Pembelajaran Kontekstual, Kaitan Materi dengan Kehidupan

E-Belajar.id – Pembelajaran kontekstual, kita kenal juga dengan istilah Contextual Teaching and Learning (CTL). Membuat siswa menjadi lebih aktif sebab mereka berusaha mempelajari konsep sekaligus menerapkan dan mengaitkannya ke dunia nyata. Model pembelajaran ini merangsang otak untuk menyusun pola-pola yang akhirnya membentuk makna.

Sekarang, mari kita bahas bersama tentang pembelajaran kontekstual agar kita sebagai Guru bisa coba menerapkannya di kelas.

Apa Itu Pembelajaran Kontekstual?

Menurut Al-Tabany dalam Mendesain Model Pembelajaran Inovatif, Progresi, dan Kontekstual (2017), pembelajaran kontekstual adalah model pembelajaran yang membantu guru untuk mengaitkan materi pelajaran dengan situasi yang ada di dunia nyata, dan memotivasi siswanya untuk mencari tahu hubungan antara pengetahuan dan penerapannya.  Pembelajaran kontekstual memungkinkan siswa untuk memperkuat dan menerapkan pengetahuannya di dunia nyata. Prosesnya menekankan pada pemikiran kritis, pengumpulan, penganalisaan, serta penafsiran informasi dari berbagai sumber dan pandangan.

Jadi, pembelajaran tidak hanya fokus pada pemberian pengetahuan teoritis, tapi juga pada proses keterlibatannya untuk menemukan materi serta menghubungkannya dengan situasi di kehidupan nyata. Terus, bagaimana cara membedakan pembelajaran kontekstual dengan model pembelajaran lainnya? Nah, kita bisa melihatnya dari karakteristik yang ia miliki. Simak di bawah ini ya.

Karakteristik 

Dalam Pembelajaran Terpadu (2020), menyebutkan ada lima karakteristik penting dalam proses pembelajaran kontekstual, yaitu:

  • Pembelajaran merupakan proses pengaktifan pengetahuan yang sudah ada, artinya pengetahuan yang akan dan sudah kita pelajari saling berkaitan satu sama lain.
  • Kegiatan belajar mengajar bertujuan untuk memperoleh dan menambah pengetahuan baru.
  • Pengetahuan yang kita peroleh bukan untuk kita hafal, tapi untuk kita pahami dan kita yakini.
  • Pengetahuan dan pengalaman yang kita dapatkan harus kita terapkan dalam kehidupan nyata.
  • Adanya refleksi terhadap strategi pengembangan pengetahuan sebagai umpan balik untuk proses perbaikan dan penyempurnaan.

7 Komponen Utama

Selain karakteristik, pembelajaran kontekstual melibatkan tujuh komponen utama yang harus kita kembangkan dalam proses penerapannya.

  1. Konstruktivisme

    Konstruktivisme merupakan landasan berpikir dalam pembelajaran kontekstual, di mana manusia membangun pengetahuan secara perlahan dan hasilnya mereka perluas melalui konteks yang terbatas. Karena itu, strategi dalam pembelajaran kontekstual lebih menekankan siswa untuk mencari sendiri pengetahuannya lewat keterlibatan aktif di kelas dan menemukan cara untuk menghubungkan konsep dengan kenyataan.

  1. Menemukan

    Proses menemukan adalah kegiatan inti dari pembelajaran kontekstual. Lewat proses ini, siswa akan mengetahui bahwa pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan lainnya bukan hanya hasil dari mengingat, tapi juga hasil dari menemukan sendiri.

  1. Bertanya

    Pada dasarnya, pengetahuan seseorang di mulai dari pertanyaan. Dalam penerapannya, kita harus memfasilitasi siswa untuk bertanya dan menggunakan pertanyaan yang kita berikan untuk mendorong peningkatan kualitas dan produktivitas pembelajaran.

    Kegiatan bertanya juga berguna untuk menggali informasi, mengecek pemahaman siswa, membangkitkan respon siswa terhadap pembelajaran, mengetahui sejauh mana keinginan siswa, memfokuskan perhatian, dan menyegarkan kembali pengetahuan yang sudah siswa miliki.

  1. Masyarakat Belajar

    Konsep masyarakat belajar artinya membiasakan siswa untuk mendapatkan pengetahuan melalui proses kerjasama dengan orang lain. Dengan berbagi pengalaman antar teman atau kelompok, siswa akan terbiasa untuk saling memberi dan menerima pendapat, gagasan, serta umpan balik.

  1. Pemodelan

    Dalam pembelajaran, perlu adanya model yang bisa para siswa tiru contohnya guru yang memodelkan langkah-langkah penggunaan neraca. Sebenarnya, model tidak hanya datang dari kita tapi bisa juga kita rancang dengan melibatkan siswa. Misalnya, minta seorang siswa untuk memodelkan sesuatu berdasarkan pengalaman yang ia ketahui.

  1. Refleksi

    Refleksi adalah cara berpikir ke belakang tentang apa yang sudah siswa lakukan, kerjakan, atau pelajari sebelumnya. Pada saat refleksi, siswa diberi kesempatan untuk mencerna, menimbang, membandingkan, menghayati, dan melakukan diskusi dengan dirinya sendiri. Dengan begitu, siswa bisa mengetahui sesuatu yang berguna bagi dirinya tentang apa yang baru mereka pelajari.

  1. Penilaian Sebenarnya

    Komponen terakhir dari pembelajaran kontekstual adalah penilaian yang berfungsi untuk mendapatkan informasi dari proses dan hasil pembelajaran. Lewat penilaian, kita bisa mengetahui kemajuan, kemunduran, dan kesulitan siswa dalam belajar, serta nantinya mempunyai kemudahan untuk melakukan perbaikan dan penyempurnaan proses belajar selanjutnya.

Setiap komponen di atas harus di kembangkan lewat pembelajaran yang lebih bermakna. Misalnya, arahkan siswa untuk menemukan sendiri pengetahuan barunya dengan mengembangkan rasa ingin tahu mereka melalui pertanyaan.

Supaya makin paham, berikut ini adalah strategi yang bisa dilakukan untuk menerapkan model pembelajaran kontekstual.

Strategi Pembelajaran Kontekstual

Secara sederhana, Hernowo dalam Rulviana dan Kadarwati (2020) menjelaskan langkah-langkah yang bisa kita lakukan untuk menerapkan pembelajaran kontekstual.

