Belajar Efektif ddan Efisien, Jangan Hanya Belajar Keras

E-Belajar.id – Apa ya maksudnya belajar efektif dan efisien, bukan sekedar belajar keras saja? Jadi begini, Semenjak kecil, pasti kita sering denger nasehat dari orang tua untuk bekerja keras supaya kita bisa meraih cita-cita, bukan?

Hal yang sama juga berlaku dengan belajar. Jika kita ingin mendapatkan nilai yang tinggi, ingin mendapatkan peringkat teratas, atau di terima di sekolah atau perguruan tinggi impian, makan belajar keras menjadi kuncinya.

Kalau kita lihat dari arti kata keras di KBBI, maka belajar keras itu identik dengan kegigihan dan kesungguhan hati. Pada realitanya, hal itu di tunjukan dengan lamanya waktu yang telah habis untuk belajar, dan pengorbanan-pengorbanan yang kita lakukan demi bisa menambah waktu untuk bisa membaca, menghafal, dan latihan soal.

Tentu untuk meraih keberhasilan dalam studi, belajar dengan keras memang perlu. Seorang penulis dari Amerika William H. Armstrong pun juga pernah menulis buku yang berjudul Study is Hard Work”. Akan tetapi, arti kata keras juga membawa makna membahayakan nyawa.

Mungkin kata membahayakan nyawa terdengar terlalu dramatis, tetapi kenyataan nya memang benar. Kurangnya waktu tidur karena belajar bisa mengurangi kualitas hidup kita. Sama seperti bekerja, menghabiskan lebih banyak waktu untuk belajar berkaitan dengan kondisi kesehatan mental yang buruk, dan sudah terbukti bahwa hal ini dipengaruhi oleh gangguan tidur (Afonso, Fonsea, Pires, 2017).

Selain buruk untuk kesehatan, sistem belajar keras yang salah juga tidak dapat kita pertahankan untuk waktu yang lama. Mungkin setelah beberapa hari melakukan hal tersebut, kita bisa mengalami yang namanya burnout atau sangat kelelahan sehingga membutuhkan waktu yang cukup lama untuk memulihkan tenaga.

Pengertian Efektif dan Efisien

Untuk memulai, ada baiknya nih kalau kita secara singkat mengenal dulu apa yang di maksud dengan efektif dan efisien.

Dalam KBBI, efektif memiliki arti suatu usaha yang kita lakukan dapat membawa hasil atau efek yang berguna. Definisi yang hampir sama tentang efektifitas juga di sampaikan oleh UNESCO. Menurut UNESCO, efektifitas merupakan hasil dari pengukuran tingkat pencapaian sebuah tujuan pendidikan atau persyaratan tertentu.

Sedangkan, kata efisien dalam KBBI berarti tepat atau sesuai dalam mengerjakan sesuatu sehingga tidak membuang-buang waktu, tenaga, maupun biaya. Sehingga, efisiensi merupakan ukuran kualitas dan jumlah usaha yang dilakukan untuk tercapainya suatu tujuan (Randeree & Ninan, 2011)

Setelah mengerti arti dari efektif dan efisien sekarang kita cari tahu yuk, apa perbedaannya dan keuntungan menggabungkan kedua kualitas tersebut dalam belajar.

Perbedaan Efektif dan Efisien Serta Hubungannya

Efektif dan Efisien, walaupun mungkin terasa seperti sebuah satu kesatuan, namun keduanya merupakan hal yang berbeda, Sobat. Perbedaannya adalah ketika efektif berkaitan dengan cara yang dapat mencapai tujuan, efisien berkaitan dengan tingkat usaha yang dicurahkan.

Di atas ini, kita bisa menemukan sebuah figur yang menggambarkan hubungan antara kualitas efektif dan efisien dalam sebuah perusahaan. Hubungan langsung antara kedua kualitas ini dapat langsung kita lihat di kolom kiri-atas.

Dari sana, kita bisa mengerti bahwa penggabungan dari kualitas efektif dan efisien dapat menghasilkan kesuksesan dengan biaya yang rendah, dan perusahaan tidak hanya dapat bertahan, namun juga berkembang.

Kalau hal itu diterapkan dalam belajar, maka efektivitas berkaitan dengan kesuksesan kita dalam belajar. Hal ini dapat dicerminkan dari, nilai yang kita dapat, peringkat, atau pun tercapainya impian kita di terima di sekolah tertentu. Nah, kalau cara belajar kita sudah bisa membuat kita mencapai itu semua berarti cara belajar kita sudah efektif.

Langkah selanjutnya adalah bagaimana supaya usaha yang diberikan dalam mencapai tujuan itu efisien atau tidak berlebihan hingga membahayakan diri kita sendiri. Kalau sudah menemukan takaran yang tepat, maka kita akan bisa berkembang. Tidak hanya memiliki kualitas belajar yang baik, namun juga tingkat pencapaian yang baik.

Pertanyaan selanjutnya adalah bagaimana caranya supaya kita bisa belajar efektif dan efisien? Tenang, kami sudah siapkan 3 cara belajar efektif dan efisien yang pastinya mudah untuk dimengerti dan diterapkan. Yuk, kita mulai apa saja 3 cara tersebut!

3 Cara Belajar Efektif dan Efisien

Setelah membaca tentang perbedaan dan hubungan efektif dan efisien, pasti kita sudah semakin memiliki gambaran tentang pentingnya kedua hal tersebut dalam belajar. Dengan begitu kita sudah siap untuk mengetahui apa saja 3 cara belajar efektif dan efisien yang ada di bawah ini.

  • Buat Rencana Belajar

    Menurut panduan belajar dari Ghent University, Belgia, salah satu cara yang penting untuk meningkatkan efisiensi belajar adalah dengan membuat perencanaan yang matang. Apa saja yang perlu dipersiapkan dalam sebuah perencanaan belajar? Berikut adalah dua hal yang perlu kita persiapkan.

Pada jam berapa waktu paling produktif, kurang produktif, dan paling tidak produktifmu?

Waktu yang kurang produktif adalah ketika energi dan performa sudah menurun tapi kita masih sanggup untuk tetap belajar walaupun kapasitasnya lebih sedikit.

Yang terakhir, waktu dimana kita sudah tidak dapat melakukan kegiatan belajar lagi. Mungkin pada jam ini, kita sudah kehabisan energi atau cenderung akan melakukan hal lain untuk mengembalikan energi yang sudah terpakai

Pada waktu paling produktif itu lah waktu dimana kita perlu mempelajari materi atau mengerjakan tugas yang paling berat. Lalu, kita bisa meletakan pekerjaan yang lebih ringan di waktu yang kurang produktif. Sedangkan pada waktu tidak produktif, gunakanlah waktu ini untuk beristirahat dan bersantai. Dengan menerapkan pembagian waktu ini, kita akan mampu memanfaatkan waktu yang kita miliki dengan efisien tanpa ada kekhawatiran bahwa kita harus menggunakan seluruh waktu kita dalam sehari untuk belajar.

Gangguan apa yang biasanya ada saat kita sedang belajar?

Hal yang kedua ini sangatlah penting untuk diperhatikan. Gangguan-gangguan seperti notifikasi HP, suara musik, atau hal lainnya dapat menghambat belajar kita sehingga belajar mu jadi tidak efektif dan efisien.

Singkirkanlah gangguan-gangguan itu hingga waktu belajar kita selesai.

  • Mereview Beberapa kali

Biasanya kalau mau ujian, masih banyak sekali yang menerapkan SKS atau sistem kebut semalam. Hayo, kalian juga nggak nih? Hehe.

Menurut penelitian (Taraban, Maki, & Rynearson, 1999), ternyata dalam minggu-minggu menjelang ujian, siswa justru menghabiskan sedikit waktu lho untuk belajar. Baru setelah 2 hari atau 3 hari menjelang waktu ujian siswa baru mulai panik dan mati-matian belajar untuk ujian.

Tentunya hal itu juga sudah terbukti tidak efektif dan efisien, Sobat. “Waduh, kayaknya, gue sendiri juga sering nih merasa seperti ini.” Gapapa, masih ada waktu untuk berubah kok.

Nah, untuk menyiasati hal ini, kita bisa lho menerapkan metode 5 kali review ulang yang pernah gue bahas di artikel Kenapa Kita Sering Lupa? Yang perlu kita lakukan hanyalah meluangkan waktu mulai dari 10 menit saja disesuaikan dengan kebutuhan dalam sehari untuk mereview materi yang kita dapat di sekolah.

Pengulangan pertama usahakan dalam kurun 24 jam, kedua dalam kurun satu minggu, ketiga tepat pada hari ke tujuh, keempat setelah satu bulan, dan kelima setelah beberapa bulan. Dengan melakukan pengulangan beberapa kali kita juga dapat memiliki ingatan yang lebih tajam terkait materi yang kita pelajari. Sehingga, nggak perlu lagi memforsir tenaga dan menghabiskan sebagian besar waktu kita sehari sebelum ujian.

  • Latihan Soal

Mengerjakan latihan soal menjadi salah satu cara yang baik untuk mengukur keefektifan belajar kita. Dengan latihan soal kita juga dapat mengecek ingatan tentang materi yang sudah kita pelajari.

Yang perlu kita lakukan setiap kali latihan soal adalah memastikan bahwa kita bisa menjawab soal yang sebelumnya kita nggak bisa (Wade, Tavris, Garry, 2013). Dengan begitu latihan soal dapat benar-benar membantu kita mencapai tujuan kita dalam belajar.

Sebelum ujian, kita juga perlu mengetes ulang pemahaman kita terkait sebuah materi. Kenapa? Karena menurut penelitian, siswa yang melakukan hal tersebut sekalipun materinya sudah terasa familiar dapat mengingat materi dua kali lebih baik dibandingkan yang tidak mengetes ulang (Karpicke & Roediger, 2007)

Nah, begitulah sharing kita kali ini tentang pengertian, perbedaan, dan hubungan efektif dan efisien, serta cara menerapkannya dalam belajar. Semoga informasi yang kita dapatkan kali ini dapat membantu dalam meningkatkan efektifitas dan efisiensi belajar kita supaya belajar tidak merugikan diri kita sendiri ya.

