapak dan Ibu Guru, seberapa sering memberi hadiah atau reward ke siswa? Saat ada tugas atau menjelang ujian, biasanya hadiah akan kita tawarkan sebagai bentuk motivasi/pujian agar siswa berhasil dalam belajar. Sebaliknya, kalau siswa ada yang tidak belajar sungguh-sungguh, sebagian dari kita cenderung untuk menghukum mereka. Nah, hadiah dan hukuman yang kita berikan itu merupakan salah satu bentuk penerapan teori Belajar Behavioristik.

Sadar atau tidak, kita sebagai guru sering menggunakan paham Behaviorisme untuk membantu siswa mengembangkan diri, yang menjadi dasar untuk mengajarkan kedisiplinan belajar.

Kenapa ya, hadiah dan hukuman ini mendukung konsep teori Belajar Behavioristik? Yuk, kenali teori belajar ini lebih dekat!

Apa Itu Teori Belajar Behavioristik?

Menurut teori Belajar Behavioristik, proses belajar terjadi karena adanya hubungan dari rangsangan dan tanggapan.

Dalam buku Teori Belajar dan Konsep Mengajar (2022), menjelaskan bahwa teori Belajar Behavioristik adalah teori belajar yang fokus pada perubahan perilaku siswa akibat adanya pengaruh dari luar dan stimulus. Jadi, siswa kita anggap sudah belajar tentang suatu hal ketika terlihat perbedaan pada perilakunya.

Untuk mengenal lebih dalam tentang teori Belajar Behavioristik, Bapak dan Ibu Guru bisa pahami dulu apa saja ciri yang membedakan teori ini dengan teori belajar lainnya.

Nah, di teori Belajar Behavioristik, hadiah dan hukuman bisa menjadi bentuk penguatan untuk menciptakan suatu perilaku. Ide-ide penguatan positif dan negatif ini kita nilai sebagai alat yang efektif untuk pembelajaran dan mengubah perilaku siswa. Meskipun begitu, yang namanya hukuman itu tidak baik ya Bapak dan Ibu Guru. Lebih baik sebisa mungkin kita menghindari bentuk hukuman dan memilih bentuk penguatan positif sebagai cara untuk membentuk perilaku siswa yang baik.

Penerapannya dalam Pembelajaran

Cara yang paling sederhana untuk membentuk perilaku siswa adalah dengan memberikan umpan balik pada hasil kerja siswa, yang bisa berupa pujian, persetujuan, pemahaman, atau motivasi. Dengan adanya penguatan-penguatan ini, prestasi siswa dalam belajar semakin meningkat.

Teori Belajar Behaviorisme ini kita gunakan untuk menunjukkan kepada siswa bagaimana mereka harus bereaksi dan menanggapi rangsangan tertentu. Penguatan yang kita berikan juga harus kita lakukan secara berulang-ulang dan teratur untuk mengingatkan siswa tentang perilaku apa yang menjadi tujuan pembelajaran.

Tanpa adanya hal ini, siswa akan lebih cepat mengabaikan respon yang sebelumnya mereka berikan karena hasilnya tidak menjadi kebiasaan.

Memberikan motivasi siswa secara terus menerus ke siswa juga merupakan bentuk penerapan teori ini. Seperti sosok Ibu Muslimah dalam film Laskar Pelangi (2008) yang selalu mendukung kesepuluh siswanya agar tidak patah semangat meskipun sekolahnya cukup tertinggal daripada sekolah yang lain.

Saat Lintang, salah satu siswanya, harus bekerja demi menghidupi keluarga, Ibu Muslimah pun terus memberikan penguatan positif berupa motivasi agar Lintang kembali ke sekolah. Dari dukungan yang Ibu Muslimah berikan, muncul respon yang baik dari Lintang di mana akhirnya ia melanjutkan sekolah. Jadi, perlu kita perhatikan ya Bapak dan Ibu Guru kalau pengulangan dan penguatan positif harus berjalan beriringan dalam penerapan teori Belajar Behavioristik, seperti yang telah Ibu Muslimah lakukan ke siswa-siswanya.

Selain contoh di atas, ada beberapa lagi bentuk penerapan teori Belajar Behavioristik yang bisa kita lakukan. Adakah Bapak dan Ibu Guru yang tahu?

Contoh Teori Belajar Behavioristik

Berdasarkan Skinner, seorang tokoh Behaviorisme, dalam Supporting Children’s Learning A Guide for Teaching Assistants (2007), penguatan yang diberikan pada suatu perilaku menyebabkan perilaku itu muncul lagi dan menjadi suatu kebiasaan dalam diri seseorang.

Contoh sederhananya, saat kita memberikan pertanyaan ‘berapa hasil 3+4?’, siswa akan menghitung hasilnya dan berusaha menjawab dengan benar. Jika jawabannya memang tepat, kita akan memberikan pujian ke mereka. Dari kejadian ini, siswa tahu bahwa cara untuk mendapatkan pujian adalah menjawab pertanyaan dengan benar. Kedepannya, saat ia ingin mendapatkan pujian dari kita, ia akan melakukan hal yang sama.

Berdasarkan contoh ini, pertanyaan yang kita berikan adalah bentuk rangsangan yang memprovokasi perilaku siswa untuk memberikan respon berupa jawaban yang benar. Sementara, pujian dalam hal ini merupakan bentuk penguatan terhadap perilaku siswa agar menjawab pertanyaan dengan tepat.

Ternyata, betul ya Bapak dan Ibu Guru. Sebuah pujian kecil bisa menciptakan perilaku yang baik terhadap siswa bahkan memotivasinya untuk terus belajar.

Demikian sedikit pembahasan tentang teori Belajar Behavioristik. Menurut Bapak dan Ibu Guru, apakah teori ini bisa diterapkan dan sesuai dengan kondisi kelas?

Pembelajaran Berdiferensiasi, Efektifkah Penerepannya?

E-Belajar.id – Bapak dan Ibu Guru, bagaimana nih kabarnya? Semoga kegiatan pembelajarannya selalu berjalan lancar ya. Membahas soal pembelajaran, tahukah Bapak dan Ibu Guru tentang pembelajaran berdiferensiasi? Kelas kita pastinya terdiri dari berbagai karakteristik siswa yang berbeda-beda. Belum lagi perbedaan latar belakang budaya dan keluarga, kepribadian, serta hobi siswa. Hal itu membuat tingkat pemahaman mereka akan materi juga berbeda.