  1. Kaitkan setiap materi pelajaran dengan seorang tokoh terkenal yang berkaitan dengan mata pelajaran tersebut.
  2. Ceritakan riwayat hidup atau perjalanan tokoh dalam mencapai kesuksesan melalui ilmu yang dimilikinya.
  3. Berdasarkan pengalaman tokoh, tunjukkan ke siswa manfaat yang jelas mengenai ilmu yang sedang atau akan mereka pelajari.
  4. Upayakan agar ilmu-ilmu yang siswa pelajari bisa memotivasi mereka untuk menerapkannya di kehidupan sehari-hari, seperti tokoh yang diceritakan di awal.
  5. Berikan kebebasan pada siswa untuk menemukan cara belajarnya sendiri.
  6. Biarkan siswa mengekspresikan emosinya dengan bebas.
  7. Bimbing siswa untuk menggunakan emosi yang ada di setiap pembelajaran agar lebih bermakna.

Contoh Penerapan Pembelajaran Kontekstual

Berikut ini adalah contoh penerapan pembelajaran kontekstual dalam kelas yang mengutamakan pengalaman dan konteks nyata dalam kehidupan sehari-hari.

Gunakan media koran sebagai sumber belajar. Mintalah siswa kita untuk membuat kliping gambar yang menunjukkan kondisi banjir di beberapa daerah. Secara berkelompok, ajak siswa untuk melakukan pengamatan yang bertujuan menjawab pertanyaan, “kenapa di lingkungan tersebut sering terjadi banjir?”. Di tahap ini, siswa berusaha untuk menemukan penyebab masalah, mengklasifikasikannya, dan mencari solusi dari permasalahan tersebut. Setelah semua data terkumpul, secara bergantian siswa akan mempresentasikan hasil pekerjaannya. Dalam sesi ini, kelompok atau siswa lain boleh memberikan pertanyaan atau tanggapan terkait hasil pengamatan yang temannya lakukan.

Dari contoh kegiatan di atas, siswa bisa mengenali penyebab-penyebab banjir yang mereka temui di berita koran serta merancang pemecahan masalahnya. Karena proses penemuan ilmu baru dilakukan secara mandiri, siswa akan lebih mudah memahami dan menerapkannya di kehidupan nyata. Setelah mengetahui lebih dalam tentang pembelajaran kontekstual, apakah Bapak dan Ibu Guru tertarik untuk menerapkannya di kelas?

Media Pembelajaran, Kunci Sukses Belajar Siswa

E-Belajar.id – Media pembelajaran merupakan salah satu sarana penyalur pesan dan informasi belajar. Media pembelajaran dengan perancangan yang baik, sangat membantu peserta didik dalam mencerna dan memahami materi pelajaran. Perkembangan teknologi informasi di era globalisasi dan informasi saat ini, memacu perkembangan media pembelajaran semakin maju pula. Penggunaan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) sebagai media pembelajaran sudah merupakan suatu tuntutan. Walaupun perancangan media berbasis TIK memerlukan keahlian khusus, bukan berarti media tersebut kita hindari dan kita tinggalkan.

Media pembelajaran berbasis TIK dapat berupa internet, intranet, mobile phone,dan CD Room/Flash Disk. Kemajuan Teknologi Informasi telah mendorong terjadinya banyak perubahan, termasuk dalam bidang pendidikan yang melahirkan konsep e-learning. Dengan e-learning ini pelaksanaan pembelajaran menjadi lebih efektif dan efisien. E-learning memungkinkan peserta didik untuk aktif dan kreatif.

E-learning memberikan para peserta didik,pendidik, dan pengelola pendidikan dapat mengambil banyak manfaat, di antaranya fleksibilitas program dan bahan pembelajaran dapat menjadi lebih menarik dan berkesan. Integrasi teknologi informasi pada pendidikan akan meningkatkan kualitas pembelajaran.

Belajar merupakan suatu proses yang kompleks yang terjadi pada diri setiap orang sepanjang hidupnya. Proses belajar itu terjadi karena adanya interaksi antara seseorang dengan lingkungannya. Oleh karena itu belajar dapat terjadi kapan saja dan di mana saja.

Secara umum media memiliki arti yaitu alat komunikasi yang membawa pesan dari sumber ke penerima. Pengertian ini lebih mengarah pada pengertian media yang lebih khusus. Pengartian secara lebih luas bahwa media adalah alat yang bermuatan pesan, yang memungkinkan orang atau siswa dapat berorientasi dengan pesan tersebut secara langsung.

Pembelajaran menjadi lebih menarik dan interaktif Penggunaan media pembelajaran berupa foto ataupun video, dapat menarik perhatian siswa. Guru dapat menciptakan berbagai kegiatan yang variatif dan mengaktifkan siswa melalui foto ataupun gambar obyek yang mereka bahas.

Proses pembelajaran dapat dilakukan di mana dan kapan saja Program audio, video, komputer (offline dan online) adalah media pembelajaran yang dapat digunakan di mana saja dan kapan sajasesuai dengan kondisi dan situasi guru maupun siswa.

Menimbulkan sikap positif siswa terhadap proses pembelajaran. Rancangan penggunaan media yang sesuai dengan kebutuhan belajar siswa dapat menimbulkan sikap positif siswa terhadap proses belajar mengajar. Salah satu E-learning yang banyak sekolah sudah menggunakannya adalah E-Belajar.id

E-Belajar.id sebagai Penyedia E-learning Profesional Saat Ini.

E-belajar.id adalah Platform Digital untuk administrasi pelaksanaan Sekolah meliputi Kegiatan Belajar Mengajar, Absensi, Raport, Evaluasi, Rekap Penilaian, Penerimaan Peserta Didik Baru, hingga Pembayaran secara digital. Sehingga dapat menunjang sekolah menuju sekolah yang profesional, efektif dan akuntabel. E-belajar saat ini sudah lengkap yang berdasar kepada 8 Standar Nasional Pendidikan, yang terbaru fitur Video Conference atau tatap muka secara visual sudah bisa digunakan dalam e-belajar.id ini.

Pembelajaran Tatap Muka Terbatas, Perhatikan Aturannya

E-Belajar.id – Pemerintah melalui Surat Keputusan Bersama (SKB) 4 menteri terbaru memberlakukan panduan penyelenggaraan Pembelajaran Tatap Muka (PTM) terbatas yang berlaku mulai Januari 2022. Sekolah tatap muka tahun 2022 atau pembelajaran tatap muka terbatas (PTM) dilakukan berdasarkan vaksinasi guru, tenaga kependidikan, serta warga masyarakat lanjut usia (lansia) dan level PPKM di daerah masing-masing sekolah.