 

Discovery Learning, Model Pembelajaran Mandiri

E-Belajar.id – Halo Bapak dan Ibu Guru, pernahkah menemukan sendiri strategi pembelajaran yang sesuai kondisi kelas? Pastinya, strategi itu akan selalu kita ingat karena melalui proses pencarian yang aktif selama mengajar. Ngomong-ngomong soal penemuan, ternyata ada satu model pembelajaran yang fokusnya untuk menemukan fakta dan menghubungkannya dengan materi pelajaran yaitu discovery learning (pembelajaran penemuan).

Saat siswa memanfaatkan pengetahuan yang ada dan pengetahuan baru untuk menemukan ide-ide tentang suatu topik, artinya mereka menjalankan prinsip pembelajaran penemuan. Kalau siswa menemukan sendiri pengetahuannya, bagaimana peran guru dalam pembelajaran? Yuk, berkenalan dengan model ini.

Apa Itu Discovery Learning?

Bruner dalam Sariani et al. (2021) menyatakan kalau discovery learning adalah proses pencarian pengetahuan yang siswa lakukan untuk menemukan suatu pemecahan masalah atau fakta. Dengan kata lain, siswa berusaha sendiri untuk mencari pengetahuannya demi menghasilkan pembelajaran yang bermakna.

Dalam model pembelajaran ini, guru tidak mengajarkan materi dengan cara hafalan tetapi memfasilitasi proses pembelajaran. Artinya, kita merancang pembelajaran yang membantu siswa untuk menemukan hubungan antara potongan-potongan informasi.

Mengenal Bruner, Sosok di Balik Discovery Learning

Kalau Bapak dan Ibu Guru perhatikan, pembelajaran penemuan erat kaitannya dengan tokoh yang bernama Jerome S. Bruner.

Sebagai ahli psikologi perkembangan dan psikologi belajar kognitif, Bruner berpendapat bahwa model pembelajaran adalah tempat bagi siswa membangun ide atau konsep baru berdasarkan pengetahuan yang ada. Bruner mengatakan kalau belajar adalah cara untuk mempertahankan dan mentransformasikan informasi secara aktif. Di bandingkan di beritahu oleh guru, siswa akan lebih mengingat pengetahuannya saat menemukan dan mengidentifikasinya sendiri.

Nah, untuk menerapkan pembelajaran penemuan, ada karakteristik yang harus kita perhatikan, nih. Apa saja ya?

Karakteristik

Ada beberapa ciri khusus yang membedakan model pembelajaran ini dengan model pembelajaran lainnya, yaitu:

  • Pembelajaran kita lakukan melalui proses eksplorasi dan pemecahan masalah untuk menciptakan, menggabungkan, dan menggeneralisasi pengetahuan.
  • Kegiatan pembelajaran berfokus pada siswa.
  • Proses belajar menghubungkan pengetahuan baru dan pengetahuan yang sudah ada sebelumnya.

Terlihat jelas ya, bahwa pembelajaran penemuan fokusnya pada proses penemuan dan pengidentifikasian yang siswa lakukan sendiri.

Langkah-langkah Discovery Learning

Setelah paham karakteristiknya, ada enam langkah yang bisa kita lakukan untuk menerapkan model pembelajaran ini menurut Veerman dalam Susana (2019), dengan penjelasan sebagai berikut:

  1. Orientasi
    Pertama, Minta siswa untuk mengidentifikasi permasalahan yang relevan dengan materi pelajaran. Langkah ini melatih kemampuan interpretasi, analisis, dan evaluasi siswa pada aspek kemampuan berpikir kritis.
  1. Hipotesis Umum
    Siswa merumuskan hipotesis terkait permasalahan yang mereka temukan pada tahap orientasi. Mereka menyusun masalah dan mencari tujuan dari proses pembelajaran yang kemudian mereka ujikan pada tahap percobaan.
  1. Pengujian Hipotesis
    Selanjutnya, siswa harus merancang dan melaksanakan eksperimen untuk membuktikan hipotesis yang telah mereka rumuskan, mengumpulkan data dan mengkomunikasikan hasil dari eksperimen. Langkah ini melatih kemampuan siswa dalam regulasi diri, evaluasi, analisis, interpretasi, dan menjelaskan suatu permasalahan.
  1. Penarikan Kesimpulan
    Dari pengujian hipotesis, siswa merumuskan fakta-fakta dan mengidentifikasi kesesuaiannya dengan hipotesis umum yang sebelumnya sudah mereka susun. Di tahap ini, siswa membenarkan atau mengganti hipotesis awal dengan hipotesis yang baru.
  1. Regulasi
    Langkah terakhir dalam pembelajaran penemuan berkaitan dengan proses perencanaan, pengawasan, dan evaluasi. Guru mengkonfirmasi kesimpulan dan mengklarifikasi hasil penemuan yang tidak sesuai dengan proses pembelajaran.

Hal terpenting yang perlu Bapak dan Ibu Guru perhatikan dalam penerapan model pembelajaran ini adalah memberikan kesempatan yang besar bagi siswa untuk menemukan dan menggali pengetahuannya sendiri.

Contoh Discovery Learning

Ada banyak cara untuk menerapkan model pembelajaran penemuan, salah satunya dalam pembelajaran Matematika untuk konsep bilangan prima.

Minta siswa untuk meletakkan kacang di baris dan kolom. Dalam prosesnya, siswa akan menemukan angka-angka tertentu di mana kacang tidak bisa di tata dalam baris dan kolom lengkap karena ada satu yang terlalu banyak atau sedikit. Dengan begitu, mereka akan menemukan sendiri konsep bilangan prima.

Contoh dari model pembelajaran ini lainnya adalah saat siswa kita minta untuk menemukan sendiri bagaimana lilin bekerja. Mereka akan melakukan pengamatan sederhana, kemudian membuat ide dan hipotesis yang akan mereka uji. Di sini, guru berperan untuk mendukung pembelajaran, lalu menjelaskan pembakaran dalam Kimia berdasarkan hasil penemuan siswa.

Kegiatan-kegiatan di atas mendorong keterlibatan siswa secara aktif, memotivasi mereka dalam belajar, mengembangkan kreativitas dalam pemecahan masalah, dan memberikan pengalaman belajar yang baru.

Meskipun di nilai sebagai model pembelajaran aktif yang efektif, discovery learning tentunya mempunyai beberapa kekurangan. Simak kelebihan dan kekurangannya di bawah ini.

Kelebihan dan Kekurangan

Discovery learning bisa kita terapkan dalam proses pembelajaran karena memiliki beberapa kelebihan, di antaranya:

  • Mendorong keaktifan siswa dalam pembelajaran untuk menemukan hasil akhir.
  • Pengetahuan yang mereka temukan sendiri melalui proses kognitif akan masuk ke memori jangka panjang sehingga akan bertahan lama dalam ingatan mereka.
  • Pengetahuan yang siswa pelajari akan lebih mudah mereka gunakan kembali.
  • Meningkatkan kemampuan siswa dalam penalaran dan berpikir sistematis.

Di balik kelebihannya, discovery learning punya beberapa kekurangan yang harus kita hindari, yaitu:

  • Tidak semua mata pelajaran dan materi dapat kita ajarkan menggunakan pembelajaran penemuan.
  • Model pembelajaran kurang mengembangkan aspek konsep, keterampilan, dan emosi secara keseluruhan karena lebih berfokus pada menciptakan pemahaman siswa.
  • Tidak semua siswa bisa kita ajak kerjasama untuk melakukan proses berpikir dalam pembelajaran yang kita harapkan.

Demikian penjelasan tentang di scovery learning yang memungkinkan siswa untuk menemukan sendiri pengetahuan barunya. Apakah Bapak dan Ibu Guru tertarik untuk menerapkan model pembelajaran ini di kelas?

Anxiety, Gangguan Kecemasan yang Kerap Dialami Remaja

E-Belajar.id – Nggak tahu kenapa, rasanya dari rumah tuh gue udah kepikiran, khawatir, atau cemas aja gitu buat ke sekolah. Bahkan, gue pernah sampai pura-pura sakit biar nggak usah berangkat ke sekolah. Padahal mah, gue cuma kepikiran dan khawatir aja takut kena omel guru gara-gara belum ngerjain PR. Nah, elo tahu nggak sih, kalau rasa khawatir yang kita alamin ini, bisa termasuk ke anxiety atau kecemasan?

Apa Itu Anxiety?

Jadi, kalau menurut jurnal yang judulnya Cognitive Therapy and Research (2009), anxiety adalah respon natural dari tubuh kalau kita lagi ngerasa takut atau stres. Simpelnya sih, anxiety ini kayak gangguan kecemasan. Misalnya, takut akan sesuatu yang bakal kejadian nantinya.

Dikutip dari Medical News Today, laman informasi mengenai kesehatan, rasa kecemasan ini melemahkan amigdala (bagian otak yang mengatur emosi) dan korteks prefrontal atau PFC (bagian otak yang mengontrol pemikiran).

Jadi, pikiran irasional atau perilaku yang nggak menentu ini biasanya datang pas elo lagi cemas. Soalnya, hubungan antara amigdala sama PFC sempat melemah.

Kalau gue coba ambil dari contoh di atas, misalnya gue nggak mau berangkat ke sekolah karena belum ngerjain PR. Nah, karena belum ngerjain PR, gue bawaannya tuh khawatir aja kayak takut disetrap sama guru gue. Padahal, belum tentu guru gue bakal ngehukum, kan? Nah, rasa khawatir yang gue alamin ini datang karena gue takut akan sesuatu yang mungkin bakal kejadian (disetrap sama guru).

Contoh lainnya, nih. Misalnya, elo hari ini jadwalnya presentasi di kelas. Terus, dari kemarin tuh elo udah kepikiran terus soal presentasinya. Mungkin, elo sampai mikir gini:

  • “Duh, gue takut salah ngomong, deh,”
  • “Yah … malu banget nanti presentasi diliatin sama temen-temen gue,”

Nah, rasa cemas yang datang ke elo itu dikarenakan elo nervous atau grogi lah ibaratnya mau presentasi. Hayo … siapa yang pernah ngerasain hal kayak gini? Sama, gue juga sering begitu kok!