Dalam kelas dengan karakteristik siswa yang unik itu, diferensiasi menjadi elemen yang penting untuk melakukan proses belajar dan mengajar. Karena, pembelajaran berdiferensiasi membantu tercapainya hasil belajar yang maksimal.

Nah, bagaimana ya cara menerapkan pembelajaran berdiferensiasi itu? Kita bahas bersama yuk, Bapak dan Ibu Guru!

Apa Itu Pembelajaran Berdiferensiasi?

Salah satu cara untuk menemukan solusi masalah pembelajaran adalah dengan melakukan pemetaan kebutuhan siswa yang bisa kita lakukan dengan pembelajaran berdiferensiasi.

Dalam buku Road to Guru Penggerak (2021) menjelaskan kalau pembelajaran berdiferensiasi adalah serangkaian kegiatan pembelajaran yang di buat berdasarkan kebutuhan siswa dan bertujuan untuk membantu siswa sukses dalam belajar.

Pembelajaran ini memungkinkan siswa untuk memilih apa mereka ingin pelajari, bagaimana cara belajar, dan produk belajar apa yang ingin mereka hasilkan. Tapi, tentu saja ada batasan-batasan yang harus kita perhatikan. Di sinilah tugas guru untuk memberi arahan berdasarkan kurikulum yang berlaku.

4 Prinsip Pembelajaran Berdiferensiasi

Keputusan yang kita ambil dalam pembelajaran ini di dasarkan pada kelima prinsipnya. Bertujuan untuk menjawab kebutuhan belajar siswa yang beragam.

Lingkungan Belajar

Tidak hanya keadaan fisik seperti keadaan cuaca atau susunan meja di kelas, kondisi emosional juga mempengaruhi proses pembelajaran.

Menurut penelitian beberapa ahli dalam buku Assessment and Student Success in a Differentiated Classroom (2013), hubungan emosional antara guru dan siswa bisa memperkuat pertumbuhan akademik siswa. Hubungan ini membuat siswa percaya bahwa kita adalah seseorang yang bisa di andalkan untuk mencapai kesuksesan.

Kurikulum yang Berkualitas

Kurikulum yang baik paling tidak harus mempunyai 3 atribut mendasar, yaitu bertujuan jelas tentang apa yang harus diketahui, dipahami, dan dilakukan siswa; menghasilkan pemahaman siswa tentang pentingnya manfaat dari materi yang dipelajari; serta melibatkan siswa dalam proses belajar.

Jadi, kurikulum yang berkualitas tidak hanya berisi tentang apa yang akan kita ajarkan tapi lebih fokus pada apa yang harus siswa pelajari dan siswa inginkan.

Penilaian yang Menunjukkan Hasil Belajar

Supaya pembelajaran berdiferensiasi berjalan efektif, kita perlu mengetahui sampai mana tingkat pemahaman siswa saat memulai pelajaran, dan sejauh mana pemahaman baru bisa mereka terima. Dengan kata lain, penilaian atau asesmen menjadi petunjuk untuk merencanakan kegiatan pembelajaran berdiferensiasi.

Instruksi yang Menjawab Kebutuhan Siswa

Jika kurikulum mengacu pada apa yang harus kita ajarkan atau apa yang harus siswa pelajari, instruksi atau pengajaran di sini fokus pada bagaimana kita mengajar atau bagaimana siswa menerima pengetahuan.

Instruksi menjadi inti dari pembelajaran berdiferensiasi karena tujuan akhir dari pembelajaran ini adalah memastikan bahwa setiap siswa mempunyai pengalaman belajar yang terbaik, sebagai cara untuk memaksimalkan pertumbuhan pengetahuan mereka.

Tapi selain prinsip, ada hal lain yang harus kita perhatikan saat melakukan pembelajaran berdiferensiasi, yaitu komponen-komponennya. Yuk kita lihat, apa saja sih komponen pembelajaran berdiferensiasi.

Komponen Pembelajaran Berdiferensiasi dan Contohnya

Pembelajaran ini terjadi ketika kita sebagai guru merencanakan pelajaran yang sesuai dengan konten yang akan kita bahas, proses atau produk yang kita gunakan sesuai dengan keinginan siswa, serta mereka bisa menerima pembelajaran yang mereka butuhkan untuk berkembang dan berhasil.

Kelima komponen di atas bisa kita bedakan dan kita sesuaikan dengan kondisi setiap siswa untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan mereka yang berbeda-beda, meliputi kesiapan, minat, dan profil atau preferensi siswa dalam belajar.

Contohnya seperti ini Bapak dan Ibu Guru. Untuk menjelaskan fenomena batuan, kita bisa menggunakan video atau gambar untuk mendukung pemahaman siswa yang tidak mempunyai pengalaman dan membutuhkan pengembangakan terkait materi tersebut.

Jika Bapak dan Ibu Guru mengajar Matematika, mintalah siswa untuk mencari benda-benda simetri di rumah mereka dan membawanya ke sekolah. Lalu, tunjuk beberapa siswa untuk memberikan penjelasan tentang benda yang mereka bawa, termasuk alasan mengapa benda tersebut mewakili sebuah simetri.

 

Sukses dalam Pendidikan, Inilah Langkah-Langkahnya

E-Belajar.id – Tiap sebelum tidur sudah membayangkan kesuksesan yang pingin kita raih, tapi giliran harus berusaha rasanya nggak seasyik ketika kita bayangkan. Mungkin bukannya nggak mau berusaha, tapi bingung apa yang sebenarnya harus kita lakukan agar Sukses.

Nah, kalau kamu masih bingung, artikel ini pas banget nih buat kamu. Karena, kali ini saya akan membagikan empat cara untuk sukses dalam pendidikan maupun masa depan.

Belajar Bagaimana Cara Sukses Belajar 

Belajar memang merupakan proses yang sangat penting dalam kehidupan, terutama kalau kita ingin memiliki keahlian di bidang tertentu. Dari hal-hal yang sederhana seperti bisa berjalan hingga berlari saja melalui proses belajar.

Mahatma Gandhi pun pernah memberikan nasihat supaya memanfaatkan waktu yang kita punya untuk belajar karena hidup nggak selamanya. Nasehat itu ia berikan melalui ungkapan di bawah ini.

