Akses belajar mudah, Ini lah 5 manfaat teknologi dalam Pendidikan.

E-Belajar.id – Meningkatnya teknologi di era globalisasi yang serba modern ini bisa kita terapkan pada dunia pendidikan sebagai fasilitas lebih dan serba canggih untuk memperlancar proses pembelajaran. Disini pentingnya teknologi untuk selalu mengikuti perkembangannya.

E-learning and Online Education for Student and University Concept. Graphic interface showing technology of digital training course for people to do remote learning from anywhere.

Penggunaan teknologi membuktikan dapat meningkatkan minat belajar anak karena tampilan yang lebih menarik sehingga akan menghindari rasa jenuh selama mengikuti pelajaran. Seperti di Indonesia yang sebagian besar sekolah masih belum menggunakan teknologi dalam pendidikan.

Makna dari teknologi pembelajaran merupakan aplikasi atau media yang memiliki rancangan modern dan memiliki manfaat sebagai teori dan praktik dalam pembelajaran, sebagai sumber belajar. Saat ini teknologi yang sudah bayak penggunaanya dalam dunia pendidikan adalah teknologi Informasi.

Adanya informasi bermanfaat untuk media pembelajaran dapat berdampak positif bagi para siswa, yaitu mereka bisa lebih mudah dalam mencari informasi yang penting selama proses pembelajaran. Penggunaan media salah satunya adalah dengan menyediakan komputer dan Internet di tiap-tiap sekolah. Inilah 5 manfaat teknologi dalam Pendidikan:

Manfaat Teknologi Dalam Pendidikan

  1. MENAMBAH INFORMASI

Manfaat pertama pengunaan teknologi adalah sebagai sarana pendukung bagi siswa dan pendidik untuk mencari informasi yang lebih luas, selain menggunakan sumber dari buku dan media cetak.

  1. MENINGKATKAN KEMAMPUAN BELAJAR

Hal ini terjadi karena informasi yang ada di Internet lebih update sehingga para siswa bisa dengan mudah mengakses informasi-informasi baru yang dapat membantu, di bawah pengawasan guru.

  1. MEMUDAHKAN AKSES BELAJAR

Proses pembelajaran dapat dipemudah dengan adanya teknologi dalam pendidikan. Misalkan guru dapat memberikan materi atau tugas belajar melalui email sehingga peserta didik bisa segera menyelesaikan dan mengumpukan tugas tersebut.

  1. MATERI LEBIH MENARIK

Penggunaan teknologi dalam pendidikan dapat membuat peserta didik lebih nyaman dan tidak terkesan jenuh atau monoton. Karena penyampaian informasi melalui teknologi cangging terlihat lebih variatif dan modern.

  1. MENINGKATKAN MINAT BELAJAR

Informasi dan pengetahuan yang lebih lengkap serta akses yang mudah didapatkan dapat membuat siswa lebih mempunyai minat dalam melaksanakan pembelajaran.

Penggunaan teknologi dalam pendidikan memang memiliki beberapa manfaat untuk kelangsungan pembelajaran. Namun, di sisi lain Anda harus tetap mengawasi anak-anak saat memanfaatkan teknologi. Karena mudahnya informasi yang mudah diakses di teknologi, tidak hanya informasi positif, tetapi juga informasi yang negatif.

SMKN 1 Cikarang Selatan menggunakan E-Belajar Mobile dalam Pelaksanaan Penilaian Akhir Semester (PAS)

Penilaian Akhir Semester (PAS) menjadi salah satu kegiatan belajar mengajar dalam satuan pendidikan yang dilakukan pada akhir semester sebagai bentuk evaluasi materi yang telah di sampaikan. SMKN 1 Cikarang Selatan menyambut baik akan releasenya e-belajar mobile siswa karena dianggap akan mempermudah akses dan dalam mendukung terlaksananya era digitalisasi dalam dunia pendidikan. Dengan hadirnya beberapa fitur di belajar, untuk pelaksanaan PAS di SMKN 1 Cikarang Selatan akan menggunakan platform E-belajar sebagai aplikasi pelaksanaan PAS.