Apakah Kondisi ini Normal?

Kalau menurut Healthline, salah satu platform di bidang kesehatan, rasa cemas yang datang ini normal banget, lho. Yap! Soalnya, ini muncul karena negative thoughts atau pikiran nethink yang ada di otak elo. Jadi, semakin sering elo nethink, biasanya rasa cemas ini malah makin sering muncul.

Tapi, rasa cemas atau khawatir yang datang ke elo ini juga punya batas normalnya, ya. Menurut Healthline, kalau cemas yang elo rasain ini udah berlangsung selama lebih dari enam bulan, kemungkinan elo mengalami anxiety disorder.

Simpelnya, anxiety disorder ini merupakan rasa khawatir yang datang berkepanjangan. Elo bisa kepikiran terus-terusan, bahkan ngeganggu kegiatan sehari-hari.

Nah, kalau elo sampai mikirin hal itu dalam waktu yang cukup lama, rasa kecemasan yang muncul di diri elo bisa memengaruhi kesehatan mental.

Jenis Anxiety

Wah, melansir Healthline, ternyata anxiety ada pengaruhnya ke kesehatan mental, lho. Apa aja, sih?

Pertama, generalized anxiety disorder. Ini maksudnya perasaan cemas karena elo overthinking masa depan elo. Misalnya, “Kalau nanti gue nggak lolos SBMPTN, gimana, ya? Terus, gue bakal kuliah di mana, dong?”.

Nah, elo bisa kepikiran hal ini selama berbulan-bulan. Pikiran yang ‘bermain’ di otak elo ini, bisa bikin elo nggak fokus juga pas lagi belajar. Padahal, itu kejadian di masa yang akan datang. Tapi, elo udah pikirin dari jauh-jauh hari sampai ganggu aktivitas elo sendiri.

Ada juga yang namanya post-traumatic stress disorder (PTSD). Nah, kecemasan yang muncul di sini biasanya dikarenakan trauma sebuah kejadian di masa lalu. Biasanya, orang yang mengalami PTSD ini tidurnya kurang nyenyak dan sering mimpi buruk.

Terus, ada juga yang namanya social anxiety disorder. Ini biasanya muncul karena rasa khawatir elo di tempat umum. Kayak elo merasa takut dikritik, atau malu kalau harus ngomong di depan orang banyak. Contohnya:

  • “Duh, nanti dikomentarin apa ya sama temen gue pas presentasi?”
  •  “Yah, kenapa tugasnya harus kerja kelompok, sih? Mending individu aja, deh”

Nah, kalau elo sendiri, kira-kira ada yang pernah ngerasain anxiety kayak jenis-jenis di atas ini nggak, sih?

Kenapa Kita Mengalami Anxiety?

Gue pernah ngalamin yang namanya anxiety. Biasanya, pikiran-pikiran yang datang tuh begini:

  • “Aduh, gue takut banget kalau harus presentasi di depan temen-temen gue. Nggak enak rasanya diliatin”
  • “Gue bakal kuliah di mana ya, kalau tahun ini nggak lolos SBMPTN?”
  • “Kalau nanti soal UTBK-nya banyak yang susah, gimana, ya? Kira-kira gue bisa jawab nggak, ya?”

Kira-kira, kenapa sih bisa ada rasa cemas yang muncul ke kita? Ini jawabannya simpel, sih.

Tapi, anxiety ini ada dampaknya juga ke otak elo. Nah, pas elo lagi merasa cemas, sistem saraf pusat bakal membentuk hormon adrenalin dan kortisol. Hormon ini gunanya buat nyiapin tubuh ke mode siap dalam menghadapi kejadian yang akan datang.

Nah, karena adanya hormon itu juga biasanya indra tubuh elo lebih tajam, dan refleks tubuh juga lebih cepat. Makanya, nggak heran kalau pas lagi merasa cemas, biasanya elo bakal ngerasa deg-degan dan lebih sensitif.

Sekarang, elo udah tahu kan apa itu anxiety? Sebenarnya, hal ini sering banget dialami sama banyak orang. Dan, sumber datangnya rasa cemas juga biasanya karena stres akan suatu hal yang elo pikirin secara terus-menerus.

Hybrid Learning, Solusi untuk Pembelajaran?

E-Belajar.id – Bicara soal teknik pengajaran efektif, hybrid learning (pembelajaran hibrida) rasanya sudah menjadi metode keseharian kita ya? Tentunya, penerapan metode ini harus lengkap dengan persiapan dan perencanaan yang matang supaya prosesnya berjalan maksimal.

Sebenarnya, apa sih yang dimaksud hybrid learning? Berikut ulasan lengkapnya.

Apa Itu Hybrid Learning?

Menurut Snart, J. A. dalam Hybrid Learning: The Perils and Promise of Blending Online and Face-to-face Instruction in Higher Education (2010), hybrid learning adalah metode yang mengombinasikan pembelajaran daring dan tatap muka menjadi satu kesatuan pengalaman. Jadi, pengajaran berlangsung dengan membagi siswa untuk belajar di sekolah dan online di rumah.

Contoh kelas yang menerapkan Hybrid Learning

Dalam pelaksanaannya, metode ini memanfaatkan berbagai alat seperti sistem manajemen pembelajaran dan video konferensi yang mengintegrasikan aktivitas tatap muka dengan pembelajaran jarak jauh secara bersamaan. Contohnya, melakukan video streaming di kelas tatap muka agar siswa jarak jauh juga bisa mengikuti pelajaran secara langsung.

Hybrid learning di nilai efektif untuk meningkatkan prestasi, keterlibatan siswa, dan pandangan positif mereka tentang pembelajaran. Selain itu, metode ini juga efisien untuk pembelajaran di masa pandemi, mengingat adanya batasan jumlah siswa yang boleh datang ke sekolah.

Empat Aspek dalam Hybrid Learning

Untuk mencapai target pembelajaran, pembelajaran hybrid harus menggabungkan beberapa metode, teknologi, dan teori pembelajaran. Menurut Driscoll dalam J.J Shang et al (2008), ada empat aspek utama dalam hybrid learning, yaitu:

  1. Menggabungkan teknologi berbasis web seperti ruang kelas virtual, instruksi mandiri, kegiatan kolaboratif, video streaming, audio, dan teks untuk mencapai tujuan pembelajaran.
  2. Menggunakan berbagai pendekatan pedagogi, misalnya teori konstruktivisme, behaviorisme, dan kognitivisme untuk menghasilkan pembelajaran yang optimal.
  3. Memanfaatkan segala bentuk teknologi instruksional seperti video atau aplikasi dengan kegiatan tatap muka yang guru lakukan.
  4. Menggabungkan teknologi dengan tugas untuk menciptakan efek belajar yang harmonis.

Kalau kita lihat sekilas, hybrid learning dan blended learning telihat sama. Tapi, kedua metode ini berbeda, lho. Apa ya bedanya?

Perbedaan Hybrid dan Blended Learning

Di metode ini, siswa yang mengikuti kelas tatap muka dan kelas daring adalah individu yang berbeda. Pembelajaran langsung dan jarak jauh dilakukan secara bersamaan dan bertemu melalui teknologi seperti konferensi video.

Sementara untuk blended learning, individu yang sama belajar secara langsung maupun daring. Guru menggabungkan kelas tatap muka dengan pembelajaran online. Misalnya, penyampaian materi berlangsung di kelas, kemudian pengerjaan tugas dan pembahasannya berlaku secara daring.

Kelebihan dan Kekurangan 

Selama pandemi, sebagian besar sekolah beradaptasi secara cepat dengan hybrid learning. Bukan tanpa alasan, metode ini memberikan banyak manfaat bagi kita, siswa, dan juga orang tua.

Kelebihan dari hybrid learning antara lain:

  • Meningkatkan fleksibilitas yang tidak hanya kita lihat dari bagaimana waktu yang kita gunakan tapi juga bagaimana materi yang kita isampaikan, keterlibatan siswa dengan materi, dan interaksi antarsiswa atau dengan guru.
  • Memberikan pembelajaran alternatif yang bermakna bagi siswa untuk berpartisipasi secara aktif.
  • Penggunaan fitur konferensi video seperti kuis, polling, dan permainan interaktif meningkatkan minat belajar siswa.
  • Karena proses pembelajaran berlangsung bersamaan, semua kegiatan mengarah pada hasil belajar yang setara.
  • Mendukung pengembangan keterampilan digital guru, siswa, dan orang tua.

Terlepas dari kelebihannya, metode ini juga punya beberapa kekurangan yang perlu kita pertimbangkan, yaitu:

  • Pengembangan profesional guru yang efektif dalam membangun keterampilan digital, efektivitas pedagogi, dan kemampuan identifikasi pembelajaran yang sesuai.
  • Perkembangan teknologi yang belum merata di seluruh Indonesia membuat beberapa daerah masih kesulitan untuk mengakses internet.
  • Pengetahuan akan teknologi masih rendah, terutama di daerah yang sarana dan prasarananya masih susah.

Contoh Penerapannya

Setelah tahu kelebihan dan kekurangannya, apakah hybrid learning bisa diterapkan di kelasmu? Nah kalau semakin tertarik sama metode ini, sekarang kita lihat gimana sih cara penerapannya.

Bagian tersulit dari menerapkan pembelajaran hybrid adalah menemukan bagaimana caranya mengintegrasikan dua pengalaman yang berbeda, tatap muka dan pembelajaran daring, sehingga keduanya bisa berjalan maksimal. Kita harus fokus pada desain pembelajaran dengan memeriksa lagi tujuannya dan menentukan cara untuk mencapainya. Setelah itu, tentukan bagaimana penilaian dilakukan untuk melihat keberhasilan belajar siswa. Misalnya, penilaian sumatif berbentuk proyek atau penilaian yang lebih kecil berupa PR atau diskusi.

Kalau sudah memiliki landasan pelaksanaan hybrid learning (tujuan dan penilaian), kita bisa mulai menyusun konsep materi pembelajaran yang nantinya harus dipelajari. Nah, barulah buat rencana kegiatan berdasarkan kondisi siswa. Saat penyampaian materi, kita bisa memberikan kesempatan bagi siswa untuk bertanya. Menjawab pertanyaan dari siswa yang mengacungkan tangan di kelas dan siswa yang menuliskannya di kolom komentar konferensi video juga merupakan contoh kegiatan hybrid learning lho.