Nah, untuk mendukung keberhasilan belajar kita, belajar cara belajar yang tepat buat kita juga perlu, lho. Ini nih yang orang-orang sering kelewatan. Pusing-pusing dulu mikirin banyaknya materi yang perlu kita pelajari tapi tidak mempersiapkan cara belajar efektif dan efisien. Alhasil, mungkin setelah beberapa hari udah lupa deh, yang kita pelajari.

Seperti yang di laporkan pada laman The New Zealand Curriculum Update (2012)belajar cara belajar itu penting banget supaya seseorang tidak bergantung pada orang lain untuk mendapatkan pembelajaran. Dengan mengetahui cara belajar terbaik kita, kita jadi bisa dengan proaktif mencari informasi dan media pembelajaran yang kita butuhkan.

Cara belajar sendiri ada bermacam-macam. Kita mungkin ingin coba baca-baca tentang model belajar mandiri supaya elo terbiasa untuk mengontrol diri sendiri dan lingkungan supaya tidak menghambat proses belajar.

Selain itu, mengutip laporan dari Rasmussen University, siswa itu bisa belajar melalui empat cara yang berbeda, Sobat Zenius. Bisa belajar melalui media visual seperti gambar dan video, melalui suara, pengalaman langsung, atau proses membaca dan menulis. Nah, kita bisa nih mengamati cara belajar kita yang paling baik melalui cara yang mana.

Kalau menurut kita satu cara kurang mantap, kita juga bisa kok mengkombinasikan beberapa cara dalam proses belajar kita.  Kalau kata seorang ilmuwan kognitif Amerika, Marvin Misky, “Kita nggak akan mengerti apapun sampai kita mempelajarinya melalui lebih dari satu cara.”

Disiplin Waktu 

Disiplin waktu ini berkaitan dengan manajemen waktu kita. Bagaimana kita membagi waktu dan mengalokasikan untuk belajar suatu hal atau pun bekerja. Nah, kalau sudah diatur waktunya yang kita lakukan adalah disiplin dalam menepatinya.

Berapa sih lama waktu belajar yang efektif? Menurut laporan Thoughtco (2019), lama waktu yang baik untuk satu sesi belajar adalah minimal satu jam. Tapi tergantung juga nih dengan banyaknya materi yang kita harus pelajari. Kalau satu jam kurang kita bisa buat beberapa sesi dengan menyelipkan waktu istirahat diantara setiap sesinya.

Aduh tapi gue orangnya suka menunda pekerjaan dan kalau belajar atau kerja nggak kuat lama-lama. Tenang, kita bisa banget menggunakan teknik belajar Pomodoro, sebuah teknik mengatur waktu belajar dengan timer yang dilengkapi waktu istirahat sekaligus dapat memperkuat tekad belajar elo (Francesco Cirillo, 2018).

Tidak Takut Gagal

Seperti yang dilaporkan oleh Verywell Mind (2021), rasa takut akan kegagalan atau atychiphobia, biasanya muncul sebagai respon terhadap suatu situasi atau karena sifat perfeksionis diri.

Nah, salah satu tanda dari rasa takut adalah sikap yang cenderung menghindar. Jadi, itu kenapa kalau kita takut gagal juara mungkin kita malah jadi milih nggak ikut lombanya sekalian.

Dalam mengejar kesuksesan, baik itu dalam dunia pendidikan atau karier, jangan sampe nih rasa takut kita menggagalkan impian elo. Bahkan Jerome Polin, YouTuber Indonesia yang masuk dalam daftar Forbes 30 Under 30 2021 juga pernah mengalami kegagalan.

Untuk menangani rasa takut, kita bisa meningkatkan keberanian kita. Menurut laporan dari The Atlantic, kita bisa meningkatkan keberanian dengan fokus pada apa yang ada pada masa kini saja, dan mensimulasikan sesuatu sebelum benar-benar harus melakukannya.

Purpose Driven Bukan Hanya Profit Driven 

Purpose driven artinya dorongan yang kita miliki untuk melakukan sesuatu adalah suatu tujuan kita pribadi. Sedangkan kalau profit driven, keuntungan atau uanglah yang memberikan kita dorongan.

Nah, kalau membahas tentang dorongan untuk melakukan sesuatu kita akan mengarah ke yang namanya motivasi. Seperti yang dilaporkan oleh Verywell Mind (2020), kalau kita masih mendasarkan apa yang kita lakukan pada keuntungan yang bisa kita dapatkan dari dunia luar, seperti uang, itu artinya motivasi kita bukan dari motivasi internal tapi motivasi atau imbalan eksternal.

Menurut penelitian motivasi intrinsik ini dapat menjadi prediksi untuk kualitas kerja yang lebih baik lho. Dengan motivasi intrinsik, semangat kita pun akan lebih kuat karena seperti yang dilansir oleh Forbes (2018), memiliki purpose atau tujuan berarti kita siap menenggelamkan diri kita dalam tujuan itu. Dari mewujudkan tujuan itu, kita pun akan mendapatkan kepuasan tersendiri.

Menuju Sukses Di Masa Depan

Nah, itu tadi 4 langkah menuju sukses yang bisa saya bagikan. Keempat langkah atau cara tersebut bisa kita terapkan baik dalam dunia pendidikan ataupun karir supaya dapat meraih kesuksesan.

Dan, jangan lupa untuk mengambil tidakan untuk menerapkan segala hal yang sudah kita pelajari dan persiapkan karena seperti kata Johann Wolfgang Von Goethe, seorang sastrawan Jerman yang terkenal, “Pada akhirnya, apa yang diingat dari sebuah proses pembelajaran hanyalah yang diterapkan langsung dalam praktik.”

Revolusi Industri 4.0? Apa Pengaruhnya Buat Kita?

E-Belajar.id – Salah satu tanda hadirnya revolusi Industri 4.0, Buat para Android users, ada berita baru, nih! Google baru aja merilis Android 12L yang kabarnya bakal di aplikasikan sama Samsung, Lenovo, dan Microsoft. Nah, si Android 12L ini sengaja di rancang dan di optimalkan buat tablet sama perangkat yang bisa di lipat. Apalagi kita tahu, sekarang banyak banget handphone dengan model lipat. Nggak cuma itu aja, tapi handphone berbentuk tablet juga masih jadi favorit banyak orang.

Terus, kelebihannya apa nih?