Seperti yang kita ketahui dalam platform e-belajar terdapat menu/fitur evaluasi yang memudahkan guru dalam menginput soal evaluasi, dimana guru dapat menginput soal yang sama untuk beberapa kelas sekaligus tanpa harus menginput soal tersebut per kelas. Selain itu hasil atau nilai yang didapatkan siswa akan otomatis terhitung jika menggunakan tipe soal pilihan ganda tanpa harus menghitung lagi secara manual.

Untuk siswa sendiri dengan hadirnya E-Belajar Mobile Siswa (versi android) tentunya akan lebih memudahkan dalam mengakses kegiatan belajar mengajar. Tidak hanya mengakses evaluasi untuk PAS, dalam mengakses materi dan penugasanpun menjadi lebih mudah.

Fitur Analisis Soal, Rekap Data dan Kuisioner Bimbingan Konseling

Dalam menunjang kegiatan pendidikan yang lebih baik dan efisien secara digital, tim e-belajar terus mengembangkan aplikasi digital sekolah e-belajar ini dalam memberikan pelayanan yang aktif. Saat ini e-belajar.id dianggap platform digital sekolah lengkap dengan berbagai fitur di dalamnya, salah satunya dan yang menjadi acuan sekolah memakai e-belajar adalah di fitur e-learning yang dimiliki e-belajar. Guru dan siswa dimudahkan dalam mengakses informasi tentang kegiatan belajar mengajar dalam satu aplikasi seperti menerima materi, mengerjakan dan memahami tugas, mengerjakan evaluasi serta video conference tanpa harus membuka atau menginstal aplikasi lainnya.
Berikut informasi update e-belajar yang akan kami release di e-belajar versi selanjutnya :

1. Tambahan Atribut Analisis Soal di Detail Evaluasi Guru

2. Menu Rekap Data di Akun Admin

3. Fitur Quesioner di Guru Bimbingan Konseling

Demikian informasi update aplikasi e-belajar platform digital sekolah, selamat menggunakan e-belajar dan semangat belajar!

Kabupaten Minahasa Utara Siap Digitalisasi Sekolah

Kabupaten Minahasa Utara Siap Digitalisasi Sekolah

Kegiatan PTM jadi Tantangan

Melanjutkan proses belajar mengajar sebagai bagian dari proses pendidikan generasi bangsa di tengah ancaman pandemi Covid-19, merupakan tantangan. Dan ketika Pembelajaran Tatap Muka (PTM) di Kabupaten Minahasa Utara (Minut) akan dimulai pada Juli 2021, maka semua elemen PTM dituntut beradaptasi atau menyesuaikan diri dengan perubahan di era baru.

Bupati Minut Joune Ganda, SE mengatakan, persiapan sebelum menyambut PTM, beberapa kali simulasi PTM sudah dilakukan di beberapa lembaga pendidikan dengan protokol kesehatan super ketat. Dan segala piranti untuk PTM sejak dini telah dipersiapkan. “Sekarang guru dituntut adaptif menghadapi perubahan era kebiasaan baru sebagai dampak pandemi Covid-19 ini,” ungkap Bupati JG, belum lama ini kepada awak media.

Berbagai perubahan telah dilakukan, menurut Joune, mulai perubahan perilaku masyarakat, perubahan budaya kerja, perubahan interaksi masyarakat hingga perubahan arus informasi dan digitalisasi yang dialami para siswa.

Situasi itu juga menuntut para pendidik untuk ikut menyesuaikan diri, karena pendidikan tidak boleh berhenti atau menyerah di tengah pandemi, apalagi melawan pandemi dengan tetap menggelar PTM tanpa protokol kesehatan ketat. “Hampir dua tahun ini kita berada di situasi Pandemi Covid-19. Pada fase kedua tahun itu juga kita merasakan berbagai perubahan perilaku masyarakat, perubahan budaya kerja, perubahan interaksi masyarakat bahkan perubahan yang dialami para anak didik akibat pandemi,” urai Bupati berlatar belakang pengusaha sukses itu.

Ini yang menuntut semua elemen masyarakat, termasuk para pendidik untuk semakin adaptif dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat. Karena informasi yang paling menonjol di masyarakat yakni terjadinya digitalisasi. “Ini tantangan untuk para guru yang sebentar lagi memulai PTM. Jadi saya ajak semua berlomba-lomba melakukan inovasi dan strategi dalam dunia pendidikan untuk menjawab setiap tantangan atas perubahan yang terjadi,” jelas Bupati.