Melalui siaran pers pada Kamis (23/12/2021) disebutkan berbagai riset menunjukkan bahwa pandemi menimbulkan kehilangan pembelajaran (learning loss) yang signifikan. Anak-anak berhak bersekolah sebagaimana mestinya. Pemulihan pembelajaran sudah sangat mendesak untuk dilakukan selagi masih dapat dikejar. Oleh karena itu pemerintah berusaha memberlakukan pembelajaran tatap muka. Namun tentu ada beberapa syarat bagi sekolah yang hendak melaksanakan PTM.

Adapun syarat pada PTM terbatas dari Kemendikbud, berikut ini sejumlah syarat untuk menjalankan PTM terbatas:

Pertama, warga satuan pendidikan tidak terkonfirmasi Covid-19 maupun tidak menjadi kontak erat Covid-19.

Kedua, warga satuan pendidikan sehat dan jika mengidap penyakit penyerta (komorbid) harus dalam kondisi terkontrol.

Ketiga, warga satuan pendidikan tidak mempunyai gejala Covid-19 termasuk orang serumah dengan warga satuan pendidikan.

Aturan sekolah tatap muka pada tiap level:

Level 1 dan 2:

1. Sekolah Setiap Hari

– Berlaku jika minimal 80% pendidik/tenaga kependidikan dan 50% warga masyarakat lansia di kabupaten/kota sudah mendapat vaksin dosis 2

– Siswa melakukan sekolah tatap muka setiap hari

– Jumlah peserta didik 100% dari kapasitas ruang kelas

– Durasi belajar paling banyak 6 jam pelajaran per hari

2. Sekolah Setiap Hari Bergantian I

– Berlaku jika 50-80% pendidik/tenaga kependidikan dan 40-50% warga masyarakat lansia di kabupaten/kota sudah mendapat vaksin dosis 2

– Siswa melakukan sekolah tatap muka bergantian setiap hari

– Jumlah peserta didik 50% dari kapasitas ruang kelas

– Durasi belajar paling banyak 6 jam pelajaran per hari

3. Sekolah Setiap Hari Bergantian II

– Berlaku jika vaksinasi dosis 2 pada pendidik/tenaga kependidikan kurang dari 50% dan pada warga masyarakat lansia kurang dari 40%

– Siswa melakukan sekolah tatap muka bergantian setiap hari

– Jumlah peserta didik 50% dari kapasitas ruang kelas

– Durasi belajar paling banyak 4 jam pelajaran per hari

Level 3

1. Sekolah Setiap Hari Bergantian I

– Berlaku jika minimal 40% pendidik/tenaga kependidikan dan minimal 10% warga masyarakat lansia tingkat kabupaten/kota sudah melnfapat vaksin dosis 2

– Siswa melakukan sekolah tatap muka bergantian setiap hari

– Jumlah peserta didik 50 % dari kapasitas ruang kelas

– Durasi belajar paling banyak 4 jam pelajaran per hari

2. PJJ

– Sekolah melaksanakan pembelajaran jarak jauh (PJJ) jika vaksinasi dosis 2 pada pendidik/tenaga kependidikan di sekolah kurang dari 40% dan pada warga masyarakat lansia kurang dari 10%.

Sedangkan di Level 4 harus melaksanakan PJJ. PTM Terbatas di Daerah PPKM Level 4 tidak diadakan dan diganti pembelajaran jarak jauh (PJJ).

Jadi itulah aturan yang sudah berlaku bagi sekolah yang hendak melaksanakan pembelajaran tatap muka. yang mana ini berdasarkan SKB dari 4 menteri yang sudah tertera di awal artikel.

Peran Teknologi, Pendidikan Lebih Mudah dan Efisien.

E-Belajar.id – Kita semua tentu sudah tahu apa peran teknologi dalam bidang pendidikan, bukan? Teknologi pada akhirnya memegang peran yang penting dalam pendidikan, untuk membuat pendidikan semakin berkembang, bahkan lebih maju. Pun tidak lupa membuat proses dalam pendidikan itu menjadi lebih mudah dan efisien. Apalagi pada saat proses pembelajaran jarak jauh karena pandemi. Penggunaan teknologi sangat membantu para guru dan murid dalam proses pembelajaran.

Pertanyaannya, bagaimana cara menerapkan teknologi kepada sistem pendidikan walaupun pandemi berakhir? Ada banyak cara untuk menerapkan teknologi. Mulai dari segi siswa hingga sistem yang berlaku di sekolah. Nah berikut contoh penerapan teknologi pada bidang pendidikan :

  1. Pembelajaran Jarak Jauh

Dengan adanya teknologi komunikasi berbasis video, guru atau pengajar pun semakin mudah untuk memberikan materi meski sedang berhalangan hadir. Guru atau pengajar dapat merekam saat menjelaskan materi pembelajaran atau membuat video tentang materi pembelajaran.

Atau guru dan murid dapat melakukan komunikasi jarak jauh dengan memanfaatkan platform komunikasi berbasis video seperti Skype dan Google meet. Atau bisa saja menggunakan fitur tayangan langsung oleh Facebook dan Instagram. Jika tidak ingin dilihat oleh semua pengikut, guru maupun pengajar dapat membuat daftar teman terdekat yang berisi akun siswa.

  1. Penggunaan teknologi untuk berbagi materi

Dulu, kita harus menduplikat materi yang pemberian guru atau pengajar dengan cara fotokopi atau menyalinnya secara manual. Time consuming? Sudah pasti. Ditambah kita harus membawa begitu banyak kertas yang membuat berat bawaan.

Sekarang? Tidak perlu lagi terburu-buru fotokopi materi, kita dapat dengan mudah menyalin file softcopy materi. Bisa juga mengirimkannya dengan aplikasi berkirim file seperti share it, atau guru dan pengajar cukup mengunggahnya pada cloud sehingga siswa dapat mengakses dan mengunduhnya kapan pun dan dimana pun.

  1. E-Raport

E-Raport merupakan laporan pencapaian siswa yang diterbitkan secara online. Dengan adanya E-Raport, sekolah tidak perlu lagi menulis pencapaian siswa secara manual di buku rapot. Guru hanya perlu mengisi data laporan pada E-Raport, kemudian mengirimkannya ke email wali murid atau siswa. Beberapa sekolah masih mencetak rapot agara tetap bisa bertemu dengan wali murid dan membicarakan pencapaian siswa selama satu semester.