Pastinya, aktivitas siswa yang belajar di kelas akan sedikit berbeda dengan mereka yang ada di rumah. Misalnya, setelah menyampaikan materi dengan ceramah, mintalah siswa yang ada di kelas untuk bekerja kelompok, sementara mereka yang ada di rumah mengerjakan tugas individu.

Setelah selesai, lakukan pembahasan tugas bersama-sama. Nah, supaya lebih bervariatif, kita bisa minta siswa secara bergantian menjelaskan hasil tugasnya di depan kelas. Ini berlaku juga untuk siswa yang belajar dari rumah ya. Tugas mereka bisa disampaikan melalui video konferensi. Itulah penjelasan mengenai hybrid learning yang bisa diterapkan selama PTM. Menurut kamu, apakah metode ini memang efektif untuk mencapai target pembelajaran?

Dalam melaksanakan hybrid learning, kamu juga bisa memanfaatkan LMS (Learning Management System) E-Belajar.id. Lewat berbagai fitur seperti kelas virtual, latihan soal, dan penilaian, kegiatan belajar mengajar jadi lebih mudah dan menyenangkan.

Bikin Percaya Diri, Ini Dia 7 Cara Melatih Public Speaking

E-Belajar.id – Sebagai seseorang yang pemalu, keharusan untuk presentasi di depan kelas kadang bikin kita panas dingin dan nervous. Nah, kira-kira ada nggak, sih, cara melatih public speaking buat orang-orang kayak kita? Jawabannya sudah pasti ada, dong!

Berdasarkan penelitian, diperkirakan sebanyak 70% orang memiliki ketakutan untuk berbicara di depan umum. Ketakutan ini pun terbagi lagi nih levelnya, ada yang merasa takut dalam tahap sedikit nervous hingga takut sekali sampai mau pingsan setiap harus berbicara di depan publik. Makanya, cara melatihnya perlu untuk dikuasai.

Nah, memelihara ketakutan berbicara di depan umum ini ternyata bisa membawa dampak negatif. Biar kita terhindar dari ketakutan akan public speaking, ketahui dulu berbagai manfaat dan 7 cara melatihnya berikut ini.

Manfaat Public Speaking

Sebelum membahas cara melatih public speaking, ada baiknya kita tau dulu, nih segudang manfaatnya.

Dikutip dari kamus Merriam-Webster, public speaking adalah suatu tindakan berbicara di depan umum. Memiliki kemampuan public speaking yang baik ternyata memiliki berbagai manfaat.

Lisa Schreiber, Ph.D. dan Morgan Hartranft dalam buku Public Speaking: The Virtual Text membagi manfaatnya dalam 3 kategori, yaitu manfaat secara personal, profesional, dan publik.

1. Manfaat public speaking secara Personal

Nggak hanya saat presentasi, kemampuan ini nyatanya hampir kita temukan dalam berbagai keseharian lainnya.

Bahkan, saat kita berbicara dengan teman pun dibutuhkan public speaking yang bagus. Kita pasti sulit, bukan, memahami teman yang berbicaranya patah-patah atau topik pembicaraannya lompat-lompat?

Nah, untuk itu salah satu manfaatnya adalah membantu memenuhi kebutuhan personal, seperti dalam bersosial dan bertukar pikiran.

2. Manfaat secara Profesional

Selain bermanfaat untuk diri sendiri, kemampuan public speaking yang baik juga bisa mendukung keprofesionalan dalam soal karir. Menurut Aras, 2012, sebanyak 70% profesi melibatkan hal ini dalam pekerjaannya.

Untuk itu, manfaat selanjutnya adalah dapat meningkatkan karir. Apalagi buat kalian yang sedang atau akan memasuki dunia pekerjaan. Kemampuan ini bisa banget kalian gunakan untuk menarik hati para recruiter di tempat kerja incaran kalian.

3. Manfaat secara Publik

Dalam skala yang lebih besar, manfaat public speaking selanjutnya adalah mampu mempengaruhi kondisi masyarakat atau publik, Kaya gimana, tuh?

Kalian tahu Najwa Shihab? Pada tahun 2004, tepatnya saat kota Aceh terkena musibah tsunami, Najwa berhasil menggugah rasa kemanusiaan banyak orang melalui liputan berita eksklusif kondisi masyarakat Aceh pada saat itu.

Kemampuan berbicaranya yang baik itu dapat menginspirasi publik untuk saling bahu-membahu menolong korban tsunami pada saat itu.

7 Cara Melatih Public Speaking

Wah, ternyata public speaking memiliki manfaat yang cukup beragam, ya. Nah, buat kalian yang masih merasa pemula dalam dunia public speaking, ini dia cara-cara bagi pemula yang bisa kalian ikuti.

1. Latihan dan Persiapkan Topik

Saat harus berbicara di depan banyak orang, kalian tentu nggak mau terlihat bingung dengan topik yang mau kalian bicarakan, bukan? Kalau kalian saja bingung, bisa-bisa audiensinya lebih bingung, ya.

Untuk itu, cara melatihnya pertama adalah latihan dan mempersiapkan topik yang mau kita bawakan dengan baik. Coba lakukan riset terlebih dahulu mengenai topik tersebut. Kemudian, kita bisa membuat teks narasi atau ringkasan poin-poin penting yang ingin kita bahas.

Jika sudah, kita bisa mulai latihan berbicara di depan keluarga atau teman dan meminta penilaian mereka terhadap latihan elo tadi. Kalau kita merasa lebih nyaman latihan sendiri, kita bisa berlatih di depan cermin juga.

2. Kenali Audiensi

Cara selanjutnya adalah dengan mengenali audiensi. Ingat, kita berbicara untuk didengarkan orang lain, bukan untuk diri kita sendiri. Makanya, kita perlu mengenal audiens untuk menarik hati mereka.

Mengenal audiensi juga bisa membantu kita pada saat memilih topik dan bahasa yang digunakan saat berbicara nanti. Tentunya bahasa yang digunakan kepada anak-anak berbeda, ya, dengan orang tua. Nah, hal ini lah yang perlu kita sesuaikan nantinya.

3. Tambahkan sedikit Humor dan Unsur Cerita

Coba bayangkan, deh, kalau kita mendengarkan pidato yang serius banget selama 30 menit tanpa henti. Mungkin 5 menit masih bisa fokus mendengarkan, tapi lewat dari itu kayaknya sudah bosan dan mengantuk.

Oleh karena itu, cara selanjutnya adalah tambahkan sedikit humor untuk mencairkan suasana. Tapi, jangan sampai humor tersebut menghilangkan nilai dalam pembicaraan kita, ya.

Selain itu, masyarakat pun umumnya akan tertarik dengan topik yang dirasa relatable dengan mereka. Untuk itu, kita juga bisa memasukkan unsur cerita yang kiranya umum terjadi dan berhubungan dengan topik yang kita bawakan.

4. Hindari Terlalu Banyak Membaca

Cara selanjutnya adalah dengan menghindari terlalu banyak membaca. Kalau kita terlalu banyak membaca, namanya bukan public speaking, dong, tapi public reading alias membaca di depan publik.

Audiensi pun akan merasa tak diperhatikan, kalau elo terus-menerus melihat teks dan menghindari kontak mata dengan mereka. Kalau sudah begitu, besar kemungkinannya omongan kita nggak akan didengarkan oleh mereka.

5. Berbicara dengan Intonasi yang Jelas

Kita pasti nggak mau kan ada audiensi kita yang salah menangkap maksud yang hendak kita sampaikan? Untuk itu, cara melatih public speaking selanjutnya adalah latihan berbicara dengan intonasi yang jelas.

Kita bisa mulai dengan melatih bunyi vokal a-i-u-e-o dan melakukan senam wajah agar wajah tidak kaku saat berbicara nanti. Kemudian, kita juga bisa melakukan latihan pernafasan perut agar suara makin lantang terdengar.

Kalau suara kita terlalu kecil, bisa-bisa penonton di belakang nggak kedengeran kita ngomong apa. Kasian, kan?

6. Semangati Diri Menjelang Public Speaking 

Yup, dengan mood yang baik rasanya kita bisa melakukan apa saja, ya. Makanya, kita perlu juga, nih, menyemangati diri sendiri menjelang melakukan public speaking.

Misalnya dengan menyetel lagu favorit, minum minuman kesukaan, atau menelpon orang terkasih terlebih dahulu. Cara melatih public speaking ini juga bisa membuat perasaan kita lebih tenang menjelang public speaking.

7. Gunakan Bahasa Tubuh

Cara selanjutnya adalah dengan menggunakan bahasa tubuh. Menggerakan tangan saat berbicara ternyata bisa mengurangi rasa gugup menjelang naik panggung, lho.

Artikel Cambridge.org mengatakan bahwa otak dan tubuh kita saling terkoneksi, sehingga apa yang kita rasakan dan pikirkan bisa terhubung dengan gerak tubuh kita. Oleh karena itu, coba atur gestur tubuh saat berbicara sepercaya diri mungkin untuk menghilangkan rasa gugup di atas panggung.

Itulah 7 tips cara melatih public speaking kita supaya kita lebih percaya diri ketika berbicara didepan banyak orang.

Character Building, Bagaimana Membentuk Karakter Siswa

E-Belajar.id – Bapak dan Ibu Guru, kita pasti senang melihat siswa yang berperilaku baik, sering membantu sesama, dan bisa jadi teladan untuk teman-temannya. Karena itu, selain meningkatkan kemampuan akademiknya, kita juga harus bantu membangun karakter mereka atau kita sebut dengan character building.

Karakter siswa dipengaruhi oleh orang terdekat atau lingkungan mereka. Contohnya keluarga yang jadi tempat belajar dan pembentukan karakter pertama anak. Tidak hanya itu, lingkungan sekolah juga punya peran yang penting di mana moral yang baik bisa terbentuk. Setiap warga sekolah memiliki tugas tersendiri dalam character building siswa.

Apa Itu Character Building?