Sementara Kadis Pendidikan Minut Olfi Kalengkongan melalui Sekretaris Dinas Pendidikan Petra Enoch mengatakan, siap mendukung visi misi Bupati dan Wakil Bupati untuk mewujudkan pendidikan berkualitas di Minahasa Utara. Untuk menjawab berbagai tantangan dalam situasi pandemi Covid-19, dirinya turut memberikan dorongan kepada guru untuk tidak berhenti berinovasi dan berkontribusi. “Bapak dan ibu guru agar tidak berhenti menciptakan berbagai inovasi. Apa yang berhasil diciptakan seperti Sekolah Digital, Guru Penggerak, sampai Gerakan Bumi Revolusi Mental , agar terus digerakkan di berbagai lini untuk merangsang anak-anak produktif belajar,” harap Petra sembari menambahkan menghadapi PTM tahun ajaran 2021/2022, Dinas Pendidikan Kabupaten Minahasa Utara telah melakukan berbagai tahapan, seperti vaksin di satuan pendidikan dan seluruh kepala sekolah serta guru-guru se-Minahasa Utara, dengan infrastruktur prokes dan Satgas Covid-19 yang dibekali dengan SOP.

Pendidikan di Masa Pandemi

Pandemi Covid-19 yang melanda dunia sudah lebih dari enam bulan terakhir ini berdampak terhadap perubahan aktifitas belajar-mengajar. Tak terkecuali di negeri ini, sejak medio Maret aktifitas pembelajaran daring (online learning) menjadi sebuah pilihan kementerian pendidikan dan kebudayaan untuk mencegah penyebaran virus Covid-19 semakin meluas.

Praktik pendidikan daring (online learning) ini dilakukan oleh berbagai tingkatan jenjang pendidikan sejak tingkat SD, SMP, SMA, hingga perguruan tinggi. Tidak ada lagi aktifitas pembelajaran di ruang-ruang kelas sebagaimana lazim dilakukan oleh tenaga pendidik: guru maupun dosen. Langkah yang tepat namun tanpa persiapan yang memadai.

Akibatnya banyak tenaga pendidik gagap menghadapi perubahan drastis ini. Sementara itu praktis tidak ada cara lain untuk meminimalisir penyebaran Covid-19 selain dengan membatasi perjumpaan manusia dalam jumlah yang banyak. Pemerintah pun membatasi pertemuan, maksimal 30-40 orang. Itupun dengan protokol kesehatan yang sangat ketat: penggunaan masker, menjaga jarak minimal 1,5 meter, mencuci tangan memakai sabun. Hal ini didasarkan pada pendapat para ahli kesehatan di seluruh dunia setelah mereka melakukan riset bagaimana memutus mata rantai Covid-19.

Kegagapan Pendidikan Daring

Arena sekolah, sebagai ruang belajar mengajar antara murid dengan guru, mahasiswa dengan dosen pun pada akhirnya dilarang dilakukan. Sebagai gantinya yakni pembelajaran secara daring.

Perubahan sangat cepat ini tanpa diiringi persiapan yang memadai sebelumnya, akibatnya banyak kegagapan menghadapinya. Hal ini pun diakui oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim.

Nadiem berpendapat, “kita harus jujur proses adaptasi ke online learning juga sangat sulit. Paling tidak masih ada pembelajaran terjadi daripada sama sekali tidak ada pembelajaran”.

Statemen pelipur lara, ketimbang langkah cepat menyiapkan infrastruktur. Sayangnya hingga memasuki tahun ajaran baru ini pun belum nampak gerak revolusioner dari Menteri Pendidikan dan Kebudayaan maupun jajaran kementeriannya dalam menyiapkan sarana-prasarana pembelajaran daring.

Pemberian kuota internet, ini yang penulis dengar dari sekolah-sekolah, itupun yang di kota-kota besar. Sementara jika melongok ke daerah, masih jauh panggang dari api.

Pembelajaran yang dipaksakan, demikian sepintas terlihat. Pilihan sulit di tengah situasi yang tidak menentu pula.