  1. PPDB Online

PPDB atau Penerimaan Peserta Didik Baru biasanya secara langsung, atau dengan kata lain, calon siswa harus datang untuk mendaftarkan dirinya pada sekolah atau universitas yang mereka minati. Tapi bayangkan jika calon siswa tersebut berada di kota yang jauh? Tentu akan sangat tidak efektif, bukan?

Nah, dengan adanya PPDB Online, calon siswa yang jauh sekalipun, masih dapat mendaftar melalui website. Calon siswa hanya perlu datang untuk melakukan ujian penerimaan, misalnya, dan pengurusan administrasi jika mereka lolos. Meringkas waktu dan kesempatan belajar menjadi lebih besar.

  1. Sistem Absensi

Terobosan teknologi berupa absensi sidik jari ini sebenarnya akan semakin memudahkan sekolah atau universitas untuk mencatat kedatangan siswa, pengajar maupun staff. Dengan begitu sekolah dapat memantau kedisiplinan siswa, pengajar maupun staff. Sistem Absensi ini juga bisa diintegrasikan dengan SMS Gateway. Sehingga siswa, pengajar maupun staff yang sudah bebrapa kali tidak masuk akan mendapat peringatan melalui SMS.

  1. Sistem Keuangan

Kamu yang bekerja menjadi staff keuangan tidak perlu lagi bingung karena salah hitung atau karena terlalu banyak slip yang harus di rekap secara manual. Dengan adanya komputer, staff dapat merkap sekaligus menghitung dengan mudah. Kamu bisa menggunakan software berbasis angka sehingga dengan menggunakan rumus tertentu, kamu tidak perlu lagi menghitungnya!

Tapi jika sekolah tempatmu bekerja telah memasang sistem informasi, berbahagialah kamu karena pekerjaanmu jelas akan menjadi lebih mudah. Melakukan verifikasi keuangan secara langsung tanpa menunggu. Selain itu, keuangan siswa juga dapat muncul pada laman pribadi siswa, sehingga siswa dapat memantaunya dengan mudah.

  1. Perpustakaan

Perpustakaan yang sudah memiliki E-Library akan memudahkan pengunjung untuk mencari letak buku yang kalian inginkan. Pustakawan hanya perlu menginputkan nomor rak dan merapikan buku-buku sesuai rak. Selain itu, pustakawan juga dapat melacak buku-buku yang dipinjam oleh pengunjung dengan mudah.

E-Belajar Hadir Sebagai Solusi Peran Teknologi Sekolah 4.0

Semua poin-poin di atas sudah tersedia di E-Belajar.id sebagai bukti pemanfaatan peran teknologi di bidang pendidikan. E-belajar.id adalah Platform Digital untuk administrasi pelaksanaan Sekolah meliputi Kegiatan Belajar Mengajar, Absensi, Raport, Evaluasi, Rekap Penilaian, Penerimaan Peserta Didik Baru, hingga Pembayaran secara digital. Sehingga dapat menunjang sekolah menuju sekolah yang profesional, efektif dan akuntabel. E-belajar saat ini sudah lengkap yang berdasar kepada 8 Standar Nasional Pendidikan, yang terbaru fitur Video Conference atau tatap muka secara visual sudah bisa digunakan dalam e-belajar.id ini.

Omicron Meningkat, Pembelajaran Tatap Muka Tetap Berjalan?

E-Belajar.id – Setelah muncul kasus covid varian Delta beberapa bulan kemarin, muncul kembali varian baru yang bernama Omicron. Oleh karena itu, varian ini menimbulkan kekhawaatiran akan dampaknya terhadap ekonomi atau proses pendidikan di kalangan masyarakat. Belum lama ini pembelajaran tatap muka sudah berjalan di  berbagai daerah. Apakah proses pembelajaran tatap muka akan tetap berlangsung?

Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi RI Luhut Binsar Pandjaitan menegaskan, Pemerintah akan tetap melanjutkan sekolah tatap muka kendati kasus Omicron terus meningkat. Data per 24 Januari 2022, ada 1.626 kasus Omicron di Indonesia.

“Pembelajaran sampai saat ini tetap berlangsung. Kalau ada hal-hal yang luar biasa akan ada keputusan tersendiri,” tegas Luhut saat memberikan keterangan pers Evaluasi PPKM, Senin (24/1/2022).

Menurut Luhut, belum terlihat tanda-tanda kenaikan kasus Omicron yang eksponensial. Hal itu terlihat dari posisi Bed Occupancy Ratio (BOR) di Jawa-Bali yang jauh lebih dari pada awal kenaikan varian Delta. Kondisi tersebut, sambungnya, memberikan ruang yang lebar sebelum mencapai batas mengkhawatirkan. Adapun batas BOR yang merupakan angka persentase penggunaan tempat tidur (TT) di unit rawat inap (bangsal) adalah sebesar 60 persen.

Selain itu, jumlah kasus konfirmasi dan aktif harian masih lebih rendah lebih dari 90 persen jika dibandingkan dengan kasus puncak covid-19 varian Delta. Demikian pula kasus kematian harian di seluruh Jawa-Bali selama 14 hari terakhir yang juga masih pada tingkat yang cukup rendah.

Pembelajaran Tatap Muka Akan Tetap Berlangsung

Dengan informasi tersebut para pihak penyelenggara pendidikan salah satunya sekolah bisa tetap melakukan pembelajaaran tatap muka. Tetapi tentu penyelenggaraannya dengan memberlakukan prokes yang ketat. Dan melakukan segala upaya untuk menghindari varian omicron ini agar proses pembelajaran tatap muka tetap berjalan dengan lancar dan aman.

Walaupun begitu, Satuan pendidikan harus menggunakan teknologi untuk pemantauan dan evaluasi PTM terbatas yang terintegrasi data pokok pendidikan (DAPODIK) dan EMIS (sistem data informasi pendidikan dari Kementerian Agama) dengan PeduliLindungi. Pemantauan tingkat kepatuhan protokol kesehatan Covid-19 di satuan pendidikan juga harus terintegrasi dengan aplikasi Bersatu Lawan Covid kan. Selain itu, satuan pendidikan juga harus melakukan verifikasi nomor WhatsApp penanggung jawab satuan pendidikan pada laman https://sekolahaman.kemkes.go.id/ atau https://madrasahaman.kemkes.go.id/  dan memasang QR Code aplikasi PeduliLindungi di area masuk dan keluar satuan pendidikan.