Di sini Google menyempurnakan sistem User Interface (UI) buat layar yang ukurannya besar, membuat aktivitas multitasking jadi lebih mulus, dan juga meningkatkan kompatibilitas aplikasi jadi lebih baik pas kita gunakan. Canggih, kan? Rasanya mau berterima kasih sama perkembangan teknologi zaman sekarang, deh. Apalagi, dengan semakin canggihnya teknologi, mendorong hadirnya Revolusi Industri 4.0 di kehidupan kita sekarang. Wah, apalagi tuh?!

Buat teman-teman yang ngerasa hidup semakin lebih mudah semenjak kehadiran ojek online, ini merupakan salah satu pengaruh positif dari kehadiran Revolusi Industri 4.0, lho. Selain itu, apa lagi ya pengaruhnya? Supaya kamu nggak bertanya-tanya lagi, sini ikut saya ngebahas Revolusi Industri 4.0 bareng, yuk!

Apa Itu Revolusi Industri 4.0?

Sebelum kita masuk ke pengaruhnya, gue mau ceritain dulu nih tentang apa itu Revolusi Industri 4.0 itu?

Oke, jadi Revolusi Industri 4.0 ini bisa kita bilang sebagai penerus dari Industri 3.0, karena kehadirannya memang berkembang dari situ. Istilahnya mulai booming dan di perkenalkan pertama kali ke publik pada tahun 2011 sebagai “Industrie 4.0” oleh sekelompok orang yang jadi perwakilan dari beberapa bidang seperti akademisi, politisi, dan pebisnis dari Jerman.

Pada saat itu, para peneliti dari Kementerian Pendidikan Federal Jerman mulai mengeksplorasi tren yang sedang terjadi. Di mana mereka mau cari tahu kira-kira apa aja kecanggihan dari teknologi yang bisa lebih membantu kehidupan kita.

Sesuai sama namanya, pencarian ini memang mereka fokuskan buat di bidang industri, ya. Dengan memanfaatkan kemajuan teknologi yang ada, mereka mulai berpikir gimana caranya supaya memudahkan orang untuk punya pengalaman kerja yang lebih efektif dan efisien.

Selang 9 tahun berjalan, Pemerintah Federal Jerman kemudian mengadopsi gagasan tersebut dalam High-Tech Strategy di tahun 2020. Setelah itu, mulai deh mereka membentuk sebuah tim untuk memberikan saran lebih lanjut tentang penerapan Industri 4.0 ini. Oh iya, kayak yang tadi sempat kita singgung sebelumnya, Revolusi Industri 4.0 ini merupakan penerus dari Industri 3.0. Artinya, Industri 4.0 merupakan revolusi keempat yang ada. Sebelumnya tuh ada Revolusi Industri 1.0, 2.0, dan 3.0.

Terus, bagaimana perkembangan dan bedanya Revolusi Industri 4.0 dengan yang sebelumnya? Sini, gue jelasin secara singkat lewat infografis di bawah ini, ya!

Di lihat dari penjelasan di atas, bisa kita lihat bedanya Revolusi Industri 4.0 di bandingkan dengan yang sebelumnya yaitu pada revolusi kali ini, semua aktivitas industri sudah mulai beralih ke digital. Jadi, pemanfaatan teknologi dan internet nggak bisa dipisahkan dari kehidupan manusia sehari-hari. Mulai dari mesin pintar, bisnis digital, sampai penggunaan media sosial di bidang industri jadi highlight utama dari kehadiran revolusi industri kali ini.

Pengaruh Revolusi Industri 4.0

Tadi kita udah kenalan sama Revolusi Industri 4.0, sekarang gue mau ajak elo buat cari tahu apa aja pengaruh dari kehadiran revolusi keempat ini, terutama di kehidupan kita sehari-hari.

Tanpa kita sadari revolusi industri yang kita jalani sekarang ini nggak cuma mempengaruhi apa yang kita lakukan, tetapi juga membentuk jati diri kita banget, lho. Mulai dari mempengaruhi privasi, pola konsumsi, waktu yang kita habiskan buat bekerja dan bersantai, hingga cara kita memelihara hubungan dengan orang lain.

Apalagi di zaman sekarang, segala sesuatu yang dilakukan udah jadi serba digital. Mau ngapa-ngapain rasanya jadi semakin gampang. Kecanggihan dari teknologi di bidang industri ini pun merambat ke transportasi dan membuat hidup kita menjadi lebih efektif serta efisien setelah hadirnya ojek online.

Nggak cuma itu aja, layanan bisnis makanan berbasis digital juga makin marak sekarang. Kalau dulu, mungkin elo harus langsung datang ke restoran buat membeli makan, sekarang elo bisa beli makan dengan sentuhan jari aja lewat smartphone.

Selain di kehidupan sehari-hari dan bisnis, ternyata Revolusi Industri 4.0 juga memiliki pengaruh ke pemerintahan, lho. Ini memudahkan kita sebagai rakyat buat bisa menyuarakan pendapat secara langsung ke pemerintah dengan mudah.

Secara bersamaan, pemerintah bisa mendapatkan kekuatan melalui teknologi baru untuk meningkatkan kontrol mereka atas masyarakat dan mempertegas kemampuan untuk mengontrol infrastruktur digital.

Tantangan Yang Harus Kita Hadapi

Meskipun rasanya banyak pengaruh positif yang membuat hidup kita semakin efektif dan efisien, tapi ada juga tantangan dari hadirnya Revolusi Industri 4.0, nih.

Melansir dari We Forum, salah satu tantangan terbesar dari Revolusi 4.0 yaitu berkaitan sama privasi. Seperti yang kita tahu, dunia digital ini luas dan transparan banget. Nggak mudah rasanya buat kita bisa merahasiakan informasi, saking mudahnya informasi itu didapatkan secara online.

Tapi, ada pendapat kalau privasi yang bisa diakses secara online tersebut justru memudahkan kita buat menjalin koneksi sama orang lain, contohnya di LinkedIn. Dengan menyematkan beberapa informasi terkait diri, karier, dan pendidikan, nggak jarang profil kita menarik perhatian orang di sana.

Meskipun memudahkan pekerjaan manusia, AI ini bisa dibilang jadi tantangan tersendiri buat kita. Di mana kita harus mengasah skill atau kemampuan lain yang tetap bisa bersaing dengan teknologi canggih. Yang mulai menggantikan peran manusia di bidang industri seperti sekarang.