Covid-19 sebagai makhluk hidup yang berupa mikroorganisme ini harus diputus mata rantainya, akibat penularannya yang dilakukan melalui perjumpaan antarmanusia. Maka perlu dilakukan langkah-langkah strategis taktis dalam menghadapinya.

Pembelajaran daring yang belum dipersiapkan secara matang ini tentu berdampak terhadap metode pembelajaran yang dilakukan oleh para tenaga pendidik. Demikian pula penerimaan atas pembelajaran dari para peserta didik pun sangat beragam, seringkali tidak memahami materi maupun penyampaian dari guru.

Terlebih orang tua atau wali muridnya. Lagi-lagi mengalami gegar pembelajaran yang luar biasa. Orang tua yang sibuk bekerja dengan terpaksa harus mendampingi anak-anak mereka pada saat jam pembelajaran daring. Anak-anak yang biasanya di sekolah, berubah seketika untuk melakukan aktifitas pembelajaran di rumah.

Untuk level SMP, SMA, hingga perguruan tinggi barangkali tidak terlalu mengkhawatirkan. Namun untuk level SD bahkan SMP, tidak sedikit orang tua siswa yang mengeluh akibat pembelajaran daring ini. Sekurang-kurangnya keluhan ini yang dialami oleh teman-teman penulis.

Tidak sedikit guru yang sekadar memberikan tugas kepada para muridnya, melalui aplikasi pesan grup daring yakniaplikasi whatsapp. Guru membuat grup dengan para orang tua/wali murid untuk update apa saja yang perlu dilakukan tiap harinya selama proses pembelajaran.

Lalu pada sore hari guru akan mengoreksi dan mengabsen siapa murid yang tidak atau belum mengumpulkan tugas yang diberikan oleh guru.

Gegar teknologi digital untuk pembelajaran daring

Hemat penulis metode ini memiliki banyak kelemahan karena aplikasi pesan daring dari aplikasi whatsapp ini sesungguhnya bukan medium untuk mendukung aktifitas pembelajaran. Repotnya, tidak sedikit para guru yang memahami cukup menggunakan aplikasi whatsapp untuk mendukung aktifitas pembelajaran.

Apakah salah menggunakan aplikasi pesan daring tersebut? Memang bukan benar salah, namun tepatkah penggunaan aplikasi pesan daring ini sebagai medium pembelajaran di saat krisis Covid-19. Untuk sesekali digunakan barangkali tidak masalah, namun jika digunakan setiap hari dari Senin-Jumat selama berbulan-bulan maka akan berdampak tidak sehat bagi pembelajaran itu sendiri.

Cerita dari ponakan penulis sendiri yang sekolah di SMP dan SMA negeri terfavorit di kota gudeg, ternyata hanya hitungan jari saja yang gurunya memiliki kemampuan beradaptasi dengan pendidikan daring ini. Adapun para guru yang dapat diandalkan yaitu mereka yang berada di usia milenial, kelahiran di atas tahun 1981-an.

Kelompok guru ini sangat adaptif dan cepat mengikuti perubahan dan semangat pembelajaran daring di masa adaptasi kebiasaan baru ini. Aplikasi pesan daring sesungguhnya adalah medium yang sangat privat, untuk saling bertukar informasi satu dengan yang lainnya. Apapun bidangnya. Bukan didesain sebagai tools untuk aktifitas pembelajaran yang masif antara guru dengan para muridnya.

Belakangan ramai digunakan aplikasi untuk mendukung pembelajaran dengan menggunakan zoom yang paling populer, selain juga google classroom. Dapat dilakukan secara interaktif hingga ratusan bahkan ribuan orang dalam sekali aktifitas. Problemnya adalah tidak semua orang tua siswa kita memiliki kemampuan untuk memiliki perangkat laptop atau smartphone yang mendukung untuk menginstall aplikasi zoom ke piranti mereka.

Hambatan-hambatan Pendidikan Daring

Ada sekian kendala: baik kendala ekonomi, kendala koneksi internet yang tidak stabil, ditambah dengan metode pembelajaran daring seefektif apa. Inilah beberapa permasalahan yang dihadapi oleh dunia pendidikan kita di tengah Covid-19.