E-Belajar Sebagai Solusi Saat Omicron Melanda

Satuan pendidikan bisa menggunakan suatu platform digital yang bernama E-Belajar.id. E-belajar.id adalah Platform Digital untuk administrasi pelaksanaan Sekolah meliputi Kegiatan Belajar Mengajar, Absensi, Raport, Evaluasi, Rekap Penilaian, Penerimaan Peserta Didik Baru, hingga Pembayaran secara digital. Sehingga dapat menunjang sekolah menuju sekolah yang profesional, efektif dan akuntabel. E-belajar saat ini sudah lengkap yang berdasar kepada 8 Standar Nasional Pendidikan, yang terbaru fitur Video Conference atau tatap muka secara visual sudah bisa digunakan dalam e-belajar.id ini.

Metode Pembelajaran Tatap Muka, Flipped Classroom solusinya.

E-Belajar.id – Saat ini sudah muncul kerinduan siswa untuk kembali belajar bertatap muka. Hasil survei terhadap lebih dari lima ribu siswa, mayoritas siswa menyatakan ingin pembelajaran kembali tatap muka (Kusnandar 2021). Dengan begitu maka kebijakan untuk kembali membuka sekolah tatap muka sangat bijaksana. Akan tetapi tentu saja tidak dapat kembali ke awal sebagaimana kelas tradisional. Pembatasan jumlah siswa dan jadwal masuk kelas secara bergilir merupakan keniscayaan bagi guru untuk memberikan metode pembelajaran secara blended, yaitu memadukan antara kegiatan belajar di rumah dengan kegiatan belajar tatap muka di sekolah.

Di antara pendekatan blended, ada satu metode pembelajaran yang saat ini banyak peminat dan penerapannya oleh para guru di sekolah, yaitu model flipped classroom. Secara bahasa flipped classroom berarti kelas yang dibalik, yaitu suatu model yang membalik kebiasaan dalam pembelajaran tradisional.

Metode flipped classroom sebagai solusi pembelajaran tatap muka terbatas

Konsep flipped classroom  yakni aktivitas yang biasanya pelaksanaanya di rumah, sekarang melakukannya di sekolah, dan aktivitas yang biasanya pelaksanaannya di sekolah, sekarang siswa melaksanakannya di rumah (Muthmainah, 2018). Kalau dalam kelas tradisional biasanya siswa mendapat pengetahuan dasar teoritis di kelas, kemudian pemberian tugas untuk praktek di rumah, maka pada flipped classroom, pengetahuan dasar dan teoritis siswa mempelajari sendiri di rumah, kemudian implementasi atau praktek pada kegiatan tatap muka di kelas.

Arida dkk (2019) mengembangkan model flipped classroom dengan memanfaatkan media video sebagai bahan belajar di rumah sebelum siswa (mahasiswa) masuk kelas. Dengan menyimak tayangan video tersebut siswa (mahasiswa) dapat memahami materi pada saat berdiskusi atau mempelajari lebih lanjut di kelas, sehingga proses pembelajaran di dalam kelas menjadi lebih efisien.

Kegiatan belajar sebelum masuk kelas dengan menonton video tersebut berfokus pada kompetensi berpikir tingkat rendah (LOT), seperti memahami (understanding) dan mengingat (remembering). Sedangkan untuk kegiatan belajar yang menuntut kemampuan berpikir tingkat tinggi (HOT) penerapannya di kelas, seperti dengan berdiskusi menganalisis, menyimpulkan, ataupun mempresentasikan.

Kesempatan tatap muka dapat juga berguna untuk kegiatan yang bersifat praktik atau expose unjuk kerja sebagaimana Ali Basyah (2018) yang mengembangkan bahan belajar multimedia untuk pembelajaran dengan model flipped classroom terkait materi technopreneurship.

Pengembangan pembelajaran tersebut menunjukkan hasil positif terutama setelah siswa berhasil membuat perencanaan usaha dan mendapat apresiasi dari hasil expose program dan produk yang ramah pasar di Business Center Multimedia.  Dengan melihat beberapa pengalaman tersebut, tidak ada salahnya kalau para guru menerapkan model ini untuk pembelajaran kelas bergilir pasca pandemi.

Tiga tahapan inti dalam metode pembelajaran flipped classroom

Flipped Classroom

Pola dasar kegiatan belajar flipped classroom ada dua bagian, yaitu; 1. Kegiatan belajar di rumah sebelum masuk kelas, dan 2) Kegiatan belajar di kelas. Pola dasar tersebut dapat berkembang sesuai kebutuhan (kondisi) sekolah masing-masing. Di antaranya ada yang mengembangkan menjadi tiga tahap dan empat tahap.

Pada situs pembelajaran inovatif kemdikbud, flipped classroom ada tiga tahapan, yaitu; 1) Kegiatan siswa belajar mandiri di rumah, 2). Kegiatan siswa belajar tatap muka di sekolah, 3). Evaluasi dan tindak lanjut. Ketiga tahapan ini dapat menjadi sintaks atau alur pembelajaran dari model ini.

1. Kegiatan di rumah sebelum masuk kelas

Agar pembelajaran terarah dan siswa tidak bingung, guru perlu memberikan tugas yang jelas bagi siswa di rumah. Oleh karena itu, hal pertama yang harus guru lakukan adalah memberikan tugas. Dalam model flipped classroom, tugas hendaklah yang sederhana dan tidak terlalu rumit, sehingga terasa mudah bagi siswa. Misalnya menonton tayangan video pembelajaran, mendengarkan audio, membaca teks, atau multimedia interaktif, dll.

Pemberian tugas sebaiknya tidak terlalu banyak, misal hanya satu judul video saja dengan durasi kurang lebih 15 menit. Judul bahan belajar dan dimana dapat diperoleh harus diberitahukan kepada siswa, agar siswa fokus pada materi yang akan mereka pelajari. Akan lebih baik lagi kalau bahan belajar tersebut merupakan media pembelajaran yang sudah siap atau telah guru buat.

Namun, apabila guru belum memiliki bahan belajar sendiri, guru dapat mencari dan mendownload pada portal Rumah Belajar dengan alamat url: belajar.kemdikbud.go.id, tve.kemdikbud.go.id, ataupun suara-edukasi.kemdikbud.go.id. Di samping itu terdapat juga m-edukasi. kemdikbud.go.id, dan radioedukasi.kemdikbud.go.id, dll. Situs pembelajaran tersebut banyak menyediakan sumber belajar digital yang sesuai dengan kurikulum sekolah.

Selanjutnya, sebagai bukti telah melaksanakan tugas, sebaiknya arahkan siswa untuk menulis rangkuman atau poin-poin penting dari apa yang telah mereka pelajari pada selembar kertas. Atau dapat juga pinta mereka untuk membuat gambar skema dll, tergantung pada materi yang telah mereka pelajari.