Melansir dari CNBC Indonesia, diperkirakan ada beberapa pekerjaan manusia yang akan tergantikan juga nih oleh robot. Contohnya kayak pekerja di pabrik, operator, resepsionis, kasir, teller atau pegawai bank, hingga pilot.

Perkiraan ini dituliskan oleh BBC pada tahun 2019 yang didapatkan berdasarkan analisis dari Oxford Economics. Analisis itu menyebutkan setidaknya ada sekitar 20 juta pekerjaan manufaktur yang mungkin akan digantikan oleh robot pada 2030 nanti.

Wah, ternyata banyak banget ya pengaruh dari Revolusi Industri 4.0 di kehidupan kita sehari-hari. Dengan semakin majunya teknologi, diharapkan semoga kita bisa jadi Sumber Daya Manusia (SDM) yang lebih canggih lagi kedepannya!

Pembelajaran STEAM, Metode Pembelajaran Modern

E-Belajar.id – Bapak dan Ibu Guru, saat mengajar dalam kelas lebih memilih contoh kegiatan yang mana? Meminta siswa untuk membaca buku pelajaran lalu menuliskan kesimpulannya, atau meminta mereka untuk membuat data tabel mengenai macam-macam film yang mereka suka? Kalau memilih kegiatan yang kedua, tanpa kita sadari Bapak dan Ibu Guru menggunakan pendekatan pembelajaran STEAM (sciencetechnologyengineeringarts, dan mathematics), lho. Hmm, apa ya maksudnya? Supaya ada gambaran yang jelas, yuk langsung saja kita bahas tentang pendekatan yang satu ini.

Mengenal Model Pembelajaran STEAM

Seiring perkembangan teknologi menuntut kita untuk terus mengadaptasinya ke dalam pembelajaran, mulai dari menggunakannya sebagai media sampai menggabungkannya dengan kompetensi yang lain agar tercipta pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan di abad 21 ini. Nah, untuk mempersiapkan generasi penerus yang siap dengan segala perkembangan zaman, muncullah pendekatan pembelajaran STEAM.

Awalnya, hanya ada pendekatan STEM yang National Science Foundation (NSF) Amerika Serikat telah kenalkan di tahun 1990-an. Tapi dalam perkembangannya dan melihat kebutuhan saat ini, pendekatan STEM berkembang menjadi STEAM dengan menambahkan aspek arts atau seni di dalamnya.

Dengan pembelajaran STEAM, kita harapkan siswa bisa meningkatkan pemahaman dan pengetahuan mereka tentang kelima kompetensi tersebut dan menggunakannya untuk menyelesaikan permasalahan serta membuat suatu keputusan untuk kemajuan manusia.

Menurut Direktorat Sekolah Menengah Pertama Kemdikbud, pembelajaran STEAM penting untuk kita terapkan karena punya beberapa keunggulan, yaitu:

  • Membantu mengembangkan inovasi dalam kehidupan.
  • Meningkatkan ketertarikan siswa terkait profesi di bidang STEAM.
  • Menciptakan pembelajaran yang semakin sesuai dengan kehidupan.
  • Membantu siswa membangun konsep diri secara aktif.
  • Meningkatkan literasi siswa tentang STEAM.

Sekarang pertanyaannya, bagaimana langkah untuk menerapkan pembelajaran STEAM?

Langkah Menerapkannya di Kelas

Untuk menerapkan pembelajaran STEAM, kita bisa mengadopsi serangkaian proses yang digunakan oleh insinyur dalam menciptakan sebuah produk atau teknologi. Proses ini kita kenal juga dengan istilah engineering design process (EDP).

Terus, bagaimana langkah menerapkan EDP dengan pembelajaran berbasis STEAM?

  1. Menemukan Masalah dan Solusi
    Di tahap awal, minta siswa untuk mengidentifikasikan masalah atau kebutuhan tertentu yang muncul. Pastikan mereka untuk melihat kemungkinan solusi dari masalah tersebut.
    Setelah itu, siswa harus menentukan kriteria dan batasan yang mereka gunakan untuk merancang solusi masalah, contohnya produk yang mereka hasilkan harus bisa menghasilkan energi dan bahannya ada di sekitar rumah.
  1. Membayangkan Produk
    Setelah mengetahui solusi dari masalah yang telah mereka temukan, siswa bisa membayangkan bagaimana produk bisa mereka wujudkan secara nyata. Untuk menciptakannya, mereka bisa saling berdiskusi dan berbagi ide dalam kelompok, contohnya bagaimana bentuk produk tersebut, bagaimana cara produk itu bekerja, dan sebagainya.
  1. Merencanakan Produk
    Kalau sebelumnya siswa hanya membuat gambaran tentang produk, di tahap ini mereka sudah harus menyusun rencana tentang rancangan produk mulai dari sketsa bentuk, ukuran, dan bahan-bahan yang mereka perlukan.
  1. Membuat dan Menguji Produk
    Di tahap akhir, pastikan siswa berhasil membuat produk sesuai dengan rancangan yang ada. Setelah itu, lakukan uji coba produk berdasarkan kriteria dan batasan yang sudah mereka tentukan sebelumnya. Kalau produk belum memenuhi kriteria, diskusikan bersama siswa bagaimana cara untuk memperbaiki dan menyempurnakan produk itu.

Langkah-langkah di atas bisa langsung Bapak dan Ibu Guru terapkan ke dalam contoh kegiatan pembelajaran STEAM. Sebentar, contoh kegiatannya apa saja ya?

Contoh Pembelajaran STEAM

Pembelajaran STEAM bisa kita jalankan di semua tingkatan pendidikan, karena aspek pelaksanaannya seperti kecerdasan, kreativitas, dan kemampuan mendesain tidak bergantung pada usia siswa. Karena itu, sejak pertama mereka kenalkan, pembelajaran ini banyak penerapannya di berbagai sekolah di dunia, mulai dari tingkat sekolah dasar sampai perguruan tinggi.

Kalau di Indonesia sudah mulai menerapkannya, bagaimana ya contoh kegiatan pembelajarannya?

Nah, pembelajaran STEAM di kelas bisa kita mulai dengan memicu diskusi tentang suatu topik yang sedang ramai kita bicarakan, misalnya tentang sampah.