Aktifitas pendidikan bukan semata-mata guru memberikan soal-soal lalu para murid diminta menjawab, lantas diberi nilai matematis. Bukan itu poinnya. Ini yang terjadi berdasarkan amatan penulis di masa Covid-19.

Pemahaman para guru masih banyak yang berhenti pada pembelajaran sekadar dimaknai memberikan soal-soal dari guru kepada murid. Hal ini tentu saja menunjukkan pekerjaan rumah luar biasa berat bagi kita semua memperbaiki sistem pendidikan kita jelang peringatan hari Kemerdekaan RI ke-75.

Membangkitkan ruh pendidikan kita

Slogan “Merdeka Belajar” yang digaungkan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan nampaknya belum menggugah para guru, apalagi para murid dalam implementasi pembelajaran daring.

Pendidikan sebagai cara untuk melakukan transformasi gagasan, membangun karakter diri seseorang tentang nilai-nilai disiplin, integritas, respek kepada orang lain, menghormati hak-hak dan kewajiban warga negara, menghargai ruang privat dan publik secara seimbang nampaknya belum terlalu menjadi kelaziman di dunia pendidikan kita.

Membangun ruh pendidikan daring

Di masa adaptasi kebiasaan baru masa Covid-19 ini, hemat saya dapat dijadikan momentum untuk kebangkitan pendidikan kita sekiranya seluruh pemangku kepentingan pendidikan di negeri ini saling bergotong-royong. Menanggalkan egoisme sektoral antarkementerian.

Presiden Jokowi selalu menekankan kolaborasi, gotong-royong di lapangan, namun sayangnya instruksi ini masih samar-samar dalam praksisnya.

Seyogyanya ajaran Ki Hadjar Dewantara tentang Ing Ngarsa Sung Tuladha, Ing Madya Mangun Karsa, Tut Wuri Handayani ini kita praktikkan dalam pembelajaran kita di manapun. Di depan memberikan teladan, di tengah memberikan semangat, di belakang memberikan dorongan. Tugas mencerdaskan dan membuat bangsa ini berkarakter itu bukan hanya Kementerian Pendidikan dan Kebuyaaan, apalagi di masa Covid-19.

Masalah koneksi internet semestinya menjadi domain Kementerian Komunikasi dan Informasi, lalu masalah kesehatan jelas berada di koordinasi Kementerian Kesehatan. Sekiranya tiga kementerian saling bahu-membahu mempersiapkan infrastrukturnya maka tidak ada yang mustahil membangun kualitas intelektualitas peserta didik yang tetap sehat di masa adaptasi kebiasaan baru era Covid-19 serta didukung jaringan internet yang selalu stabil.

Praktik pendidikan di era digital memerlukan inovasi dan kreasi yang terus-menerus sehingga guru maupun anak didik tidak mudah mengalami kejenuhan dan kebosanan. Pun jangan dimaknai pembelajaran daring sekadar memberikan sekian soal kepada murid untuk menjawabnya.

Kalau ini yang terjadi maka pembelajaran yang membebaskan dan berkarakter akan berhenti di slogan tanpa pernah diketahui spirit di dalamnya. Oleh karena itu belajar sesungguhnya tidak pernah berhenti sejak dari dalam kandungan hingga ke liang lahat.

Source : kompas.com (“Pendidikan Daring di Masa Covid-19”)

Perkembangan Era Digitalisasi di Indonesia

Era digital adalah sebuah masa atau zaman dimana hampir seluruh bidang dalam tatanan kehidupan sudah dibantu dengan teknologi digital. Istilah ini juga bisa di artikan sebagai munculnya teknologi digital yang menggantikan teknologi-teknologi yang sebelumnya sudah digunakan (mekanik dan elektronik analog) oleh manusia. Era digital adalah era yang serba menggunakan teknologi.

Salah satu contoh paling dekat dan pastinya semua orang tahu adalah bagaimana internet telah mengubah banyak hal. Tidak hanya bagaimana cara kita dalam berkomunikasi dan berinteraksi, namun juga berhasil memperngaruhi landcape bisnis yang ada di Indonesia, bahkan juga dunia.