2. Kegiatan belajar di kelas

Dalam pertemuan tatap muka di kelas, banyak pilihan metode yang dapat guru lakukan, antara lain; presentasi, diskusi kelompok, galeri, praktikum, dll. Misal guru memilih diskusi kelompok. Bentuk tempat duduk siswa dalam formasi diskusi kelompok dengan tetap menjaga jarak. Guru dapat mempersilahkan siswa untuk menceritakan tentang apa yang telah mereka pelajari di rumah secara bergantian. Berikanlah keleluasaan siswa untuk bercerita dan berikan kesempatan siswa lain untuk menanggapi, sehingga terjadi diskusi.

Apabila siswa ada kesulitan, guru dapat membantu memberikan penjelasan. Selain diskusi, bisa juga dengan metode galeri. Dalam metode ini, siswa akan memasang display atau galeri hasil belajarnya di rumah, baik dalam bentuk gambar, teks, ataupun hasil karya. Tergantung kepada materi pelajaran. Hasil karya siswa tersebut bisa dipajang di meja masing-masing atau ditempel di dinding.

Secara bergantian, siswa lainnya dapat mengunjungi galeri. Pengunjung mempunyai kesempatan untuk memberikan komentar atau sekedar memberikan tanda bintang atau gambar jempol. Banyak contoh metode lainnya yang dapat guru kembangkan. Intinya, kegiatan belajar tatap muka sebaiknya bervariasi, membuat siswa aktif dan mendapatkan pengalaman belajar yang bermakna, serta tetap jaga protokol kesehatan. Dalam hal ini guru harus dapat menahan diri untuk tidak memanfaatkan waktu tatap muka untuk mengajar dengan memberikan ceramah sepanjang waktu.

3. Kegiatan tindak lanjut

Pada tahap ini, guru dapat memberikan apresiasi, saran, motivasi dll bagi siswa agar tetap semangat belajar.  Guru juga dapat mengaitkan pembelajaran yang telah mereka pelajari hari ini dengan kehidupan nyata saat ini atau masa yang akan datang. Sehingga siswa mengerti makna penting dari pengalaman belajar yang telah dilaluinya. Kesempatan tatap muka dapat juga digunakan untuk memberikan tugas pada putaran flipped classroom selanjutnya.

Pembelajaran Tatap Muka, Dipantau Gunakan Teknologi Digital

E.Belajar.id – Penyesuaian SKB Empat Menteri mengenai penyelenggaraan pembelajaran di masa pandemi Covid-19 yang terbit pada 21 Desember 2021. Mengatur tentang pemantauan pembelajaran tatap muka (PTM) dan perkembangan situasi pandemi Covid-19 di lingkungan satuan pendidikan. Sekretaris Jenderal Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Ristek, dan Teknologi (Sekjen Kemendikbudristek), Suharti. Beliau mengatakan pemerintah mendorong satuan pendidikan untuk menggunakan teknologi digital agar bisa memantau perkembangan pandemi di masing-masing satuan pendidikan.

“Salah satu contohnya adalah penggunaan QR code di masing-masing sekolah untuk memantau adanya penyebaran virus di sekolah. Dengan menggunakan teknologi digital, akan mempercepat kita menindaklanjuti jika mendapati kasus Covid-19,” kata Suharti. Dalam Webinar Kesiapan Pelaksanaan Pembelajaran Tatap Muka (PTM) Tahun 2022, Senin, (3/1/2022).

Satuan pendidikan harus menggunakan teknologi untuk pemantauan dan evaluasi PTM terbatas yang terintegrasi data pokok pendidikan (DAPODIK) dan EMIS (sistem data informasi pendidikan dari Kementerian Agama) dengan PeduliLindungi. Pemantauan tingkat kepatuhan protokol kesehatan Covid-19 di satuan pendidikan juga harus terintegrasi dengan aplikasi Bersatu Lawan Covid kan. Selain itu, satuan pendidikan juga harus melakukan verifikasi nomor WhatsApp penanggung jawab satuan pendidikan pada laman https://sekolahaman.kemkes.go.id/ atau https://madrasahaman.kemkes.go.id/  dan memasang QR Code aplikasi PeduliLindungi di area masuk dan keluar satuan pendidikan.

Salah satu sekolah yang sudah menerapkan pembelajaran tatap muka terbatas, dengan memperhatikan prokes yang ketat.

Beberapa Menteri Ikut Berperan dalam Pemantauan Pembelajaran Tatap Muka.

Berdasarkan Surat Keputusan Bersama Menteri Kesehatan, Menteri Dalam Negeri, Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi, dan Menteri Agama yang ditetapkan pada 21 Desember 2021 tentang Panduan Penyelenggaraan Pembelajaran di Masa Pandemi Covid-19. Penggunaan teknologi untuk pemantauan dan evaluasi PTM terbatas menggunakan dengan tiga upaya. Pertama, integrasi DAPODIK/EMIS dengan PeduliLindungi. Kedua, integrasi dengan aplikasi Bersatu Lawan Covid untuk pemantauan tingkat kepatuhan protokol kesehatan Covid-19 di satuan pendidikan. Ketiga, evaluasi dan validasi PTM terbatas berdasarkan data daftar periksa, vaksin, kasus Covid-19, dan kepatuhan prokes.

Integrasi DAPODIK/EMIS dengan PeduliLindungi dilakukan dengan tiga bentuk, yaitu (1) notifikasi status kondisi sekolah melalui WhatsApp kepada penanggung jawab sekolah dan daerah (dinas pendidikan/ kantor wilayah/kantor Kemenag), (2) melihat status kondisi sekolah pada laman https://sekolahaman.kemkes.go.id/  dan https://madrasahaman.kemkes.go.id/  , dan (3) penggunaan QR Code PeduliLindungi untuk pengunjung dan tamu.

Sementara itu dalam webinar yang sama, Direktur Jenderal PAUD, Pendidikan Dasar, dan Pendidikan Menengah, Jumeri, mengatakan, lima hal yang dipantau dalam pemantauan dan evaluasi PTM terbatas yaitu kesiapan PTM terbatas sesuai daftar periksa dari laporan sekolah; kasus suspek (gejala Covid-19) dan komorbid dari laporan sekolah dan Satgas Penanganan Covid-19 (PC19); tingkat kepatuhan institusi dan warga satuan pendidikan terhadap protokol kesehatan dari laporan sekolah dan satgas PC19; status vaksin warga satuan pendidikan yang terintegrasi dengan PeduliLindungi; dan kasus konfirmasi dan kontak erat Covid-19 yang terintegrasi dengan PeduliLindungi.