Dalam diskusi, kita bisa minta siswa untuk menghitung volume sampah rumah tangga yang dihasilkan dalam kurun waktu tertentu. Untuk penghitungan yang lebih kompleks, kita juga bisa menugaskan siswa untuk mencari volume sampah yang dihasilkan dari suatu kelurahan, kecamatan, atau kota. Selain menghitung volume, arahkan diskusi tentang cara pembuangan dan pengolahan sampah, masalah yang bisa disebabkan oleh sampah rumah tangga, serta mengelompokkan jenis sampah rumah tangga apa saja yang bisa didaur ulang.

Tidak sampai di situ, siswa bisa menyusun proyek rancangan alat atau benda yang dibuat dari hasil daur ulang sampah. Tentunya alat ini harus memiliki nilai seni.

Di tahap terakhir, kita harus memastikan bahwa siswa berhasil menciptakan alat tersebut dan menjelaskan cara kerja serta manfaatnya ke teman-teman yang lain.

Dalam pembelajaran STEAM, Bapak dan Ibu Guru bisa memanfaatkan Learning Management System (LMS) E-Belajar, lho. Beragam fitur yang ada di LMS E-Belajar memudahkan pembelajaran mulai dari membagikan video materi, melihat progres belajar siswa, sampai proses penilaian.

Problem Based Learning, Melalui Masalah Kita Belajar

E-Belajar.id – Halo Bapak dan Ibu Guru, bagaimana kegiatan pembelajarannya? Semoga tetap semangat ya meskipun kondisi cuaca lagi tidak menentu, kadang panas lalu tiba-tiba hujan. Ngomong-ngomong soal hujan, pernahkah Bapak dan Ibu Guru bersama siswa memikirkan bagaimana proses itu terjadi? Dari cuaca panas terik, tiba-tiba muncul awan gelap yang menutupi sinar matahari. Tidak lama, muncul petir dan berakhir dengan hujan. Nah, ketika kita melihat peristiwa itu dan mencoba berpikir serangkaian penyebabnya, kegiatan itu mewakilkan apa yang kita sebut dengan Problem Based Learning (PrBL).

Problem based learning atau pembelajaran berbasis masalah merupakan salah satu metode pembelajaran yang pelaksanaannya meliputi deskripsi masalah, motivasi untuk mengetahui lebih lanjut, dan pengaktifan pengetahuan sebelumnya lewat proses pemikiran masalah.

Dengan kata lain, masalah yang ada memunculkan keinginan untuk kita mencari tahu informasi lebih lanjut agar mendapat pengetahuan baru.

Apa Itu Problem Based Learning?

Problem based learning pertama kali di kenalkan pada tahun 1969 di sekolah kedokteran McMaster University, Hamilton, Kanada. Sejak itu, banyak universitas dan sekolah di seluruh dunia yang menggunakan metode pembelajaran ini sampai sekarang.

Dalam Strategi Pembelajaran Problem Based Learning (2020), strategi ini memiliki arti sebagai metode pembelajaran yang mengarahkan siswa untuk mendapatkan ilmu baru dari analisis berbagai pengetahuan dan pengalaman belajar yang mereka miliki, serta menghubungkannya dengan permasalahan belajar yang guru berikan.

Pembelajaran berbasis masalah berkembang untuk memberikan siswa pengalaman belajar yang mengutamakan kemampuan analisis materi secara mandiri. Dengan adanya permasalahan yang nyata, mereka bisa belajar berpikir kritis, mengembangkan keterampilan memecahkan masalah, dan memperoleh pengetahuannya sendiri.

5 Karakteristik Problem Based Learning

Seperti halnya metode pembelajaran yang lain, pembelajaran berbasis masalah mempunyai ciri-ciri khusus seperti yang tertera di gambar.

Dari kelima karakteristik di atas, fokus utama pembelajaran berbasis masalah bukanlah untuk menghafal materi melainkan pada kegiatan siswa dalam menemukan pengetahuan barunya melalui proses berpikir, berkomunikasi, mengolah data, dan menyimpulkan solusi.

Tapi, problem based learning memiliki karakteristik yang mirip dengan metode project based learning (pembelajaran berbasis proyek) di mana siswa kita arahkan untuk menyelesaikan permasalahan. Terus, apa yang membedakan keduanya?

Perbedaannya Dengan Project Based Learning

Meskipun sebelumnya sudah mengetahui karakteristik problem based learning, kita mungkin masih bingung tentang perbedaannya dengan metode project based learning. Mari kita cek bersama, di mana letak perbedaannya?

Pembelajaran berbasis masalah melihat masalah dunia nyata dan siswa mengeksplorasi solusi melalui pendekatan berbasis inkuiri. Nah, pembelajaran berbasis proyek melakukan hal yang sama tetapi menambahkan unsur keterlibatan langsung siswa untuk mengaplikasikan solusinya.

Sebuah metode pembelajaran akan lebih mudah kita pahami saat kita sudah mengetahui langkah-langkah untuk menerapkannya. Maka dari itu, langsung saja kita bahas, bagaimana cara menerapkan metode ini dalam kelas?

Langkah-langkah Penerapan

Dalam penerapannya, ada beberapa langkah yang harus dilakukan. Langkah-langkah ini biasanya disebut dengan sintaks problem based learning.

Ada 6 langkah yang perlu kita lakukan untuk menerapkan model pembelajaran berbasis masalah, di antaranya:

  1. Menyampaikan tujuan dan mengenalkan masalah.
  2. Mengorganisasikan siswa untuk belajar, baik dalam kelompok atau individu.
  3. Memfasilitasi kegiatan siswa dalam mengidentifikasi masalah dan menyusun berbagai rencana penyelesaiannya.
  4. Melakukan pendampingan terhadap siswa untuk mengumpulkan informasi dan juga data yang berhubungan dengan rencana.
  5. Memberikan kesempatan bagi siswa untuk menyajikan hasil pembelajarannya.
  6. Mengarahkan siswa untuk memeriksa dan mengevaluasi berbagai kegiatan yang sudah dilakukan.

Sementara itu, Trianto dalam Problem-Based Learning di Masa Pandemi (2021) membagi sintaks model pembelajaran berbasis masalah ke dalam 5 tahap yang secara detail bisa dilihat melalui gambar di bawah ini.

Lewat problem based learning, siswa belajar untuk menganalisis dan memecahkan masalah yang relevan dengan tujuan pembelajaran, memperoleh pengetahuan baru, serta mengembangkan keterampilan mengarahkan diri yang diperlukan untuk pembelajaran seterusnya.