Peralihan masa teknologi mekanik dan elektro analog ke digital yang disambut dengan sangat baik oleh masyarakat, serta perkembangan teknologi yang sangat pesat membuat berbagai kemudahan bisa kita rasakan, bahkan tanpa ada batasan lagi. Yang dulunya bersifat lokal, gini sudah beralih ke cakupan yang lebih luas, bahkan global.

Kita bisa dengan sangat mudah untuk berkomunikasi, membeli, dan mengetahui kabar dari tempat yang secara geografis sangat jauh dengan tempat tinggal kita. Dan masih banyak kemudahan lainnya.

Harus kita akui bahwa teknologi digital bisa memberikan beberapa kemajuan untuk masyarakat Indonesia, meskipun dari segi infrastruktur kita masih jalan dengan terseok-seok. Hal ini juga didukung dengan atusiasme masyarakat untuk hidup bersandingan dengan teknologi digital, dimana telpone pintar dan penetrasi internet menjadi salah satu faktor kenapa masyarakat bisa dengan sangat cepat beradaptasi dengan hal ini.

Perkembangan lain bisa kita lihat dari adanya payung hukum tekait Undang-Undang ITE. Meskipun di internet tidak ada batasan ruang dan waktu, namun ada sebuah sistem baru yang dibentuk agar kebebasan tersebut tidak keluar jalur, dan justru menjadi mala petaka bagi masyarakat sendiri.

Beberapa orang mengatakan bahwa Indonesia memang terlambat dalam mengadopsi teknologi, khususnya internet. Namun yang sama-sama kita lihat sampai sejauh ini, masyarakat bisa dengan sangat cepat menerima perkembangan yang ada dan masuk didalamnya.

Contohnya seperti pada awal masa peralihan ke era digital dimana media masa mentransformasikan aktivitasnya kedalam bentuk digital. Mereka yang dulunya rutin mengeluarkan editorial dalam cetakan, kini mulai menghentikan proses tersebut dan beralih menggunakan platform online seperti halnya website dan platform berbagi video.

Perkembangan Sistem Pendidikan di Indonesia

Perkembangan pendidikan di Indonesia

Seiring berjalannya waktu, sistem pendidikan di Indonesia secara dinamis mengikuti perkembangan zaman. perkembangan tersebut dapat dilihat dari pergantian kurikulum belajar yang berlaku. Hingga saat ini, setidaknya sistem pendidikan di Indonesia telah berganti kurikulum sebanyak 10 kali, sejak dimulai dari tahun 1947.

Berikut ini akan dijelaskan secara detail terkait perkembangan pendidikan di Indonesia melalui kurikulum yang sempat berlaku, hingga kurikulum pendidikan yang saat ini diterapkan

  • Kurikulum Rentjana Pelajaran 1947

Ini merupakan kurikulum pertama pendidikan di Indonesia yang diberlakukan sejak kemerdekaan. Kurikulum ini berorientasi politik dengan mengganti sistem pendidikan Belanda, menjadi pendidikan asli buatan Indonesia. Melalui kurikulum inilah pertama kali Pancasila menjadi landasan dasar pendidikan di Indonesia. Kurikulum ini dirancang pada tahun 1947 dan diaplikasikan pada tahun 1950.

Karakteristik yang terlihat jelas pada kurikulum pendidikan di Indonesia saat ini adalah pembentukan karakteristik bangsa. Karakteristik tersebut seperti menguatkan bangsa Indonesia sejajar dengan bangsa-bangsa lain yang merdeka dan berdaulat. Nilai-nilai yang diterapkan melalui kurikulum ini adalah kesadaran berwarga negara, bermasyarakat dan pembentukkan watak sejalan dengan ideologi bangsa.

  • Kurikulum Rentjana Pelajaran Terurai 1952

Mengingat kurikulum pada periode sebelumnya belum terfokus terhadap mata pelajaran lain selain pembentukan watak, di periode ini beberapa aspek disempurnakan. Pada periode ini dibentuk silabus atau rencana pembelajaran dengan tenaga pendidik mengajarkan spesifik mata pelajaran kepada peserta didik.