“Satuan pendidikan juga harus melakukan evaluasi dan validasi PTM berdasarkan data daftar periksa, vaksin, kasus Covid 19, dan kepatuhan prokes. Dan yang terakhir surveilans epidemiologi bagi satuan pendidikan yang sudah melaksanakan PTM terbatas,” ujar Jumeri. Surveilans Epidemiologi adalah kegiatan pengamatan secara sistematis dan terus menerus terhadap penyakit atau masalah-masalah kesehatan serta kondisi yang mempengaruhi risiko terjadinya penyakit atau masalah-masalah kesehatan tersebut agar dapat melakukan tindakan penanggulangan secara efektif dan efisien.

Setelah Pandemi Berakhir, Pembelajaran Jarak Jauh Permanen?

E.Belajar.id – Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim mengungkapkan, kita bisa menerapkan pembelajaran jarak jauh secara permanen setelah pandemi Covid-19 selesai. Berdasarkan penilaian Kemendikbud, kegiatan belajar-mengakar dengan memanfaatkan teknologi akan menjadi hal yang mendasar. Ia menyebutkan, pemanfaatan teknologi memberi kesempatan kepada sekolah melakukan berbagai modeling kegiatan belajar. “Pembelajaran jarak jauh, ini akan menjadi permanen. Bukan pembelajaran jarak jauh pure saja, tapi hybrid model. Adaptasi teknologi itu pasti tidak akan kembali lagi,” kata Nadiem dalam rapat kerja bersama Komisi X DPR, Kamis (3/7/2020).

Mungkinkah penerapannya akan secara permanen?

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Nadiem Makarim(Dok. Kemendikbud)

Sebagai Bagian dari Proses Pembelajaran

Pengamat pendidikan Doni Koesoema menilai, maksud pernyataan Nadiem adalah pembelajaran jarak jauh sebagai bagian dari proses pembelajaran. “Baik yang sifatnya penuh, maupun hybrid, model daring dan luring. Kalau untuk yang pembelajaran jarak jauh penuh, saya rasa belum siap,” kata Doni, Jumat (3/7/2020).

Jika penerapan model pembelajaran jarak jauh tersebut permanen , lanjut Doni, hanya ada sebagian satuan pendidikan yang khusus untuk hal itu. Menurut Doni, untuk model pembelajaran jarak jauh dan tatap muka atau blended learning, masih memungkinkan untuk menerapkannya. “Kalau untuk pembelajaran jarak jauh permanen, saya rasa harus ada penelitiannya dulu. Karena saat ini pembelajaran jarak jauh masih mempersyaratkan pertemuan tatap muka dengan tutor, terutama di sekolah terbuka.

Namun ini bukan kondisi ideal,” ujar Doni. Ia mengatakan, perlu kajian akademis yang berbasis riset untuk melihat tujuan dan sasarannya sebelum penerapan pembelajaran jarak jauh. Sekolah dan guru, lanjut Doni, harus ada pemberdayaan dalam mengembangkan manajemen halaman pembelajaran di sekolah mereka masing-masing. “Bukan dengan langganan platform daring berbayar,” kata Doni. Alasannya, orientasi pembelajaran yang dikembangkan UNESCO mengarah pada kemandirian guru dan sekolah dalam memanfaatkan teknologi. Oleh sebab itu, guru harus mendesain sendiri pembelajarannya. “Kalau masing-masing sekolah memiliki platform yang mereka kembangkan, platform ini bisa dishare ke sekolah lain sehingga alternatif pembelajaran semakin banyak,” kata Doni.

Guru Siap Melanjutkan Pembelajaran Jarak Jauh Setelah Pandemi Berakhir

Para guru pun menyatakan kesiapannya jika ada peremintaan melanjutkan pembelajaran daring. Guru mata pelajaran biologi SMA 1 Tambun Selatan, Bekasi Dian Rosalina, misalnya. “Kami percaya kami mampu, kami mungkin tidak bagus 100 persen, enggak sempurna, tapi kami mau belajar, mau berusaha,” ungkap Dian saat ditemui di sekolahnya, Minggu, 15 November 2020.

Dia mengatakan, apa pun metode pembelajarannya, fokusnya hanya satu, yakni bagaimana pembelajaran tetap berorientasi pada murid. “Yang penting hak anak terpenuhi. Apapun kami lakukan dan kami siap,” terangnya. Dengan PJJ yang telah mereka jalankan selama pandemi ini dapat membuktikan kesiapan mereka. Seiring perjalanan waktu PJJ di sekolahnya berjalan lancar dan efektif. Kendala mulai dari gawai hingga kuota dapat terpecahkan.

Hal senada juga diungkapkan guru mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (Pkn) SMA 77 Jakarta Pusat, Fajar Selawati. “Guru mesti terus juga belajar. Saya percaya SMA 77 bisa melakukan digitalisasi pembelajaran,” ungkap Sela, sapaannya.

Fajar Selawati, guru PPKn SMAN 77 Jakarta saat mengajar secara daring

Menurutnya, saat ini para guru dan murid mulai terbiasa dengan metode belajar daring. Dengan begitu, tak ada masalah jika PJJ akan menjadi model baru pendidikan di Indonesia. “Tapi perlu diingat tidak ada yang bisa menggantikan tatap muka. Namun kalau harus daring dan luring ya harus siap. Memang itu tantangan berat, tapi kalau itu diterapkan kita semua harus mau belajar,” tutur Sela.

Teknologi dalam Pendidikan, Memberi Dampak Negatif?

E-Belajar.id – Saat ini kita sudah memasuki era yang namanya era revolusi industri 4.0. Pada era ini ditandai dengan pesatnya perkembangan teknologi informasi diberbagai bidang, termasuk salah satunya dibidang Pendidikan. Oleh karena itu kita dengan sangat mudahnya mengakses berbagai ilmu pengetahuan dan menyebarluaskannya. Bahkan dengan bantuan teknologi ini pendidik maupun  peserta didik dapat menerapkan pembelajaran tanpa melaksanakan tatap muka secara langsung. Dengan kata lain memanfaatkan berbagai aplikasi pembelajaran virtual secara online.

ilustrasi seorang siswa yang sedang mengikuti pembelajaran online dengan pemanfaatan teknologi komputer dan internet.

Dampak positif dan negatif teknologi dalam pembelajaran.