Mengambil kutipan terkenal dari Albert Einstein, “If I had an hour to solve a problem, I’d spend 55 minutes thinking about the problem and 5 minutes thinking about solutions,” belajar dari sebuah masalah mengarahkan siswa untuk mendapatkan petunjuk tentang solusi permasalahan itu sendiri.

“Monday Blues” : Rasa Takut Menghadapi Hari Senin

E-Belajar.id “Akhirnya, besok weekend” ini pikiran yang mungkin selalu menguasai otak kita setiap hari Jumat. Setiap menuju weekend, nggak tahu kenapa kita rasanya seneng banget. Padahal, semenjak pandemi Covid-19, waktu akhir pekan kita paling diabisin buat di rumah aja, sih. Ya … paling rebahan di kamar 24 jam sambil nontonin drama korea kesayangan. Atau, ngabisin waktu malem mingguan dengan video call sama ayang. Sesimpel itu. Tapi, nggak tahu kenapa kita selalu senang dan menunggu waktu-waktu ini. Beda lagi kalo udah ngadepin malem senin.

Tapi, kamu pernah nggak sih, ngerasa mulai bete kalau udah di hari Minggu malam? Asli! Kayak udah kepikiran gini, “Duh, besok senin. Gue harus bangun pagi, dong?” atau “Hadeh, Senin lagi, Senin lagi”.

Kalau kamu ngerasain, kita ada di pihak yang sama.

Tapi, saya mau kasih tahu juga nih, kalau rasa cemas, malas, dan bete yang kita rasain menuju hari Senin itu ada istilahnya, namanya Monday blues. Ternyata, ini juga ada kaitannya sama fobia, namanya Lunaediesophobia atau ketakutan akan hari Senin. Lah, dari rasa bete aja kok bisa sampai ke fobia, sih? Saya punya penjelasannya di sini. Yuk, bahas fenomena Monday blues!

Apa Itu Monday Blues?

Wahai hari Senin, kenapa kamu banyak dihindari orang-orang, ya? Termasuk saya. Apalagi kalau habis ada long weekend gitu, kayak di antara hari Kamis atau Jumat yang tanggal merah. Rasanya kayak jiwa dan raga saya tertinggal di weekend gitu. Itu beneran terjadi, atau cuma pola pikir aja, ya?

Ternyata, itu disebut sebagai Monday blues. Kalau menurut wawancara Forbes dengan Alexander Kjerulf, seorang international author, Monday blues artinya sekumpulan perasaan negatif (lesu, cemas, nggak semangat) yang dirasakan seseorang ketika mereka menghadapi hari Senin, apalagi kalau nggak suka sama apa yang bakal dikerjain.

 

Bahkan, menurut jurnal yang gue baca, Journal of Applied Social Psychology (2006), dua peneliti di bidang kesehatan dari rumah sakit St James’s, Inggris, yang bernama Giles P. Croft dan Anne E. Walker melakukan penelitian tentang dampaknya hari Senin kepada 66 orang, lho. 

Hasilnya apa? 100% peserta penelitian mengakui kalau hari Senin adalah hari terburuk di antara hari lain selama satu minggu. Dan, mereka mengakui juga kalau ada dampaknya ke kesejahteraan dan suasana hati seseorang. 

Tapi, emangnya benar kalau itu bisa mengarah ke fobia? Berarti, kita fobia sama hari Senin, dong? Eits, sebelum kamu self-diagnosed, saya jelasin dulu, ya.

Menurut American Psychiatric Association atau asosiasi psikiatri dari Amerika Serikat, fobia adalah ketakutan yang berlebihan kepada suatu objek atau situasi. Saking takutnya, seseorang yang mengalami fobia biasanya merasa terancam.

Kenapa Orang Mengalami Monday Blues?

Menarik banget, saya punya penjelasannya dari sisi psikologis. Menurut Sanam Hafeez, seorang neuropsikolog dari Amerika Serikat, penyebab Monday blues itu karena ada perubahan pola tidur yang berpengaruh ke ritme tubuh kita.

Contohnya, gini. Siapa yang suka tidur siang pas weekend? Kalau saya, ya emang kerjaannya tidur seharian sih setiap weekend. Jadi, walaupun kita udah banyak istirahat seharian di akhir pekan, hari Senin bakal tetap ngerasa malas, capek, dan loyo. Soalnya, itu karena pola tidur yang kebanyakan di weekend kemarin. Jadi, badan kita nggak terbiasa buat lebih produktif di hari Senin. 

Atau, bisa jadi kamu tipe orang yang banyak rencana setiap weekend. Saya kasih penjelasannya, nih.

Karena selama weekend mungkin kita banyak beraktivitas bareng keluarga atau temen, makanya emosional dan fisik kita bakal lebih lelah dibanding biasanya. Jadi, pas ketemu hari Senin, kita nggak punya tenaga lagi.

Terus, rasanya kalau udah hari Senin tuh bakal super malas buat jadi produktif, kan? Itu ada hubungannya juga sama hormon dopamin yang ada di otak. Kenapa? Karena pas kita lagi malas, biasanya nggak ada motivasi buat ngerjain sesuatu. Nah, itu karena hormon dopamin di otak kita lagi berkurang kadarnya. 

Makanya, menurut Masud Husain, peneliti dari University of Oxford, Inggris, kita harus membangun motivasi tersendiri supaya kadar hormon dopamin di otak bertambah. Kalau hormonnya bertambah, kita bakal lebih bisa mengusir rasa malas itu. Gimana caranya supaya bisa memotivasi diri?

Cara Menghadapi Hari Senin

Jadi, kita sekarang udah tahu kan kalau Monday blues itu wajar banget dialami karena ada hubungannya sama kondisi fisik dan psikologis seseorang. Tapi, kalau kita selalu mengalami Monday blues setiap minggu, pastinya bakal mempengaruhi produktivitas, dong? Jadi, saya mau kasih beberapa tips yang bisa banget kamu coba buat mengatasinya.

Menurut Healthline, kita bisa banget mengatasinya dengan menghindari bergadang pas weekend. Mungkin, kita pernah punya pikiran, “Mumpung weekend, gue mau begadang ah ngabisin serial yang lagi gue tonton”. Padahal nyatanya, kalau kita nggak punya waktu istirahat yang cukup, dampaknya ke hari Senin bakal jadi kurang energi.

Ngomong-ngomong soal lagu dan film, saya punya beberapa rekomendasi film drama musikal dengan musik upbeat, nih. Dijamin, bikin hari kita jadi termotivasi dan lebih semangat. Bisa banget menemani kamu yang ngalamin Monday blues.