Mataheru dalam bukunya Success Through Character Building (2018). menyebutkan kalau character building adalah sebuah upaya untuk membangun karakter yang berupa sifat, moral, dan budi pekerti siswa menjadi baik.

Karakter yang baik meliputi motivasi dari dalam diri untuk melakukan hal yang benar.Yang bersumber dari hati, dan tidak dipandang dari sisi umur, ras, jabatan, atau ekonomi karena sebenarnya semua orang bisa memilikinya.

Dalam pendidikan, character building berfungsi untuk menunjukkan jati diri siswa sebenarnya. Kemudian menentukan cara mereka mengambil keputusan, serta menentukan sikap, perkataan, dan tindakan siswa dalam kehidupannya. Jadi, character building sangat penting untuk membangun generasi yang tidak hanya cerdas tapi juga bermoral, berakhlak mulia, dan berbudi pekerti yang baik. Terus, apa langkah yang bisa diambil untuk membangun karakter siswa?

Bagaimana Guru Membangun Karakter Siswanya?

Setiap interaksi yang terjadi di dalam kelas berpotensi mempengaruhi nilai dan karakter siswa. Pendekatan yang bisa dilakukan guru dalam character building antara lain:

  1. Berperan sebagai pengasuh, model, dan mentor yang memperlakukan siswanya dengan kasih sayang dan hormat, memberi teladan, mendukung perilaku siswa yang seimbang, serta memperbaiki tindakan yang salah.
  2. Menciptakan komunitas moral di kelas dengan membantu siswa untuk mengenal satu sama lain, menghormati dan peduli satu sama lain, serta merasa dihargai sebagai anggota kelompok.
  3. Melatih siswa untuk disiplin moral, mengembangkan penalaran moral, pengendalian diri, dan rasa hormat dalam kelompok.
  4. Membangun lingkungan kelas demokratis yang melibatkan siswa dalam pengambilan keputusan dan tanggung jawab bersama untuk membuat kelas menjadi tempat yang baik untuk belajar.
  5. Mengajarkan nilai melalui kurikulum menggunakan mata pelajaran akademik sebagai sarana untuk mengkaji masalah etika.
  6. Menggunakan pembelajaran kooperatif untuk mengajari anak-anak keterampilan bekerja sama.
  7. Mengembangkan rasa tanggungjawab dan perhatian siswa terhadap nilai belajar dan bekerja.
  8. Mendorong kegiatan berefleksi diri melalui membaca, menulis, diskusi, latihan pengambilan keputusan, dan debat.
  9. Mengajarkan cara penyelesaian masalah agar siswa memiliki kapasitas dan komitmen untuk menyelesaikan konflik dengan cara yang adil dan tanpa kekerasan.

Apakah Bapak dan Ibu Guru sudah melakukan pendekatan di atas?

Kalau masih mengalami kesulitan untuk memahami penjelasan sebelumnya, mari kita bahas langsung contoh kegiatan untuk character building di kelas.

Contoh Character Building

Salah satu cara dalam character building adalah melalui pembelajaran kooperatif. Lickona dalam Educating for Character: How Our Schools Can Teach Respect and Responsibility (2009) merekomendasikan guru untuk membentuk kelompok belajar kooperatif dengan mengumpulkan anak-anak yang kesulitan bersosialisasi dengan temannya.

Pembelajaran kooperatif mengajarkan nilai-nilai dan ilmu akademik dalam satu waktu. Mereka yang bekerja secara kooperatif akan belajar menghargai nilai orang lain, mengembangkan kasih sayang, dan penerimaan.

Untuk lebih lengkapnya, manfaat dari pembelajaran kooperatif dalam character building bisa Bapak dan Ibu Guru lihat di gambar.

Secara sederhana, kita bisa mulai meminta siswa bekerja sama dalam kelompok yang terdiri dari tiga atau empat orang. Contohnya berkelompok untuk memecahkan masalah Matematika, meneliti pertanyaan IPS, dan berlatih membaca satu sama lain.

Untuk memaksimalkan pembelajaran kooperatif bagi character building dan prestasi akademik siswa, kita perlu memanfaatkan berbagai format kooperatif, salah satunya teman belajar yang merupakan cara paling sederhana untuk memulai pembelajaran kooperatif. Teman belajar akan saling bekerja sama dalam dua kali sehari untuk mengerjakan tugas. Tugasnya mungkin bisa melakukan lembar kerja masalah Matematika di mana awalnya mereka mengerjakan secara individu, lalu mendiskusikan jawabannya bersama.

Jika tugas melibatkan latihan memori seperti belajar kosakata atau tabel perkalian, teman belajar bisa saling membantu dengan flashcard. Supaya pembagian teman belajar merata, kita bisa mengganti pasangan teman belajar secara berkala. Sehingga, siswa bisa merasakan menjadi pasangan teman belajar setiap temannya di kelas.

Kegiatan teman belajar seperti di atas menjadi cara yang efektif untuk mendorong interaksi siswa yang positif, memungkinkan siswa untuk saling membantu dalam belajar, dan meningkatkan kepedulian mereka untuk sesama. Nah, selain character building, penting juga untuk menciptakan proses belajar mengajar yang menyenangkan bagi siswa.

Project Based Learning, Metode Pembelajaran Inovatif

E-Belajar.id – Apa yang terlintas di pikiran Bapak dan Ibu Guru ketika mendengar istilah Project Based Learning (PBL)? Metode yang juga kita kenal dengan istilah Pembelajaran Berbasis Proyek (PBP) adalah suatu metode pembelajaran di mana guru menggunakan proyek sebagai media belajar melalui tahapan-tahapan tertentu.

Project based learning menjadi topik yang menarik beberapa tahun terakhir karena menekankan pada efektivitas pembelajaran. Metode ini memungkinkan Bapak dan Ibu guru untuk mengembangkan proses pembelajaran yang inovatif dan bisa menjadi salah satu alternatif dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Lewat project based learning, siswa Bapak dan Ibu Guru bisa menemukan solusi dari permasalahan yang mereka temui secara langsung di kehidupan sehari-hari.

Adakah Bapak dan Ibu Guru yang sudah menerapkan project based learning dalam kelas? Bagaimana ya langkah-langkah untuk menerapkannya? Nah, simak penjelasannya di bawah ini untuk mengetahui lebih dalam tentang project based learning yuk Bapak dan Ibu Guru!

Pengertian Project Based Learning

Project based learning adalah model pembelajaran yang berdasarkan pada proyek, di mana siswa menghadapi masalah yang ada di dunia nyata yang mereka anggap bermakna, kemudian bertindak secara kolaboratif untuk menciptakan solusi dari masalah tersebut.

Pembelajaran berbasis proyek membuat pembelajaran menjadi sesuatu yang lebih “hidup” bagi siswa. Siswa Bapak dan Ibu Guru akan mengerjakan proyek dalam waktu tertentu, di mana mereka terlibat langsung dalam proses pemecahan masalah dan menjawab pertanyaan-pertanyaan kompleks.

Siswa dapat menunjukkan pengetahuan dan kemampuan mereka melalui presentasi atau produk yang mereka hasilkan untuk publik secara nyata. Selain itu, project based learning juga dapat mengembangkan pengetahuan konstan yang mendalam serta keterampilan berpikir yang kritis, kolaborasi, kreativitas, dan komunikasi.

Karakteristik Project Based Learning

Penerapan project based learning tidak hanya menekankan pada pemahaman siswa terhadap materi yang kita sampaikan tapi juga dapat melakukan perencanaan, perancangan, pemecahan masalah, dan pelaporan. Berikut ini adalah karakteristik dari project based learning, antara lain:

  1. Pelaksanaannya bermula dari masalah atau keinginan pribadi atau yang mereka miliki secara kolektif. Dari permasalahan yang mereka temukan, lalu mereka membuat sebuah perencanaan proyek untuk menemukan solusi dari masalah tersebut.
  2. Melibatkan riset sesuai dengan topik agar dapat menentukan masalah dan penyelesaian yang tepat. Dalam tahap ini, siswa Bapak dan Ibu Guru melakukan penelitian sesuai dengan proses yang sudah kita rancang untuk mendapatkan informasi, melakukan evaluasi, dan melihat kembali apakah riset yang kita lakukan sudah sesuai dengan rencana sebelumnya.
  3. Di adakan untuk mencari solusi yang bertujuan untuk menyelesaikan suatu masalah. Pemecahan masalah yang kita dapat menjadi hasil pembelajaran yang dapat kita pertanggungjawabkan.
  4. Menggunakan kerangka kerja yang berisi masalah yang kita rasakan, tantangan seperti apa yang kita temukan, lalu kesempatan, dan bagaimana cara untuk menyelesaikannya.
  5. Ada jadwal yang memayungi proyek sehingga proses pembelajaran tetap terorganisir meskipun berfokus pada siswa.
  6. Hasilnya terukur, baik secara kualitatif maupun kuantitatif.
  7. Di lakukan evaluasi setelah proyek selesai agar kedepannya hasilnya bisa kita gunakan kembali atau kita perbaiki.

Keutamaan dan Kekurangan

Project based learning membantu siswa untuk belajar dan aktif secara mandiri. Meskipun begitu, Bapak dan Ibu Guru tetap melakukan pemantauan secara berkala terhadap progres belajar dan proyek yang siswa lakukan. Kekurangannya, bisa saja siswa menjadi tidak produktif karena Bapak dan Ibu Guru tidak selalu ada mendampingi siswa. Bimbingan yang kita lakukan secara berkala membuat siswa memiliki kesempatan untuk tidak melaksanakan tugas atau proyek yang telah kita berikan, dan hanya akan mengerjakan ketika guru melakukan pemantauan.

Dalam penerapannya, siswa lebih sering kita bagi ke dalam kelompok untuk melakukan sebuah proyek. Hasilnya, kegiatan ini bisa meningkatkan kemampuan siswa dalam berhubungan dan berkomunikasi dengan siswa lain. Namun jika proyek kita lakukan secara daring, siswa akan merasa jenuh berinternet karena ada batasan-batasan tertentu yang tidak bisa mereka lakukan.