Tentu dengan berkembangnya teknologi informasi ini memberikan berbagai dampak positif dan negatif. Dampak positif yang muncul dari teknologi dalam dunia pendidikan adalah pendidik maupun siswa dapat mencari informasi dengan mudah melalui internet. Dan juga banyaknya aplikasi media sosial yang juga membantu dalam mencari materi atau informasi pembelajaran dan mudah dalam pengoprasiannya.

Berbarengan dengan dampak positif tersebut, dampak negatifpun muncul dari penggunaan teknologi ini karena kurang mampunya kita dalam memanfaatkan teknologi. Contohnya timbul masalah kesehatan mata karena terlalu sering mendapat paparan radiasi dari layar gadjet karena terlalu lama menatapnya. Banyak siswa yang mendahulukan membuka aplikasi game online daripada mengakses materi pembelajaran. Bahkan tindakan tidak baik seperti mengakses situs-situs porno atau judi online. Oleh karena itu, hal ini sangat memerlukan peran orang tua dalam mengontrol penggunaan teknologi bagi pendidikan anak-anak mereka.

Teknologi dalam Pendidikan

Pemanfaatan teknologi dalam pendidikan ini sangat-sangat memerlukan hadirnya peran orang tua dalam mengawasi dan mengontrol kegiatan pembelajaran dengan pemanfaatan teknologi ini. Orang tua harus bisa membagi waktu bagi anaknya dalam menggunakan teknologi ini, sehingga sesekali anak-anak bisa meluangkan waktunya untuk bermain dan bercengkrama dengan teman-temanya, hal ini  agar mereka tidak menjadi sosok yang introvert atau susah bersosialisasi dengan lingkungan sekitarnya. Sama halnya dengan orang tua, Pendidik juga punya peran penting dalam melakukan pengawasan terhadap peserta didiknya dalam penggunaan alat teknologi informasi ini dan memberikan edukasi pemakaiannya agar tidak salah dalam penggunaannya.

Dalam pemanfaatan teknologi informasi dalam dunia pendidikan ini pasti memberikan banyak dampak positif dan beberapa dampak negatif tentunya. Tapi dampak negatif tersebut dapat dihindari dengan adanya sinergi antara orang tua dan juga pendidik dalam mengawasi dan mengontrol anak-anak peserta didiknya agar mereka mengunakan Teknologi ini dengan bijak dan benar.

Blockchain, Secercah Pemantik Mutu Pendidikan

E-Belajar.id – Blockchain adalah teknologi baru yang berkembang untuk sistem penyimpanan data digital. Teknologi ini berlangsung melalui kriptografi dan kebanyakan penggunaannya tak bisa lepas dari mata uang Bitcoin dan Cryptocurrency. Tapi itu dulu.

Dulu, banyak pihak yang menganggap Blockchain hanya berkutat dengan masalah keuangan. Kemunculan Bitcoin yang pertama sekali memperkenalkan konsep Blockchain di tahun 2009. Seakan stigma masyarakat awam beranggapan bahwa Blockchain hanyalah Bitcoin dan sistem keuangan.

Nyatanya Blockchain sangat luas dan penerapan sangat tepat  di zaman saat ini. Saat teknologi, kepercayaan, dan transparansi jadi salah satu hal wajib di zaman modern. Blockchain seakan menawarkan itu semua, menggantikan sistem sebelumnya yang mulai usang.

Ada bidang yang menurut saya cukup membutuhkannya selain bidang keuangan, yaitu bidang pendidikan. Blockchain saat ini mulai banyak yang menerapkan secara meluas termasuk di dunia pendidikan. Saya rasa cukup layak, mengingat dunia pendidikan jadi awal pembentukan kemampuan dan karakter seorang manusia. Untuk menjadi manusia yang berkualitas dan punya pengaruh di masyarakat membutuhkan pendidikan yang sangat baik sejak usia dini.

Blockchain dibidang Pendidikan

Blockchain, solusi dunia Pendidikan tanah air.

Kita pasti kecewa dengan sistem pendidikan tanah air yang masih tertinggal jauh dengan negara tetangga. Begitu banyak anak putus sekolah dan bahkan tidak mendapatkan pendidikan selayaknya. Belum lagi kecurangan di dunia pendidikan, mulai dari aksi sogok masuk di sekolah atau kampus favorit hingga pemalsuan ijazah. Problematika itu tak pernah habisnya.

Praktek-praktek curang ini terus berlanjut hingga kini, berbagai cara dilakukan namun masih belum bisa memperbaiki wajah pendidikan dengan sepenuhnya. Blockchain mungkin bisa jadi solusi dan pembaruan sistem pendidikan saat ini.

Konsep transparan seakan menghilangkan tindakan tidak benar, mulai dari aksi sogok saat masuk ke sekolah atau kampus favorit. Segala aktivitas akan terekam di dalam jejak digital pada Ledge Book. Belum lagi penerapan e-certificate yang akan menghilangkan tindakan ijazah palsu. Tak cukup sampai di situ saja, penilai objektif dari guru untuk murid seakan bisa dilacak nilai yang valid tanpa manipulasi angka.

Mengapa itu harus dilakukan?

Bagi sebagian pihak menilai cukup kejam seperti objektivitas nilai siswa atau mahasiswa sebenarnya. Bisa saja mereka tidak lulus atau bahkan tinggal kelas, cukup menarik memang karena kita sejak dini dididik untuk mendapatkan nilai terbaik bagaimana pun caranya, bukan dididik belajar untuk mendapatkan nilai tinggi.

Dengan penerapan Blockchain yang sangat optimal, seakan memberikan transparan dari hal terkecil sekalipun. Rasa malu karena bertindak curang akan tercatat dengan baik di Ledge Book. Ini mendorong perbaikan mutu pendidikan saat ini. Siapa yang tidak malu saat namanya tercatat abadi di sebuah catatan digital dan diketahui oleh semua orang.

Analogi sederhananya seperti ini:

Blockchain di dunia pendidikan ibaratnya sebuah CCTV pemantau sandal di pelataran masjid. Salah seorang yang berpura-pura jadi jemaah mencuri salah seorang sandal jemaah. Wajahnya tercatat jelas di CCTV dan tersebar luas di mana-mana. Pelaku yang tidak tahu tidak menyangka tindakan memalukannya itu berakhir petaka. Ia harus menanggung malu dan belum lagi harus menjalani hukuman pidana karena mencuri.

Kurang lebih begitulah analogi konsep Blockchain dalam penerapan di dunia pendidikan dan bidang lainnya. Ini akan melahirkan masyarakat yang berpendidikan dan punya norma yang baik. Ia tidak mau menodai namanya di catatan digital dengan noda hitam tetapi dengan tanda baik yang abadi sepanjang masa.