Selain itu, kita juga disaranin buat memerhatikan gaya berpakaian. Coba deh, pas kita bangun tidur, langsung mandi, terus pakai baju yang rapi kayak mau pergi. Soalnya ketika kita udah rapi, sisi psikologis seseorang juga lebih siap buat jadi produktif di hari tersebut. Jadi, kita bakal ngerasa lebih siap menghadapi hari.

Nah, itu dia penjelasan tentang fenomena Monday blues atau perasaan lemes dan nggak bertenaga yang sering kita rasain setiap ketemu hari Senin. Ternyata, ada banyak cara yang bisa kita lakuin juga supaya bisa mengatasi itu. Gimana, udah tercerahkan belum?

Kurikulum Merdeka, Upaya Pemulihan Pembelajaran

E-Belajar.id – Halo Bapak dan Ibu Guru, di artikel ini kita akan membahas informasi seputar pendidikan yang sedang ramai banget orang-orang bicarakan. Betul, Kurikulum Merdeka.

Pada Jumat, 11 Februari 2022, Nadiem Makarim selaku Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbud Ristek) telah meresmikan Kurikulum Merdeka yang bersifat fleksibel, berfokus pada materi mendasar dan pengembangan karakter, serta kompetensi siswa.

Saat peluncurannya, Mendikbud Ristek menyampaikan kalau Covid-19 memperparah kondisi pendidikan dengan learning loss dan meningkatnya kesenjangan pembelajaran. Karena itu, kurikulum ini pemerintah hadirkan sebagai salah satu upaya untuk memulihkan pembelajaran selama pandemi.

Adanya kurikulum ini mungkin memunculkan banyak pertanyaan bagi Bapak dan Ibu Guru, mulai dari cara penerapan, perbedaan, sampai bentuk pembelajarannya. Terlebih, kurikulum ini sebelumnya kita kenal dengan istilah Kurikulum Prototipe yang di nilai pergantiannya terlalu cepat.

Mengenal Kurikulum Merdeka

Dalam Buku Saku Tanya Jawab Kurikulum Merdeka oleh Kemendikbud (2022) telah mereka jelaskan bahwa Kurikulum Merdeka memiliki kegiatan yang pembelajaran beragam, dengan mengoptimalkan konten agar peserta didik mempunyai cukup waktu untuk mendalami konsep dan menguatkan kompetensi.

Bapak dan Ibu Guru mendapat keleluasaan untuk memilih berbagai perangkat ajar yang bisa kita sesuaikan dengan kebutuhan belajar dan minat peserta didik. Dalam pelaksanaannya, pemerintah menyediakan beragam perangkat ajar serta pelatihan dan penyediaan sumber belajar guru, kepala sekolah, dan dinas pendidikan.

Perbedaan dengan Kurikulum 2013

Dengan adanya ini, sekolah tetap memiliki kebebasan untuk menentukan kurikulum mana yang akan di terapkan. Sekolah bisa memilih kurikulum dalam upaya pemulihan pembelajaran, yaitu:

  • Satu, Kurikulum 2013 secara penuh
  • Dua, Kurikulum Darurat, kurikulum 2013 yang di sederhanakan
  • Tiga, Kurikulum Merdeka

Untuk lebih jelasnya, Bapak dan Ibu Guru bisa membandingkan perbedaannya dengan Kurikulum 2013 lewat gambar di bawah ini.

Kenapa Kurikulum Merdeka?

Adanya kesenjangan pendidikan antarwilayah dan kelompok sosial di Indonesia menyebabkan munculnya krisis pembelajaran. Di tambah lagi pandemi Covid-19 yang membuat kondisi pembelajaran semakin parah.

Nah, untuk mengatasi krisis itu, kita memerlukan perubahan sistematik yang salah satunya mewujudkannya lewat Kurikulum Merdeka. Struktur kurikulum ini fleksibel di mana jam pelajaran kita targetkan untuk kita penuhi dalam satu tahun dan capaian pembelajarannya fokus pada materi yang esensial sehingga siswa bisa belajar lebih mendalam.

Tidak hanya guru dan sekolah, siswa juga kita beri kebebasan dalam memilih mata pelajaran yang sesuai dengan keinginan dan bakat mereka. Pembelajaran kita arahkan untuk mengembangkan karakter siswa, di antaranya meliputi gotong royong, kemandirian, penalaran kritis, dan kreativitas.

Semua kegiatan dan program pembelajaran dalam Kurikulum Merdeka mengarah pada Profil Pelajar Pancasila. Apakah Bapak dan Ibu Guru tahu apa yang dimaksud Pelajar Pancasila?

Profil Pelajar Pancasila dalam Kurikulum Merdeka

Sebenarnya, profil Pelajar Pancasila tidak hanya berlaku pada Kurikulum Merdeka saja tapi juga untuk satuan pendidikan yang menerapkan Kurikulum 2013.

Menurut Tunas Pancasila oleh Direktorat Sekolah Dasar Kemdikbud (2021), Pelajar Pancasila adalah perwujudan dari pelajar Indonesia yang sepanjang hayat mempunyai kompetensi global dan berperilaku sesuai dengan nilai-nilai Pancasila.

Profil Pelajar Pancasila sendiri artinya sebuah profil ideal pelajar Indonesia yang menunjukkan karakter dan kompetensi, serta di harapkan menguatkan nilai-nilai luhur Pancasila dalam dirinya.

Dalam kurikulum baru ini, kegiatan pembelajaran kita arahkan pada penguatan profil Pelajar Pancasila. Siswa akan belajar melalui tema-tema tertentu yang menjadi prioritas pembelajaran setiap fasenya. Pendekatan pembelajarannya berbentuk projek di mana sasaran utamanya adalah mencapai dimensi profil Pelajar Pancasila.

Apakah sekolah Bapak dan Ibu Guru sudah siap untuk menggunakan kurikulum ini dalam proses pembelajaran?

Namun perlu kita ingat bahwa dalam upaya pemulihan pembelajaran tahun 2022 sampai 2024, Kurikulum Merdeka menjadi salah satu pilihan bagi semua satuan pendidikan. Jika memang sekolah Bapak dan Ibu Guru belum siap untuk menerapkannya, Kurikulum 2013 dan Kurikulum Darurat masih bisa kita gunakan.