Selain itu, pembelajaran berbasis proyek memungkinkan siswa untuk berkonsultasi secara langsung dengan guru ketika ingin mengkonfirmasi apakah proyek yang mereka lakukan telah sesuai dengan perencanaan. Tapi, prosesnya bisa saja justru menimbulkan kebingungan antara guru dan siswa. Guru tidak bisa memantau secara langsung sampai mana proses belajar siswa, sementara siswa tidak bisa yakin apakah hal yang mereka pelajarinya benar atau tidak.

Hal yang paling utama dari project based learning adalah siswa mengetahui dan memahami konteks yang ada di dunia nyata karena permasalahannya pun berawal dari lingkungan sekitar. Mereka dapat mencari solusi dari permasalahan yang ada. Sayangnya, kendali guru dalam pembelajaran berbasis proyek sangat kecil karena siswa memang kita fokuskan untuk belajar mandiri.

Bagaimana Langkah Menerapkan Project Based Learning?

Seperti halnya metode pembelajaran lainnya, project based learning membutuhkan persiapan dan perencanaan. Metode ini kita mulai dengan sebuah ide dan pertanyaan yang kita gunakan untuk merancang proyek. Untuk lebih jelasnya, berikut ini adalah langkah-langkah yang bisa Bapak dan Ibu Guru ikuti untuk menerapkan pembelajaran berbasis proyek.

  • Pertama

Mulailah dengan sebuah pertanyaan mendasar. Pertanyaan harus dibuat dengan fokus melibatkan siswa Bapak dan Ibu Guru dan mengacu pada topik dalam kehidupan nyata yang berusaha untuk diselesaikan. Contohnya, apa saja yang terjadi di kelas atau di komunitas sekitar, lalu pilih pertanyaan tentang masalah yang berdampak dan memiliki makna dalam kehidupan siswa.

  • Kedua

Rancang sebuah proyek. Dari hasil pertanyaan yang diajukan dan masalah yang ditemui, buatlah sebuah rancangan proyek. Proyek tersebut harus bisa mendukung pertanyaan dan masalah yang ada, serta harus sesuai dengan kurikulum atau capaian pembelajaran yang diinginkan. Contohnya dalam materi elektromagnetik, Bapak dan Ibu Guru bisa rancang proyek pembuatan bel listrik sederhana. Tentukan kompetensi dasar, topik, dan indikator yang ingin dicapai dari penugasan proyek ini.

  • Ketiga

Buatlah jadwal atau timeline proyek. Tentukan periode perancangan, pengumpulan data, sampai proses pemecahan masalah yang akan dilakukan siswa. Dalam praktiknya, pasti akan terjadi perubahan atau penyesuaian jadwal. Tapi, Bapak dan Ibu Guru tidak perlu khawatir dan bersikaplah fleksibel terhadap perubahan tersebut. Bantu dan dampingi siswa dalam menyelesaikan proyek yang ditugaskan, serta berilah pengingat jika batas waktu yang diberikan sudah semakin dekat.

  • Keempat

Pantau progres proyek yang dilakukan siswa. Langkah ini menjadi sangat penting karena project based learning adalah metode pembelajaran yang berfokus pada siswa belajar mandiri. Tapi, Bapak dan Ibu Guru juga berperan untuk melihat sejauh mana kemajuan proyek yang dilakukan siswa. Hal ini untuk memastikan bahwa tugas yang diberikan telah sesuai dan siswa bisa mendapatkan capaian belajar yang diharapkan.

  • Kelima

Buatlah penilaian dari hasil proyek yang dilakukan siswa. Penilaian di sini meliputi umpan balik, keberhasilan siswa dalam memenuhi standar pembelajaran, serta melihat sejauh mana proyek tersebut berdampak pada pemahaman dan kemajuan siswa dalam belajar.

  • Terakhir

Lakukan evaluasi dari pengalaman proyek. Di akhir pembelajaran, Bapak dan Ibu Guru bersama siswa melakukan evaluasi yang bertujuan untuk melihat hasil proyek. Sejauh mana proyek dapat mencapai tujuan pembelajaran dan apakah metode pembelajaran berbasis proyek ini bisa diterapkan di pembelajaran selanjutnya.

Nah, itulah pembahasan tentang project based learning yang memperkenalkan siswa dengan cara belajar dan permasalahan yang ada di kehidupan nyata. Semoga artikel ini bisa bermanfaat bagi Bapak dan Ibu Guru untuk memahami lebih dalam tentang metode pembelajaran berbasis proyek.

Teori Belajar Humanistik, Proses Memanusiakan Manusia

E-Belajar.id – Menurut Hapudin dalam Teori Belajar dan Pembelajaran (2021), teori humanistik memandang kalau belajar adalah proses menemukan potensi diri sebagai upaya untuk memanusiakan manusia. Dengan kata lain, individu menggali sendiri kemampuannya untuk kemudian kita terapkan dalam lingkungannya.

Apa Itu Teori Belajar Humanistik?

Teori belajar humanistik berakar pada psikologi humanistik yang berfokus pada gagasan bahwa siswa pada dasarnya bersifat baik dan pendidikan harus kita ajarkan secara utuh.

Hapudin dalam Teori Belajar dan Pembelajaran (2021) menyebutkan bahwa faktor motivasi dan pengalaman emosional sangat penting dalam proses belajar. Tanpa adanya motivasi dan keinginan dari siswa, pengetahuan baru tidak akan masuk ke struktur kognitif yang sudah mereka miliki.

Dalam teori ini, faktor yang ada dalam diri siswa mempengaruhi kegiatan belajar. Contohnya, jika siswa kesal, sedih, atau tertekan, mereka cenderung tidak akan fokus pada pembelajaran.

Teori belajar humanistik menekankan bagaimana peserta didik bisa membagun dirinya untuk menemukan ilmu dan melakukan hal-hal yang positif. Jadi, kegiatan belajar bertujuan untuk memanusiakan siswa dalam mencapai aktualisasi diri, pemahaman, serta realisasi diri secara optimal, sehingga potensi dirinya berkembang.

Dalam teori belajar humanistik, peserta didik mempunyai kebebasan untuk memilih perilakunya dan melakukan apa yang mereka inginkan. Tapi, perlu kita ketahui juga kalau mereka harus bertanggung jawab atas perbuatan dan sikap yang mereka pilih.

Kalau kita perhatikan lagi, dari awal kita hanya membahas teori belajar humanistik dari sisi peserta didik. Lalu, bagaimana tugas Bapak dan Ibu Guru dalam teori belajar ini?

Peran Guru dalam Teori Belajar Humanistik

Guru dan siswa mempunyai peran khusus agar pembelajaran berjalan lancar. Di teori belajar humanistik, Bapak dan Ibu Guru secara keseluruhan menjadi fasilitator dan panutan bagi siswa. Selain itu, peran lainnya meliputi:

  • Mengajarkan keterampilan belajar
    Di teori belajar humanistik, siswa bertanggung jawab atas pilihan pembelajaran. Jadi, tugas guru adalah membantu mereka memahami cara belajar yang terbaik agar mereka berhasil memahami materi pelajaran.
  • Membantu siswa mengembangkan dirinya
    Bantu siswa untuk mengenal diri mereka sendiri sebagai manusia yang unik agar nantinya bisa mengembangkan potensi yang ada dalam diri mereka.
  • Memberikan kegiatan yang menarik
    Pembelajaran humanistik berfokus pada keterlibatan siswa, sehingga guru perlu menyediakan kegiatan pembelajaran yang menarik untuk meningkatkan semangat dan keterlibatan mereka dalam belajar.
  • Memberikan motivasi
    Berikan motivasi dan kesadaran mengenai makna belajar dalam kehidupan siswa. Dengan begitu, mereka bisa mengarahkan diri sekaligus memotivasi dirinya untuk belajar daripada sekadar menjadi penerima pasif dalam proses pembelajaran.
  • Memberikan pilihan ke siswa
    Tersedianya berbagai pilihan adalah pusat pembelajaran humanistik. Di sini, guru berperan untuk membantu siswa membuat pilihan tentang apa yang harus mereka pelajari, contohnya dengan menawarkan opsi atau mengevaluasi hal yang mereka sukai.
  • Menciptakan peluang untuk kerjasama
    Sebagai fasilitator, guru perlu menciptakan kelompok belajar untuk siswa mengeksplorasi, mengamati, dan mengevaluasi diri.

Kita lihat dari peran di atas, ada banyak kegiatan yang bisa kita terapkan dengan pendekatan teori belajar humanistik. Apakah Bapak dan Ibu Guru bisa berikan contohnya?

Kalau masih bingung bagaimana cara menerapkannya di kelas, beberapa contoh berikut mungkin bisa menjadi ide bagi Bapak dan Ibu Guru.

Kelebihan dan Kekurangan.

Setiap teori belajar pasti mempunyai kelebihan dan kekurangan karena pembelajaran yang efektif bergantung pada berbagai faktor termasuk kondisi siswa, guru, dan sekolah.

Secara umum, berikut ini adalah kelebihan teori belajar humanistik.

  1. Cocok kita terapkan dalam materi pembelajaran yang tujuannya untuk membentuk karakter.
  2. Penerapan teori lebih menekankan proses daripada hasilnya, jadi pembelajaran kita katakan berhasil saat siswa bersemangat dalam proses pembelajaran.
  3. Siswa menjadi manusia yang bebas dan tidak terikat oleh pendapat siapapun. Mereka harus mengatur dirinya sendiri dan bertanggung jawab atas pilihannya.
  4. Mendukung guru untuk mengenali kondisi dan potensi siswanya.
  5. Mengedepankan aspek memanusiakan manusia dan pembentukan karakter.

Sementara itu, kekurangan dari teori belajar humanistik antara lain:

  1. Siswa kurang menyadari dan memahami akan potensi dirinya sehingga mempunyai kemungkinan untuk tertinggal dalam proses belajar.
  2. Kurang aktifnya siswa dalam pembelajaran berdampak negatif dalam keberhasilan belajarnya.
  3. Peran guru sebagai fasilitator kurang sesuai bagi siswa yang pasif karena tidak memiliki keberanian untuk bertanya.
  4. Pendekatan yang berfokus pada pilihan mungkin tidak akan berjalan lancar untuk siswa yang membutuhkan sebuah struktur dan rutinitas dalam belajar yang efektif.