  • Kurikulum Rentjana Pendidikan 1964

Menyempurnakan pada kurikulum sebelumnya, kurikulum pendidikan di Indonesia pada tahun ini, pemerintah memiliki tujuan untuk memberikan pembekalan akademik dan non akademik pada jenjang sekolah dasar. Dengan tujuan tersebut, lahirlah program Pancawardhana yaitu kelompok lima bidang studi yang meliputi pengembangan moral, keprigelan atau keterampilan, jasmani, dan emosional.

  • Kurikulum 1968

Kurikulum pada tahun ini difokuskan pada pembentukan bangsa Indonesia yang berjiwa Pancasila sejati. Yang mana jiwa Pancasila yang dimaksud ada masyarakat yang sehat, kuat, cerdas, bermoral, dan keyakinan akan beragama yang dianut.

Selain menjalankan sistem pendidikan berjiwa Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945 adalah dasar lain yang digunakan untuk kurikulum ini. Beberapa karakteristiknya meliputi arah kegiatan yang meningkatkan kecerdasan dan keterampilan, dan pengembangan jasmani yang kuat dan sehat.

  • Kurikulum Pendidikan 1975

Efektifitas dan efisiensi merupakan ciri dari kurikulum pendidikan yang diterapkan pada tahun 1975 ini. Kurikulum ini dibentuk dipengaruhi oleh manajemen objektivitas yang mana muncul Prosedur Pengembangan Sistem Instruksional (PSSI) atau pendidikan satuan pelajaran.

  • Kurikulum Pendidikan 1984

Ciri dari kurikulum pada masa ini adalah fokus utama dititik beratkan kepada keahlian. Di periode ini, peserta didik merupakan subjek pembelajaran. Beberapa hal yang dilakukan adalah dengan mengaplikasikan metode pembelajaran dengan pengamatan, pengelompokkan, diskusi, hingga pelaporan. Metode ini biasanya disebut sebagai Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA).

  • Kurikulum 1994 dengan Suplemen Kurikulum 1999

Kurikulum pada tahun ini merupakan pembaharuan dari kurikulum sebelum-sebelumnya, khususnya pada kurikulum tahun 1975 dan 1984. Pada periode ini, kurikulum pendidikan di Indonesia mendapatkan kritik karena dianggap beban belajar peserta didik yang terlampau berat. Pada periode kurikulum ini munculnya mata pelajaran baru seperti muatan nasional dan muatan lokal yang meliputi bahasa daerah, ketrampilan dan kesenian.

  • Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) tahun 2004

Pembaharuan kurikulum berikutnya terjadi pada tahun 2004. Kurikulum ini berciri pencapaian kompetensi bagi peserta didik sebagai individu maupun kelompok dan berorientasi pada hasil pembelajaran. Tiga unsur-unsur yang membedakan sistem pendidikan ini dengan sebelumnya adalah pemilihan kompetensi yang sesuai minat peserta didik, pengembangan pembelajaran, dan proses evaluasi dalam penentuan keberhasilan.

  • Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) tahun 2006

Diluncurkan pada tahun 2006, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan atau KTSP merupakan pembaharuan dari kurikulum sebelumnya. Perbedaan yang terlihat adalah adanya standar kompetensi dasar yang ditetapkan oleh pemerintah. Selain itu, pada kurikulum ini tenaga pendidik dituntut dapat mengembangkan rencana pembelajaran secara mandiri dengan penyesuaian pada kondisi daerah sekolah berada.

  • Kurikulum 2013

Untuk menggantikan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), yang terbaru dan saat ini sedang diaplikasikan dalam pendidikan di Indonesia adalah kurikulum 2013. Kurikulum 2013 memiliki aspek-aspek yang menjadi pokok penilaian meliputi aspek sikap dan perilaku, aspek pengetahuan, dan aspek keterampilan.

Di periode kurikulum ini terdapat beberapa mata pelajaran yang dirampingkan dan dikembangkan. Materi pelajaran tersebut meliputi Ilmu Pendidikan Sosial (IPS), Bahasa Indonesia, dan Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan. Sedangkan mata pelajaran yang mendapat pengembangan adalah Matematika.

Jadi, itulah beberapa perkembangan dan sistem pendidikan yang telah diaplikasikan pada pendidikan di Indonesia.