Itulah penjelasan tentang teori belajar humanistik yang fokusnya pada proses memanusiakan manusia. Pembelajaran menekankan pentingnya emosi, komunikasi yang terbuka, dan nilai-nilai yang para siswa miliki. Jadi, apa yang menjadi tujuan belajar tidak hanya tercapai dari ranah kognitif tapi juga bagaimana siswa menjadi individu yang bertanggung jawab penuh bagi dirinya.

Pembelajaran Kontekstual, Kaitan Materi dengan Kehidupan

E-Belajar.id – Pembelajaran kontekstual, kita kenal juga dengan istilah Contextual Teaching and Learning (CTL). Membuat siswa menjadi lebih aktif sebab mereka berusaha mempelajari konsep sekaligus menerapkan dan mengaitkannya ke dunia nyata. Model pembelajaran ini merangsang otak untuk menyusun pola-pola yang akhirnya membentuk makna.

Sekarang, mari kita bahas bersama tentang pembelajaran kontekstual agar kita sebagai Guru bisa coba menerapkannya di kelas.

Apa Itu Pembelajaran Kontekstual?

Menurut Al-Tabany dalam Mendesain Model Pembelajaran Inovatif, Progresi, dan Kontekstual (2017), pembelajaran kontekstual adalah model pembelajaran yang membantu guru untuk mengaitkan materi pelajaran dengan situasi yang ada di dunia nyata, dan memotivasi siswanya untuk mencari tahu hubungan antara pengetahuan dan penerapannya.  Pembelajaran kontekstual memungkinkan siswa untuk memperkuat dan menerapkan pengetahuannya di dunia nyata. Prosesnya menekankan pada pemikiran kritis, pengumpulan, penganalisaan, serta penafsiran informasi dari berbagai sumber dan pandangan.

Jadi, pembelajaran tidak hanya fokus pada pemberian pengetahuan teoritis, tapi juga pada proses keterlibatannya untuk menemukan materi serta menghubungkannya dengan situasi di kehidupan nyata. Terus, bagaimana cara membedakan pembelajaran kontekstual dengan model pembelajaran lainnya? Nah, kita bisa melihatnya dari karakteristik yang ia miliki. Simak di bawah ini ya.

Karakteristik 

Dalam Pembelajaran Terpadu (2020), menyebutkan ada lima karakteristik penting dalam proses pembelajaran kontekstual, yaitu:

  • Pembelajaran merupakan proses pengaktifan pengetahuan yang sudah ada, artinya pengetahuan yang akan dan sudah kita pelajari saling berkaitan satu sama lain.
  • Kegiatan belajar mengajar bertujuan untuk memperoleh dan menambah pengetahuan baru.
  • Pengetahuan yang kita peroleh bukan untuk kita hafal, tapi untuk kita pahami dan kita yakini.
  • Pengetahuan dan pengalaman yang kita dapatkan harus kita terapkan dalam kehidupan nyata.
  • Adanya refleksi terhadap strategi pengembangan pengetahuan sebagai umpan balik untuk proses perbaikan dan penyempurnaan.

7 Komponen Utama

Selain karakteristik, pembelajaran kontekstual melibatkan tujuh komponen utama yang harus kita kembangkan dalam proses penerapannya.

  1. Konstruktivisme

    Konstruktivisme merupakan landasan berpikir dalam pembelajaran kontekstual, di mana manusia membangun pengetahuan secara perlahan dan hasilnya mereka perluas melalui konteks yang terbatas. Karena itu, strategi dalam pembelajaran kontekstual lebih menekankan siswa untuk mencari sendiri pengetahuannya lewat keterlibatan aktif di kelas dan menemukan cara untuk menghubungkan konsep dengan kenyataan.

  1. Menemukan

    Proses menemukan adalah kegiatan inti dari pembelajaran kontekstual. Lewat proses ini, siswa akan mengetahui bahwa pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan lainnya bukan hanya hasil dari mengingat, tapi juga hasil dari menemukan sendiri.

  1. Bertanya

    Pada dasarnya, pengetahuan seseorang di mulai dari pertanyaan. Dalam penerapannya, kita harus memfasilitasi siswa untuk bertanya dan menggunakan pertanyaan yang kita berikan untuk mendorong peningkatan kualitas dan produktivitas pembelajaran.

    Kegiatan bertanya juga berguna untuk menggali informasi, mengecek pemahaman siswa, membangkitkan respon siswa terhadap pembelajaran, mengetahui sejauh mana keinginan siswa, memfokuskan perhatian, dan menyegarkan kembali pengetahuan yang sudah siswa miliki.

  1. Masyarakat Belajar

    Konsep masyarakat belajar artinya membiasakan siswa untuk mendapatkan pengetahuan melalui proses kerjasama dengan orang lain. Dengan berbagi pengalaman antar teman atau kelompok, siswa akan terbiasa untuk saling memberi dan menerima pendapat, gagasan, serta umpan balik.

  1. Pemodelan

    Dalam pembelajaran, perlu adanya model yang bisa para siswa tiru contohnya guru yang memodelkan langkah-langkah penggunaan neraca. Sebenarnya, model tidak hanya datang dari kita tapi bisa juga kita rancang dengan melibatkan siswa. Misalnya, minta seorang siswa untuk memodelkan sesuatu berdasarkan pengalaman yang ia ketahui.

  1. Refleksi

    Refleksi adalah cara berpikir ke belakang tentang apa yang sudah siswa lakukan, kerjakan, atau pelajari sebelumnya. Pada saat refleksi, siswa diberi kesempatan untuk mencerna, menimbang, membandingkan, menghayati, dan melakukan diskusi dengan dirinya sendiri. Dengan begitu, siswa bisa mengetahui sesuatu yang berguna bagi dirinya tentang apa yang baru mereka pelajari.

  1. Penilaian Sebenarnya

    Komponen terakhir dari pembelajaran kontekstual adalah penilaian yang berfungsi untuk mendapatkan informasi dari proses dan hasil pembelajaran. Lewat penilaian, kita bisa mengetahui kemajuan, kemunduran, dan kesulitan siswa dalam belajar, serta nantinya mempunyai kemudahan untuk melakukan perbaikan dan penyempurnaan proses belajar selanjutnya.

Setiap komponen di atas harus di kembangkan lewat pembelajaran yang lebih bermakna. Misalnya, arahkan siswa untuk menemukan sendiri pengetahuan barunya dengan mengembangkan rasa ingin tahu mereka melalui pertanyaan.

Supaya makin paham, berikut ini adalah strategi yang bisa dilakukan untuk menerapkan model pembelajaran kontekstual.

Strategi Pembelajaran Kontekstual

Secara sederhana, Hernowo dalam Rulviana dan Kadarwati (2020) menjelaskan langkah-langkah yang bisa kita lakukan untuk menerapkan pembelajaran kontekstual.

  1. Kaitkan setiap materi pelajaran dengan seorang tokoh terkenal yang berkaitan dengan mata pelajaran tersebut.
  2. Ceritakan riwayat hidup atau perjalanan tokoh dalam mencapai kesuksesan melalui ilmu yang dimilikinya.
  3. Berdasarkan pengalaman tokoh, tunjukkan ke siswa manfaat yang jelas mengenai ilmu yang sedang atau akan mereka pelajari.
  4. Upayakan agar ilmu-ilmu yang siswa pelajari bisa memotivasi mereka untuk menerapkannya di kehidupan sehari-hari, seperti tokoh yang diceritakan di awal.
  5. Berikan kebebasan pada siswa untuk menemukan cara belajarnya sendiri.
  6. Biarkan siswa mengekspresikan emosinya dengan bebas.
  7. Bimbing siswa untuk menggunakan emosi yang ada di setiap pembelajaran agar lebih bermakna.

Contoh Penerapan Pembelajaran Kontekstual

Berikut ini adalah contoh penerapan pembelajaran kontekstual dalam kelas yang mengutamakan pengalaman dan konteks nyata dalam kehidupan sehari-hari.

Gunakan media koran sebagai sumber belajar. Mintalah siswa kita untuk membuat kliping gambar yang menunjukkan kondisi banjir di beberapa daerah. Secara berkelompok, ajak siswa untuk melakukan pengamatan yang bertujuan menjawab pertanyaan, “kenapa di lingkungan tersebut sering terjadi banjir?”. Di tahap ini, siswa berusaha untuk menemukan penyebab masalah, mengklasifikasikannya, dan mencari solusi dari permasalahan tersebut. Setelah semua data terkumpul, secara bergantian siswa akan mempresentasikan hasil pekerjaannya. Dalam sesi ini, kelompok atau siswa lain boleh memberikan pertanyaan atau tanggapan terkait hasil pengamatan yang temannya lakukan.

Dari contoh kegiatan di atas, siswa bisa mengenali penyebab-penyebab banjir yang mereka temui di berita koran serta merancang pemecahan masalahnya. Karena proses penemuan ilmu baru dilakukan secara mandiri, siswa akan lebih mudah memahami dan menerapkannya di kehidupan nyata. Setelah mengetahui lebih dalam tentang pembelajaran kontekstual, apakah Bapak dan Ibu Guru tertarik untuk menerapkannya di kelas?

Belajar Efektif dan Kreatif, Mind Mapping Metodenya

E-Belajar.id – Halo teman-teman, gimana nih rasanya belajar dari rumah sejak pandemi? Karena semuanya dilakukan serba online, saya jadi penasaran deh, kalian punya catatan materi nggak sih? Kalau kalian tipe yang males bikin catetan, pas banget nih belajar dengan metode mind mapping.

Saya yakin sebagian dari kalian udah pernah pake metode ini tapi kalian nggak sadar. Metode ini bantu kalian paham lebih banyak materi tanpa harus menghafal banyak. Penasaran kan? Yuk cek dulu pengertian mind mapping.

Apa Itu Mind Mapping?

Seperti yang tadi udah bilang, kita mungkin pernah ngelakuin tanpa kita sadari. Pernah nggak bikin rangkuman materi yang kelihatan kaya coret-coretan gambar dengan banyak cabang dan warna-warni stabilo. Nah, itu tadi yang kita namakan mind map.

Mind Map Energy Conservation

Kayak gitu kurang lebih bentuk catatannya. Gimana? Pernah lihat gak ni? Bentuknya kayak berantakan dan bikin heran “gimana cara bacanya, ya?”

Catatan yang bentuknya kayak gitu tuh namanya mind map. Mind mapping adalah teknik untuk menyimpan dan menyimpulkan ide-ide atau informasi yang kita dapat. Kalau mau kita translate ke bahasa indonesia, mind map adalah peta pikiran. Nah, dari 2 kata itu sudah jelas ya, dari ini kita bisa memetakan apa yang ada di pikiran kita termasuk juga materi.

Jadi, kalau kita mau mencatat materi menggunakan metode ini, kita tetap bisa tarik kesimpulan dari catatan itu. Bentuknya memang kayak coretan gitu tapi pembuat mind map-lah yang tahu makna dari setiap tulisannya. Kita perlu tahu juga metode yang sekarang sudah banyak orang gunakan di dunia ini ada yang mulai mempopulerkannya loh.

Siapa sih membuat metode ini jadi populer? Pastinya bukan sosok sembarangan ya. Dan ya, beliau adalah seorang lulusan psikologi, bahasa Inggris, matematika, dan sains. Selain seorang penulis buku, beliau juga merupakan seorang konsultan pendidikan. Beliau ini bernama Tony Buzan.

Sejarah Mind Mapping

Tadi kan saya bilang metode ini populer oleh Tony Buzan. Tapi beliau bukan penemunya ya. Sebelumnya memang nggak ada yang mematenkan metode ini sehingga sulit kita ketahui awal mula penggunaannya atau bahkan pencetusnya.

Teknik mind mapping oleh Tony Buzan, ia kenalkan pada tahun 70-an. Namun, pada abad ke-3 para filsuf di Roma dan Yunani telah menggunakan metode ini. Hanya saja mind map pada era tersebut tidak penuh dengan ilustrasi visual seperti sekarang. Setelahnya, teknik mind mapping juga telah mereka gunakan, tokoh-tokoh terkenal seperti Leonardo Da Vinci, Albert Einstein, Marie Curie, hingga Thomas Edison. Tokoh terkenal tersebut menggunakan metode ini untuk mencatat hasil pikirannya.

Karena bentuknya yang hampir berupa coretan ide atau gambar makanya mind map cenderung hanya penulisnya yang mengerti. Mind mapping atau peta pikiran adalah salah satu cara untuk mencatat gagasan atau ide sebelum informasi tersebut kembali kita olah.

Kelebihan Mind Mapping

Tadi kita sudah baca tentang pengertian mind mapping, perlu juga tahu tentang kelebihannya. Ada beberapa manfaat mind mapping yang bisa kita dapat kalau belajar pakai metode ini. Apa aja tuh? .

Mind Mapping Bikin Belajar Lebih Efektif

Mengutip laman Mindmapping.com, dalam sebuah penelitian di tahun 1970 membuktikan bahwa catatan yang mereka buat dalam bentuk visual lebih efektif mereka gunakan untuk belajar daripada catatan yang hanya berisi tulisan.

Tidak heran kalau ada kutipan “A picture is worth a thousand words”. Saat melihat gambar otak kita menghubungkan gambar tersebut dengan ingatan atau informasi terkait yang tersimpan di otak. Nah, ini terbukti memudahkan kita mengingat dan berpikir kreatif.

Penelitian yang menarik dan saya pribadi juga lebih senang buat nyatet dalam bentuk visual. Salah satunya ya dengan bikin mind mapping gitu. Terutamanya kalau pas ketemu pelajaran yang emang banyak banget materi yang harus kita hafal kayak sejarah gitu. Berasa banget kan manfaat mind map itu.

Dalam sejarah kan gurunya seringkali minta kita buat ngapalin sesuatu. Ya bener juga karena kejadian dalam sejarah kan tanggal kejadiannya ga boleh kita ganti-ganti makanya kita kudu hafal tuh. Buat yang susah buat ngapalin, belajar pakai metode mind mapping itu ngebantu banget. Kita tinggal nulis tema besar pembahasan sebagai pusat mind mapping.  Misalnya lagi belajar Perang Dunia I. Tinggal tulis tuh sebagai tema inti. Nanti kita kasih cabang-cabang misalnya tahunnya. Di setiap tahun nanti masukin masukin deh kejadian penting apa saja yang terjadi pada tahun tersebut.

Menjadikan Catatan Lebih Rapi

Selain ngebantu kita buat belajar, mind mapping juga bisa bantu kita buat mengorganisasikan catatan loh. Dengan menggunakan metode mind mapping ini, kita jadi bisa melihat sesuatu dengan sudut pandang yang lebih luas.

Maksudnya gimana tu? Gini, kalau kita nyatet pelajaran dengan cara cuma nulis di kertas, kadang kita bisa bingung hubungan antara satu catatan sama catatan yang lain itu gimana padahal masih dalam satu bab pembahasan yang sama.

Tentunya kita ga ingin hal itu terjadi. Karenanya kita bisa memanfaatkan mind map biar catatan kita jadi lebih terstruktur dan kita enak juga bacanya. Ini juga sih kenapa kok mind map seringnya dibikin dengan warna warni.

Kita bisa pakai warna berbeda untuk tiap cabang misalnya. Bisa juga kita tambahin garis dengan warna khusus untuk nunjukin keterkaitan antara satu topik dengan topik lainnya yang ada di mind map kita nanti.

Salah satu contoh mind mapping bisa kalian lihat di bawah ini.

Mind Map Kesehatan

Melatih Kreativitas dengan Mind Mapping

Meski dipakai untuk memahami materi tapi mind map juga meningkatkan kreativitas kita. Waktu lagi menggunakan metode mind mapping secara nggak langsung kita lagi mencatat hal-hal penting untuk kemudian disimpulkan kembali.

Saya yakin, kita pasti punya kode-kode atau simbol bahkan gambar untuk menandai info-info penting tersebut. Karena nggak mungkin kan kita tulis lengkap seluruh materinya. Nah, waktu kita lagi muter otak untuk mencari perwakilan gambar untuk informasi tertentu, di situlah kreativitas kita berguna banget.

Nggak cuma itu aja, kita pasti pingin punya catatan yang menarik sekaligus enak dibaca. Kita bisa kreasiin mind map kita dengan garis-garis berwarna. Warna tersebut juga bisa mewakilkan kode tertentu, jadi 1 warna khusus untuk materi yang saling berhubungan gitu deh.

Perlu diinget nih, kita bisa bikin mind map sekreatif mungkin, tapi kalau bisa nggak perlu terlalu fokus banget di bagian menghiasnya ya. Kita perlu cari referensi contoh mind mapping yang simple tapi menarik.

Gak Cuma Buat Belajar

Mencatat pakai mind map ga cuma bisa diterapin buat nyatet materi pelajaran aja, lho. Kita juga bisa pakai metode ini buat kegiatan lain misalnya nyiapin rencana buat liburan akhir tahun. Kita bisa pakai kata misalnya ‘Liburan ke Bali’ sebagai tema besar mind map. Terus di cabangnya kita isi deh kegiatan-kegiatan apa aja yang mau dilakuin selama di Bali. Gitu terus kita lanjutin bikin cabangnya buat ngisi hal-hal detil kayak lokasi, transportasi, dan lain sebagainya.

Mau buat rapat kegiatan organisasi pun bisa. Mind map bisa kita pakai buat banyak hal. Saya pun masih suka pakai mind map buat ngelakuin beberapa hal dong karena emang memudahkan sekali.

Kalau bisa disimpulkan yang merupakan kelebihan mind mapping adalah membuat belajar lebih efektif, catatan lebih terstruktur, melatih kreativitas dan penggunaannya yang fleksibel untuk berbagai macam hal.

Kelemahan Mind Mapping

Metode mind mapping memang memudahkan bagi kebanyakan orang. Meski begitu teknik ini juga punya kelemahan, lho. Kita perlu tahu juga biar kita bisa menilai apakah teknik ini cocok buat kita.

Kata Kunci Terlalu Umum

Kita yang baru memulai pakai teknik mind mapping perlu hati-hati untuk memilih kata kunci. Kata kunci yang kita pilih harus bisa mewakili isi dari informasi atau materi yang diberikan. Kata kunci sebisa mungkin tidak terlalu umum ya. Misal nih kita pingin bikin mind map materi kimia tentang Asam Amino. Kata kunci yang kita pakai sebagai kata kunci utama apa hayo?

Kata kunci utama bakalan jadi center atau pusat dari mind map itu ya. Kalau kita tulis “Kimia” sebagai kata kunci utama, wah itu terlalu umum. Kita bisa langsung aja tulis materi kimia apa yang dibahas, yaitu Asam Amino.

Kurang Bisa Dipahami oleh Orang Lain

Kalau bisa disimpulkan lagi metode mind mapping adalah teknik pemetaan pikiran dari kumpulan beberapa informasi. Karena banyaknya informasi yang diperoleh mind map meringkasnya menjadi poin-poin penting.

Teknik ini memang bikin kita lebih mudah mengingat informasi penting. Namun, terkadang mind map hanya bisa dipahami oleh pembuatnya saja. Sifatnya yang terlalu personal bikin mind map kadang susah untuk dibagikan ke orang lain. Belum lagi kalau kita suka bikin simbol-simbol atau ilustrasi yang bikin kita mudah paham. Tapi orang lain mungkin nggak ngerti sama apa yang kita gambar. Makanya, untuk menyebarkan informasi dari hasil mind mapping perlu diolah lagi.

Nggak cuma itu aja mind map cenderung berisi informasi singkat. Terkadang informasi atau materi yang terlalu kompleks susah untuk diringkas dalam mind map. Kita mungkin malah jadi nggak ngerti karena informasinya yang kelewat singkat.

Itu tadi yang merupakan kelemahan mind mapping adalah kata kunci yang umum dan mind map yang sulit dipahami. Gimana menurut kalian apakah kelebihan dan manfaat mind mapping bisa menutupi kekurangannya?

Nah, itu tadi penjelasan tentang mind mapping. Belajar jadi lebih seru dengan mind mapping. Semakin melatih kreatifitas sekaligus memperluas pola berpikir. Tunggu apa lagi nih, langsung aja yuk dicoba!